Harus Menerima Takdir

375 8 0
                                    

Bab 2

"Minum dulu!" ujar Arga seraya duduk di sebelah Azizah yang kini masih terbaring dengan tangan yang di pasang infusan.

Azizah hanya mengangguk. Arga adalah majikan sang Ayah. Sebelumnya Ia juga sering bertemu karena sesekali Ia membantu mendiang sang Ibu yang dulu pun bekerja di keluarga Arga. Sang Ibu yang menjadi pembantu hingga Azizah selalu di izinkan untuk bebas kapan saja masuk ke dalam rumah itu. Karena Ayah dan Ibunya sudah menjadi kepercayaan keluarga Arga. Mengingat keduanya sudah bekerja selama 17 tahun lamanya ketika umur Azizah baru satu tahun ketika itu.

Sehingga rasanya kaku bagi Azizah. Menikah dengan anak dari majikan sang Ayah rasanya bagaikan mimpi. Menjadi istri kedua dari pria yang usianya 17 tahun lebih tua darinya sungguh hal yang sangat tidak dia inginkan. Bertatapan dengan Arga saja. Seperti bertatapan dengan majikan yang membuat kita merasa segan dan canggung. Bagaimana Ia bisa melewati hari-hari bersama dengan orang yang menurutnya tidak nyaman.

"Minumlah dulu biar kamu tenang. Jangan tegang. Aku tidak akan memakanmu." ujar Arga dengan raut wajah datarnya.

"Terimakasih banyak Tuan." Jawab Azizah dengan malu. Saat Ia kini sudah setengah berbaring dengan di bantu oleh Arga.

"Sekarang saya suamimu. Ganti panggilanmu itu."

"De-dengan apa Tuan?" tanya Azizah gugup.

"Terserah mu saja. Selain kata Tuan." ujarnya datar. Azizah hanya terdiam. Ia bingung harus memanggil dengan sebutan apa pada suaminya tersebut.

"Aku kerja dulu. Jangan lupa minum obatnya. Bi Yati akan menjagamu." ucap Arga seraya berlalu pergi. Tanpa senyuman sedikitpun. Ia memang pria yang sangat irit dalam bicara.

"Ba-baik Tuan."

"Sekali lagi kamu panggil Aku Tuan. Aku akan menghukummu."

"Ma-maaf Mas." ucap Azizah spontan karena takut.

Arga pun kini keluar dari kamar itu. Meninggalkan sang istri keduanya.

***

Satu bulan sudah Azizah mengarungi rumah tangga bersama dengan Arga. Selama itu Arga begitu baik dan selalu bersikap lembut padanya. Hingga hatinya yang keras kini menjadi luluh. Dan perlahan Ia sudah mulai mencintai Arga. Pria gagah namun selalu bersikap lembut padanya. Selama sebulan pernikaha ini. Rasanya tak ada ujian sama sekali. Yang ada hanyalah keindahan saja. Bahkan Ia pun belum bertemu dengan istri pertama dari suaminya.

Pagi harinya tiba. Seperti biasa Azizah akan melayani Arga. Melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri. Ia menyiapkan baju untuk Arga pergi ke kantor. Dan juga menyiapkan sarapannya.

"Ah Aku telat. Tolong pakaikan dasinya!" ujar Arga seraya menatap layar ponselnya yang sibuk membalas pesan dari rekan kerjanya.

"Baik Mas."

Azizah kini mengambil Dasi berwarna Abu itu. Lalu Ia hendak Memakaikannya ke leher kokoh Arga. Seketika Ia kesulitan memasangkan Dasi itu karena tubuh Arga yang sangat tinggi. Akhirnya Arga menyadari itu dan sedikit menundukan tubuhnya agar memudahkan Azizah memasangkannya.

"Sudah Mas."

"Terimakasih sayang."

Cup

Terpaksa Menikah Dengan Majikanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang