Payung Dan Hujan Air Mata

87 8 2
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 23.55. Ini sudah cukup larut, bahkan lima menit lagi akan Zero O’Clock. Tapi kedua bola mata ini belum juga terpejam.

Kembali berbalik arah menghadap kekanan seperti semula, tapi rasanya susah sekali buat tidur. Aku bangun dan duduk sambil membuka laci nakas mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna lilac. Ku buka kotaknya namun beberapa saat kemudian ku tutup kembali dengan cepat, dan memasukkan kembali kedalam laci.

Berbaring menutup seluruh tubuh dengan selimut, mungkin akan membuat ku tertidur.

“Aaaaaaaa, Awas aja ya besok.”

Lalu kedua mata tertutup untuk menyelami alam mimpi.

Terdengar suara ketukan pintu beberapa kali. Masih dibawah alam sadar, Ku biarkan saja ketukan itu, namun rasanya sangat menganggu.
”Siapa?” jawab aisyah
Terdengar suara samar-samar untuk menyuruhku bangun. Tapi aku kenal suara itu.
”Bangun apanya abang, Ai ngantuk, kalau ada penting banget, minta maaf gak bisa sekarang.” kata aisyah lagi, saat mendengar kalimat sesorang. Namun, ketukan itu masih berlanjut.
”Ai ngantuk abang. Besok pagi aja ya, ini udah tengah malem banget.” sambung aisyah lagi.

Aku terbangun saking kagetnya mendengar suara dobrakan yang cukup kuat. Siapa yang kulihat sekarang yang berdiri tegak dipintu.
”Besok?” kata seseorang yang baru saja masuk.

Aku hanya melihat kelakuannya. Semenjak kembali kerumah, tidur ku jadi berkurang dari biasanya.

“Besok apanya, tau ngak sekarang udah jam berapa?” bang putra menanyak kan itu dengan kesalnya.

Dengan malasnya aku menggerakkan kepala ke arah jam dinding yang ada di depanku. Seketika aku langsung lompat dari kasur.
” Astakhfirullah” Kaget ku sambil melihat kearah bang putra
” Apa apa, Haa apa liat liat.” kata bang putra
” Bang” adu ku dengan wajah yang memelas.
” Pergi ke kamar mandi ambil wudhu. Udah setengah enam baru bangun.” sahut putra menyuruh aisyah untuk segera kekamar mandi.

”Ai kesiangan abang, Maaf” kataku.

”Ngak usah banyak cakap lagi. ke kamar mandi terus.”

” Ini tu gara-gara pak azam. Awas aja ya kalau ketemu” aku menggumam sambil berjalan ke kamar mandi.

”Kenapa azam hah?” tanya bang putra. Ups lupa, kayanya suara ku terlalu keras.

”Ngak ada bang” sambil tersenyum tipis ke arah bang putra.

***
Sejak kejadian dari kafe dan benda kotak itu. Masih sama dan tidak ada perubahan dari objek yang memberikaan benda itu. Aisyah pun tidak mau tau lagi dengan benda itu, jika memang pikiran aisyah tepat dengan apa yang dimaksud orang itu biarlah orang itu yang mengatakannya agar lebih jelas.

Hari demi hari aisyah lewati dengan kesibukankan sebagai mahasiswi disalah satu universitas di kota ini. Benar memang adanya, sedikit terganggu dengan keadaan seperti ini tidak ada kejelasan sama sekali.

Dari pertama masuk pelajaran berlangsung hingga jam hampir menunjukkan jam keluar, pikiran aisyah sama sekali tidak pada tempatnya. Seseorang berdiri dengan sangat jelas dan sangat terlihat sibuk mencoret-coret papan tulis, sesekali menunjukkan beberapa slide pada Power Pointnya, bahkan terkadang orang itu menjelaskan materinya menghadap pada mahasiswanya.

“Sssss, Why?” kata vita yang duduk di samping nya
Aisyah hanya mengangkat bahunya sebagai jawabannya.

Tidak lama setelah itu terdengar ucapan salam penutup dari orang didepan sana. Aisyah hanya mengikuti setiap gerakan yag dilakukan orang yang didepan samapai orang itu hilang dari balik pintu ruangan.

Assalamu'alaikum RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang