Susu Coklat

1K 61 3
                                    


Seminggu setelah kak alisya mengabariku tentang kepindahannya akhirnya sekarang mereka bener- bener dijogja, ya dirumah baru ini pula aku telah tinggal. kesan pertama tinggal dirumah kak alisya dan mas indra sangat menyedihkan, pagi-pagi aku sudah harus dikagetkan kembali dengan suara kak alisya yang teriak-teriak tidak jelas.

" iya kakak ku sayang, ini aisyah udah bangun dari tadi kok, bentar lagi turun"

"cepetan ai kakak butuh bantuan kamu ini,"

''otw kak otw"

5 menit kemudian aku turun ke lantai satu tepatnya didapur, aku sudah melihat kak alisya yang sibuk berperang dengan kuali dan teman-temannya, dan siganteng si imut iqbal ku sudah duduk anteng di keretanya.

"emmmmm my price iqbal good morning," aku langsung menggendongnya dan menciumi wajahnya, dia terlihat senang dan terkekeh geli saat aku menggigiti pipi gembulnya.

"aduh ai iqbalnya diturunin dulu, sini bantu kakak siapin sarapan"

aku langsung menurunkan iqbal kedalam keretanya tadi,dan mulai membantu kak alisya menyiapkan sarapan. setelah semuanya tersajikan kami semua sarapan dengan hikmat dan tenang.

"ai hari ni kamu ada kemana?" tanya kak alisya padaku

"kekampus donk"

"jam brapa? berangkat sam mas aja ya" tawar mas indra

aku menggeleng cepat "tidak usah mas, lagian ai kekampusnya agak siangan dikit nantik mas indra telat kerjanya" tolakku dengan lembut tidak enak juga jika merepotkan mas indra.

"betul ai berangkat sama mas indra aja, lumayankan ongkos angkot kamu bisa disimpen buat besok-besok." kata kak alisya

"enggak papa kok kak, lagian ai rencananya mau ke rumah sakit tempat raina, udah lama enggak ketemu. kangen"

"oh iya kapan kamu kenalin raina sama kakak?" Tanya kak alisya

"kapan-kapan deh kak, nanti kalau raina udah bisa dibawak jauh lagi pasti ai kenalin kok, tenang aja" jawabku dengan semangat.

***

12.25 wib pak herman mengahiri pelajarannya, kini aku sedang sibuk membereskan buku-buku ku dan lelah sudah tentu merajai diriku.

"aaaaaa aku pengen muntah" kata dini sambil menyenderkan kepalanya dimeja, terlihat dari wajahnya sepertinya disangat kelelahan

"lahh muntah? ayok ke toilet aisyah temenin." ajak ku

" tak pe syah, aku Cuma pengen muntah doang liat pelajarannya pak herman tadi, sumpah tiga jam itu enggak sedikit lo pantat aku aja udah enggak berasa lagi ni" katanya sambil memegangi pokongnya.

aku tersenyum mendengar ocehannya itu, jujur saja sih tiga jam itu tidak sebentar,mendengarkan materinya yang membuat isi perut memberontak ingin keluar, lelah namun lillah.

"yuk ke masjid kita shalat juhur dulu, bentar lagi azan" ajakku kepada dini

dia menganggukkan kepalanya dan kami pun berjalan meninggalkan ruangan dan gedung fakultas menuju masjid kampus, sesampai disana kami langsung mengambil air wudhu dan ikut shalat berjama'ah dengan khusuk.

***

sudah setengah jam aku duduk di kursi tunggu rumah sakit, setelah shalat juhur tadi aku pamit pada dini kalau aku ingin mengunjungi raina. sesampainya dirumah sakit aku dikagetkan dengan kabar raina yang tiba-tiba dilarikan keruang IGD. aku rasa mataku sudah bengkak karena sedari tadi aku tidak berhenti menangis.

"sudah jangan menangis lagi syah, raina akan baik-baik saja. percayalah" ucap mbak zara sambil mengelus pundakku

"tapi mbak aisyah enggak sanggup liat raina kekgini, raina pasti kesakitan menahan sakitnya." jawabku sesegukan, aku tidak peduli lagi dengan tatapan orang-orang yang melihatku menangis seperti anak kecil.

"raina anak yang kuat syah, dia pasti bisa melewati ini semua tenanglah" mbak zara juga sudah ikut-ikutan meneteskan air mata. aku mengangguk kepala setuju dengan ucapan mbak zara, raina adalah anak yang kuat. lima tahun sudah dia merasakan sakitnya, dia benar anak yang kuat. tidak lama kemudian dokter keluar dari rungan dan memanggil mbak zara.

"bagaimana keadaan raina dokter?" tanya mbak zara pada dokter itu, aku tidak sanggup berdiri ataupun menghampiri mereka, aku tidak tau apa yang mereka bicarakan tentang kondisi raina. keinginanku untuk menghampiri mereka musnah sudah, rasanya lututku ingin lepas dari tubuhku. bagaimana bisa dosen itu berubah profesi menjadi seorang dokter?.setelah itu mbak zara menghampiriku dan mengatakan bahwa dia akan keruangan dokter itu.

"aisyah ikut mbak"

"tidak usah, kamu disini saja ya" ucap mbak zara. aku menggeleng menolak permintaan mbak zara.

"aisyah ikut mbak" pintaku memohon, "aisyah pengen tau keadaan raina" aku memegang tangan mbak zara memohon. mbak zara mengangguk dan kami mengikuti dokter itu keruangannya. sesampainya kami diruangan dokter itu, dia menyuruh kami duduk.

"penyakit yang diderita raina sekarang sudah semakin parah, penyakit komplikasi sangat susah untuk disembuhkan. sekarang kita tinggal perbanyak doa, semoga Allah meringankan sakit yang diderita raina." ucap dokter itu.

air mataku sudah tidak bisa ku bendung lagi, cairan bening itu sekarang sudah lolos memecahkan diding pertahanku. aku menangis sesegukan.

"rain.. rain..mbak raina putriku" aku tidak sanggup lagi berkata air mataku telah membasahi pipiku. mbak zara memelukku aku sudah sesegukan tidak sanggup berkata lagi, beberapa kali mbak zara mengucapkan istikhfar.

" apa aku bisa melihat raina?" tanyaku pada dokter itu, aku tidak peduli lagi dengan mata sembabku.

" untuk saat ini biarkan raina beristirahat dulu" ucapnya.

mbak zara membawaku keluar ruangan dan kami duduk dikursi tunggu didepan ruangan raina. raina sudah dipindahkan ke ruang inap, ruang ini sudah menjadi rumahnya. disini aku duduk sambil memainkan handphoneku membuka galeri dan melihat foto-fotoku bersama raina, mbak zara telah pergi kepenginapan tempat anak-anak asuhnya, untuk mengambil beberapa keperluan untuk raina nanti

"boleh saya duduk disini?" aku mengalihkan pandanganku keatas, aku mengangguk dan menggeser dudukku sedikit kesamping.

"terimakasih" ucapnya, dia mengarahkan tangannya kepadaku, dan memberikan sebuah susu coklat. apa-apaan ini,dia pikir aku anak kecil yang harus mendiamkan tangisanku dengan sebuah susu coklat. Aku masih diam menatap susu coklat yang ada digenggamannya itu. " sebelum raina dilarikan keruang IGD, tadi saya sempat berbicara dengan raina ditaman, sambil memegang susu coklat ini. katanya dia sedang menunggu uminya. Dia anak yang kuat, saat kami berbincang ditaman raina mimisan, saya panik saat itu. Namun kamu tau, dia malah tersenyum dan berkata kepada saya. kamu tau dia bilang apa kepada saya?" ucapnya, aku menggeleng mana aku tau apa yang mereka bicarakan, ya dia adalah orang itu dokter yang menolong raina dan dia juga adalah dosenku.

" dia bilang, doktel kenapa anik, raina enggak papa kok, raina oleh pinjam apu tangan doktel enggak ? buat nahan darah raina" lihatlah dia bahkan meniru gaya bicara raina. "aku kaget mendengar ucapannya lalu dia menyumpalkan sapu tangan itu kehidungnya. dia bilang raina lagi nunggu umi, biasanya umi bakalan datang kesini engokin raina. Lalu setelah itu wajahnya pucat pasi beberapa kali dia beristifar, dia bilang susu coklat ini buat uminya. ambillah" ucapnya, aku mengambil susu coklat itu. Bukannya menenangkan, tangisanku malah bertambah keras. aku tidak bisa berkata lagi raina benar-benar berarti bagiku, aku tidak ingin kehilangan raina.

" saya pergi dulu ya" ucapnya padaku. aku mengangguk dan menatap susu coklat pemberiannya raina.


hallo Assalamualaikum semuanya, gimana sama cerita Assalamualaikum Rindu masih belum dapat feelnya ya?. please komen dong sebanyak-banyaknya please kasih saran atau masukannya. 

Menurut kalian aku perlu lanjutin cerita ini atau gimana? please komen ya jangan baca aja.

terimakasih and happy weekend

Assalamu'alaikum RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang