Pilihan

70 6 1
                                    

Ini sudah lima hari berlalu dari kejadian kemaren. Matahari sudah sangat tinggi diatas sana, siapapun yang melakukan aktivitas diluar pasti akan merasaskan hal yang sama, panas dan berkeringat. Bahkan sinar cahayanya saja langsung masuk melalui jendela kaca yang ada disekeliling ruangan ini yang penuh dengan buku-buku.

Sudah banyak buku yang dibaca lebih tepatnya ku dibolakbalikan . Mulai dari buku materi kuliah, novel, buku dongen anak-anak, hingga buku resep makanan, namun yang ditunggu tak kunjung datang.

“Assalamu’alaikum, maaf saya telat lagi”

aku membalikkan badanku dan melihat objek yang ada hadapanku ini. Selalu seperti ini, tidak akan berubah, sekarang dengan alasan apa lagi hemmm. Ingin rasanya aku melemparkan kata-kata itu langsung didepan wajahnya, tapi sayangnya itu hanya ada dalam pikiran aku.

“ Wa’alaikumussalam, Ya, ngak papa.”

aku berlalu untuk duduk di kursi dengan meja yang disediakan toko buku ini, sambil membawa satu buah buku resep makanan ditanganku.

“ Hal penting apa yang mau disampaikan pak?” tanya ku saat sudah duduk berhadapan dengan pak azam. Ya, siapa lagi yang mengajak bertemu tapi tetap dengan kebiasaannya telat kalau bukan pak azam.

“ Buku apa itu? Woww,,, sedang belajar masak rupanya.” kalimat itu keluar saat pak azam melihat ku membuka halaman buku yang ada ditanganku.

Aku berani bertaruh 100% kalau itu hanya basa basinya saja. Kurasa tadi dia sudah melihatku memengang buku ini.

“Jangan mengalihkan pembicaraan. Ada apa mengajak saya bertemu?” tanyaku lagi.

mendengar pertanyaan yang aku ulangi lagi, pak azam mencoba membenarkan letak duduknya dan sedikit menarik lengan baju yang sudah digulung sampai siku sejak tadi.

“ini” pak azam mengeluarkan semua lembaran kertas dari dalam tasnya.

“ Ini apa?” tanyaku. jelaslah aku tidak mengerti, disana tertulis dalam bahasa inggris semua.
Pak azam kan tau sendiri bahasa inggrisku tidak selancar dirinya. Dia mau buat ku malu atau bagai mana sih.

“ Lihat dulu ai” kata pak azam lagi
Aku mengambil lebaran kertas itu, walaupun bahasa inggrisku tidak lancar, tapi bisalah untuk ku baca seperti ini, asalkan jangan berbicara langsung saja denganku, otak ku akan bekerja ekstra dalam mentranslitekan kalimat itu.

Ada beberapa pernyataan tentang ketentuan study, fotocopy email masuk dari pihak universitas, ada surat rekomendasi, beberapa sartifikat, dan lagi sepertinya ini transkip nilai sewaktu pak azam masih S2. Apa lagi ini, ijazah? passpor aja sekalian KTP, SIM. Memangnya aku apa sampai harus ditunjukkan semua ini.

“Lalu” sambungku, sebenarnya aku sudah tau jelas barang ini semuanya untuk apa. Tapi anggap saja aku belum tau, karna pak azam juga belum memberi tahuku secara langsung.

“ seperti yang kamu lihat, saya mau ngambil program Doktor ai. Maaf, ini kesempatan saya yang belum tentu datang dua kali”.

Kalimat itu akhirnya keluar juga dari mulut manisnya. Aku tidak begitu terkejut mendenganyar, seperti yang sudah ku katakan, aku sudah mengetahui ini sebelum pak azam memberitahuku langsung.

“Jadi, kalau mau lanjut program doktornya, apa ada sangkut pautnya sama aisyah?” kataku, anggaplah aku benar-benar tidak mengetahui maksud sebenarnya pembicaraan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Assalamu'alaikum RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang