Amplop Merah (II)

992 60 9
                                    

Dulu benar aku mencintaimu begitu dalam, namun ku tinggalkan karena aku tidak ingin membuat Allah cemburu. Tapi saat ini ingin ku jemput kerinduanku itu dengan melamarmu karena Allah telah merestui saat namamu ku sebutkan padaNya.

Seperti alarm dari tubuhku sudah bekerja dengan baik, pukul 03,15 aku terbangun dari tidur nyenyak, aku mendudukan tubuhku sebentar dan melirik jam kecil yang ada diatas nakas dan kemudian beranjak langsung kekamar mandi mengambil air wudhu.

Sudah menjadi rutinitasku untuk melaksanakan shalat malam dan setelah itu dilanjutkan murajaan hapalan yang hampir hilang. Baru setengah aku langsung berhenti dengan al qur'an berwarna pink yang masih digenggamanku. Apa yang terjadi denganku, kenapa aku menjadi selemah ini, aku membantin.

Sudah dua hari berlangsung dari kejadian surat yang diberikan pak azzam padaku. dan aku masih belum tau apa yang harus kulakukan. Aku juga belum pernah berbicara lagi dengan pak azzam setelah kejadian itu, bahkan saat habis surat itu kubaca aku bahkan tidak memberikan respon apapun pada pak azzam. Dikampuspun saat berpapasan dengan pak azzam dia hanya mendiamkanku tidak ada sapa menyapa seperti sebelumnya. Aku terduduk lemah mengingat kembali isi surat itu. Apa yang harus kulakan ya Allah.

Aku beranjak dari atas sejadah menuju temat tidurku, lalu meletakkan al qur'an ku diatas nakas kemudian membuka laci nakas dan ku ambil amplop merah itu lagi.

"Apa ku kutunjukkan saja pada kak alisya atau bang putra ya" tanyaku pada diri sendiri.

Kutatap lagi amplop merah itu, terbayang dengan isinya yang sempat ku baca dua hari yang lalu.

Assalamu'alaikum...

sebelum isi surat ini mengarah pada tujuannya, izinkan aku untuk menyampaikan sedikit kata-kata manis yang sempat ku copy vaste dari internet. Entahlah mungkin kamu juga bingun dengan kalimat pertamaku ini, karna ini bukanlah sifatku dan aku bahkan malu dengan ini tapi harus ku sampaikan sebelumnya kalau ini pantas kamu dapatkan.

Kata orang-orang coklat itu sangat bagus untuk memperbaiki mood yang sedang buruk, tapi entah kenapa ketika aku dalam keadaan tidak baik dengan melihat mu saja moodku sudah bagus. Kata orang-orang juga bunga mawar itu sangat indah dan itu lambang cinta. Tapi saat melihatmu pertama kali didepan rumahmu dengan bunga matahari ditangan mungilmu membuatku langsung jatuh cinta.

Dan saat ku tau, ternyata kamu begitu menyukai bunga matahari, tentu itu membuatku bahagia. Karna apa, kamu tentunya tau kalau bunga matahari itu merupakan arti kesetiaan dan bunga matahari juga dia identik dengan arti kehangatan dan kebahagiaan. Seperti kamu, kamu adalah wanita yang yang penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan dan tentunya juga kesetiaan. Itu terlihat jelas dari sikapmu selama ini.

Hemm... kata orang-orang juga, jangan rindu, rindu itu berta biar aku saja. itu bukan kata-kata saya, itu kalimat yang ku kutip dari salah satu novel remaja, kamu pasti tau itu novel apa karena hampir seluruh masyarakat indonesia tau kisah sang Dilan. Tapi lupakan tentang dilan, ingat kalimatnya. benar rindu itu memang berat, setelah memutuskan untuk melukanmu bukannya membuatku tenang, malah aku dilanda rindu akan tingkah lucumu, was-was, takut jika kamu tidak ingat denganku lagi nantiknya, dan ketakutan terbesarku adalah melihatmu dengan orang lain. Bodoh bukan.

Syah, iya Aisyah aku memang bukan ali yang kuat bisa menyimpan rasa tampa harus mengucapkannya kepadamu, dan aku juga bukan nabi muhammad yang memiliki cinta yang besar seperti ia mencintai ibunda khadizah. Tapi kamu harus tau aku sangat mencintaimu dan akan siap membawa cinta ini ke-Syuganya Allah bersamamu.

Dulu benar aku mencintaimu begitu dalam, namun ku tinggalkan karena aku tidak ingin membuat Allah cemburu. Tapi saat ini ingin ku jemput kerinduanku itu dengan melamarmu, karena Allah telah merestui saat namamu ku sebutkan padaNya.

Assalamu'alaikum RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang