Rindu Berbalut Lamaran

449 45 9
                                    


"Ingin menjemput kebahagiaan yang tertunda, namun hati masih saja berdiam diri disini. Apakah kamu adalah orang yang Allah kirimkan padaku sebagai pelengkap imanku?"


Diruang tamu seseorang tengah berbincang dengan orang didepannya. Sesekali mereka tertawa mendengar kalimat yang dilontarkan oleh seorang wanita paruh baya yang ada didepanku, dan yang disamping wanita itu hanya tertunduk malu. Tidak banyak yang mereka bicarakan, sampai akhirnya wanita paruh baya yang berada didepanku itu mengajakku bicara.


"Aisyah ini sebelumnya sudah pernah jumpa umi kan?" ya, wanita yang ada didepanku itu adalah uminya pak azzam. Aku hanya dia, apa benar aku sudah pernah bertemu dengan uminya pak azzam. aku saja tidak tau dan hanya tersenyum menghilangkan kecanggungan ku dari tadi.

"tidak ingat ya?" tanya umi pak azzam, aku hany amenggeleng

"tidak apa-apa kalau nak aisyah ngak ingat" sambung umi pak azzam

"Begini nak aisyah, sebenarnya kedatangan kami kemari tidak lain dan tidak bukan untuk melamar nak aisyah untuk putra saya azzam."

ya aku sudah tau tujuan keluarga pak azzam datang kerumah, tapi kenapa rasanya begitu degdegan bahkan jantungku sepertinya sedang berpesta. Aku hanya menunduk sejak tadi, malu rasanya melihat wajah mereka.

"Mungkin nak aisyah juga sudah tau, dan disini putra saya azzam yang akan mengutarakan niat baiknya agar lebih jelas." kata laki-laki paruh baya yang ketahui itu adalah ayahnya pak azzam.

Aku tersenyum kearah ayahnya pak azzam, aku tidak tau berkata apa lagi. Dan selanjutnya, jantungku semakin tidak karuan ketika pak azzam mengeluarkan suaranya setelah berdehem beberapa kali. Aku tebak pasti dia juga tidak jauh gugupnya dengan diriku.

"Sebelumnya saya ingin menyampaikan terlebih dahulu pada putra, mas indra dan alisya, dimana kedatangan saya kemari ingin mengutarakan niat baik saya untuk meminta aisyah menemahi hidup saya hingga ajal memisahkan, tentunya saya ingin menjadikan aisyah sebagai istri saya". kaya pak azzam. aku tidak berani melihat kearah pak azzam, aku hanya menggenggam tangan kak alisya.

"Saya disini sebagai abang aisyah dan tentunya sahabat tidak berlaku disaat seperti ini zam" kata bang putra sedikit mencairkan suasana, lihat semuanya malah tertawa dan aku hanya tersenyum mendengar kalimat bang putra.

"jadi, awalnya iya saya tidak setuju dengan niat kamu yang ingin melamar aisyah, bukan tanpa alasan, karena aku hanya tidak ingin membuat adik kecil ku ini bersedih lagi" aku dapat merasakan mata bang putra melihat kearahku, dan kak alisya mengelus pungungku, rasanya aku ingin menangis saat ini juga.

"Dan setelah tau perjuangan kamu selama ini, aku jadi sedikit lega, setidaknya keputusan yang kamu ambil waktu itu tidak salah" sambung bang putra lagi sambil menepuk puggung pak azzam layaknya seorang sahabat.

"Dan juga aku tidak banyak komentar. Baik aku, mas indra ataupun alisya,sepenuhnya menyerahkan keputusan ini pada aisyah, karena bagaimanapun aisyahlah yang akan menjalani ini semua."

Inilah saat saat yang ingin ku hindari sejak dari tadi, mereka meminta keputusanku. sungguh aku tidak sanggup untuk berbicara saat ini, jangan kan bicara, untuk melihat kearah mereka saja aku sangat malu. Ya Allah ada apa dengan jantungku.

"Ayok nak aisyah, umi sangat berharap kamu menerima lamaran putra umi" suara itu berasal dari uminya pak azzam.

"ayok Ai, wajahnya diangkat jangan ditekuk begitu, ayok mereka sudah menunggu jawaban kamu.

Aku tidak tau apa yang akan kulakukan, Aku ambil satu tangan bang putra untuk ku genggam yang sudah seperti ayah bagiku, dan kembali terdiam. Aku pernah mendengar diamnya seorang wanita itu tandanya dia meng ia kan sebagai jawabannya.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata " Rasulullah bersabda, wanita gadis itu diminta izin," aku berkata, " sesungguhnya wanita gadis itu bisa dimintai izin tetapi ia pemalu. Nabi menjawab, " Izinnya adalah diamnya." Oleh karena itu ulama mengatakan, " Sebaiknya wanita gadis itu diberi tahu bahwa diamnya itu adalah izinnya".Menyadari kediamanku, Mas indra langsung mengangkat suara sedangkan bang putra mengulas senyum sambil mengusap lenganku.

"Diamnya seorang wanita berarti ia memberi izin dan sepertinya aisyah meng ia kan lamaran dari azzam, begitu malunya aisyah untuk menjawab, begitu ai" kata mas indra menggodaku.

Semua yang ada diruangan itu mengucapkan kalimat Alhamdulillah. Ku lirik sedikit kearah pak azzam yang ternyata sedang menatapku juga, dia tersenyum ya Allah tolong beritahu pada pak azzam jangan senyum seperti itu, rasanya jantungku tidak bisa dikondisikan lagi.***Lamaran singkat itu selesai pukul 10 malam setelah shalat berjama'ah dan makan malam bersama keluarga pak azzam langsung pulang.

Aku menatap jari manisku, tampa sadar senyumku mengembang mengingat kejadian beberapa jam lalu. Sebuah cincin yang sangat cantik melekat manis dijariku. Umi memasangkan cincin ini dijariku lalu dia mengecup semua wajahku. Aku sedikit malu dengan perlakuan umi padaku, ayah pak azzam juga sesekali menggoda ku dengan umi.

tingg..

Sebuah pesan masuk kedalam handphoneku. ku geser layar persegi panjang itu dan sedikit tersenyum. Itu pesan dari pak azzam

Pak Azzam[Terimakasih]

Senyum yang sempat mengembang mulai luntur melihat pesan singkat itu. Dan pesan selanjutnya..

[Selamat tidur ya]

Belum sempat aku membalasnya pesannya, pesan selanjutnya muncul yang langsung membuat ku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.

[Tunggu saya bulan depan, InsyaAllah kamu tidak akan sendiri lagi]

Ada apa dengan manusia satu ini, pesan apa yang pak azzam kirimkan ini, dasar tidak sopan, batinku. Saat ingin membalas pesan yang dari tadi menganggur, pesannya datang lagi yang langsung membuatku menghela napas

[maksud saya, saya ada kucing mungkin dia bisa jadi teman kamu nanti]

huhhh apa-apa an dia ini, langsung ku balas pesan pak azzam ngak kalah singkat

To Pak Azzam[ Iya ]

Ku simpan benda pipih itu diatas nakas, dan langsung ku tarik selimut menutupi seluruh tubuhku, dasar manusia aneh. Ingin rasanya aku membanting handphone nya, batin ku. 

Alhamdulillah setelah sekian purnama AR up lagi. Maaf ya lama banget up nya, maaf juga part ini pendek gk sampek seribu kata. 

InsyaAllah AR bakalan up minggu depan, kalau aku lupa tolong ingatin ya, soalnya aku orangnya suka lupa, pakek banget lagi, hehehe. jangan lupa vote and coment sebanyak-banyak. terima kasih banyak semuanya. 

Assalamu'alaikum RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang