ROSE P.O.V
Aku memasukkan kotak terakhir ke dalam bagasi mobil, menutupnya setelah itu. Aku menghela napas, menatap apartemenku. "Bye, bye my baby boo.." kataku sambil cemberut. "Kau memanggil rumahmu sendiri, baby boo?" Jay berbicara, membawaku mendekat padanya di pinggangku. Aku menatapnya, menyilangkan tanganku.
"Karena kamu, aku harus meninggalkan bayiku! Meanie!" kataku sambil memukul dadanya dengan main-main. Dia mengangkat sebelah alisnya, mendekatkan wajahnya ke wajahku." Lalu apa..? Kau mau tetap disini dan membiarkan para bajingan itu datang kesini dan mencoba memperkosamu lagi?.. Hmm?.." Bisiknya sambil menatap mataku dalam-dalam. mata. Aku menelan ludah, mengalihkan pandangan. "Baik.. Kamu menang.." kataku dengan nada rendah. Dia tersenyum kemudian kami berdua masuk ke mobilnya. Dia kemudian mulai mengemudi ke penthouse-nya.
Beberapa Jam Kemudian..
Aku duduk di tempat tidur, menunggu Jay selesai mandi.
Sumpah demi Tuhan, aku merasa sangat aman saat bersamanya. Tapi tentu saja rasa takut itu masih ada, menghantuiku. Kuharap hal ini tidak akan terjadi lagi.. Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan Jay dengan hanya handuk yang melilit di pinggangnya dan handuk lain tergantung di lehernya. Dia tersenyum kemudian duduk di sampingku. "Ada apa, hmm? Kamu baik-baik saja?"
Tanyanya sambil membelai rambutku. Aku menghela nafas, memindahkan diriku ke pangkuannya, meletakkan kepalaku di atasnya. "Aku takut.. aku takut mereka akan datang lagi.." kataku sambil tidak melihat apa-apa di depanku. Aku merasakan tangannya mulai membelai pipiku.
"Jangan khawatir.. Aku disini jadi tidak akan ada yang berani menyentuhmu.. Oke..?" Ucapnya lembut sambil mengelus kepalaku. Aku tersenyum lalu mendongak, tersenyum. "Terima kasih, oppa.. bisiknya, aku membuatnya tersenyum..
The Next day..
JAY P.O.V
Aku membuka mataku perlahan, merasakan sesuatu di perutku. Apa ini?.. aku membuka mata, hanya untuk melihat dia duduk tengkurap sementara dia melihat ke luar. Tangan kirinya memegang sekotak coklat sedangkan tangan kanannya memegang salah satu coklat. Aku meletakkan kedua tanganku di belakang kepalaku, menatapnya, geli. Dia terlihat sangat menggemaskan!
"Makan aku satu.." Kataku, membuatnya menoleh ke arahku. "Oh, kamu sudah bangun.." Katanya lalu menyuapiku cokelat di tangan kanannya. Aku menggigit jarinya sedikit, membuatnya berteriak. "Yah.. jangan digigit.." Rengeknya sambil cemberut.
Aku terkekeh lalu duduk, membuat wajah kami begitu dekat hingga hidung kami bersentuhan. "Ayo.. Kita harus bersiap-siap.. Waktunya sekolah, sayang.." bisikku sambil menatap wajahnya yang cantik. Dia tersenyum lalu mengecup bibirku. "Baiklah.."
Kami berdua melangkah ke kafetaria, mendapatkan tatapan dari semua orang seperti biasa. Baiklah, tatap kami jika kau mau.. Kami tidak peduli.. Beberapa menit kemudian, Rose tiba-tiba menatapku. "Oppa, aku perlu ke toilet sebentar.." Katanya, mendapat anggukan dariku. "Tentu sayang.." kataku sambil tersenyum. Dia membalas senyumnya sebelum berdiri, berjalan.
Beberapa Menit Kemudian..
Aku melihat jam tangan Gucci di pergelangan tanganku. 20 menit telah berlalu namun dia masih belum datang?? Aku berdiri, memutuskan untuk pergi ke toilet sendiri. Sesuatu terjadi padanya.. Aku bisa merasakannya.. Aku perlahan mendorong pintu toilet begitu aku berdiri di depannya, hanya untuk melihat..
"Yah!" teriakku, membuat para bajingan itu segera melepaskan Rose. Reen menuangkan sebotol besar air mineral ke dalam mulut Rose sampai dia hampir tidak bisa bernapas sementara temannya memegang Rose erat di bahu, kaki, dan pinggangnya.
Dia segera menjatuhkan botol air saat dia mendengar suaraku. Aku bisa melihat Rose sudah jatuh ke lantai sambil batuk. Aku mendorong Reen sialan itu ke salah satu bilik lalu menyalakan keran air. Aku memegang dagunya lalu memasukkan pipa ke mulutnya. "Beraninya kau menyentuhnya!" teriakku lalu dengan kasar menarik pipa keluar dari mulutnya. "Hei.. Jika aku melihatmu menyakitinya lagi, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!"
Aku meninggikan suaraku sambil menarik wajahnya ke wajahku sebelum mendorongnya pergi lalu berjalan keluar dari bilik sebelum menutup pintu, menguncinya setelah itu. "Buka pintu ini!" Dia berteriak sambil menggedor pintu. Melayanimu dengan benar, jalang..
Aku berjalan menuju Rose dan menariknya ke pelukanku. "Hei, kamu baik-baik saja?.." Bisikku sambil menyibakkan rambut basah yang menutupi wajahnya. Dia terbatuk sedikit sebelum menatapku, tersenyum. "Hai.." Aku melengkungkan senyum lalu menariknya ke dadaku. Kau beruntung ini bukan karena kau, hyung.
-TBC-
Mungkin aku akan lebih sering update karna sekarang akhir tahun dan juga libur semester.
Maka dari itu kalian terus vote ya dan juga follow akun ini ya💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Revenge
Teen FictionKetika balas dendam dicari dengan cara termanis untuk mencegahnya terluka, tapi sayangnya, kebenaran yang paling menyakitkan perlahan terungkap. " disakiti oleh orang yang kamu cintai tidak ada salahnya,kan?"