Cerai

432 20 0
                                    

Bab 19

Siang hari Arga sudah pulang dari kantornya. Namun Ia datang bersama dengan Ibu mertuanya juga adik semata wayang Arga yaitu Gilang. Pria berumur 28 tahun itu pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya di London.

Azizah mengenal siapa Gilang. Mengingat sudah sejak lama orang tuanya bekerja di rumah ini. Maka Ia sudah mengenal siapa saja yang berada di rumah ini.

Tak di pungkiri hati Azizah kini berdebar kencang. Ia takut Ibu mertuanya itu akan kembali menyakiti hatinya seperti sebelumnya.

Namun Azizah kini mengulas senyum pada semuanya. Menyambut kedatangan dua orang yang sangat berarti di hidup suaminya itu. Dengan sikapnya yang seperti ini. Setidaknya Ia sudah menghargai perasaan suaminyakan?

"Assalamualaikum Ibu. Selamat datang." Sapa Azizah seraya menyium pundak tangan wanita setengah paruh baya itu.

"Waalaikumsalam." ujar Bu Henny dengan wajah datar tanpa senyuman sama sekali.

"Apa kabarnya Tuan Muda? Sudah lama kita tidak bertemu!" sapa Azizah pada Gilang.

Pria berwajah tampan yang tingginya sama seperti Arga itu tampak tersenyum padanya. Pria itu memang sedikit berbeda sifatnya dengan Arga. Lebih ramah dan juga humble.

"Baik Zizah. Bagaimana kabarmu?" tanyanya balik. Mengingat Ia sudah tahu bahwa Azizah anak pembantunya kini sudah menjadi istri sang Kakak. Rasanya aneh jika dia ingin memanggil Azizah dengan panggilan Kakak ipar. Mengingat umurnya jauh lebih muda darinya.

"Alhamdulillah baik Tuan."

"Mulai saat ini panggil saja saya Gilang."

Azizah bingung. Rasanya tidak sopan jika memanggil dengan nama saja.

"Baiklah Kakak saja jika sungkan." ujar Gilang seperti tahu isi hati Azizah.

"I-iya Kak." Jawab Azizah.

Azizah tersenyum gugup. Dan Bu Henny kini melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Di ikuti oleh semuanya termasuk dirinya. Dan Arga kini menggenggam tangan Azizah seraya melayangkan senyuman.

Dan kini keempatnya makan siang bersama. Azizah ikut menyiapkan makan siang itu dengan membawakan lauk pauknya ke atas meja. Ia sibuk seperti masih menjadi anak pembantu disini. Mengingat dulu Ia selalu membantu sang Ibu menyajikan makanan untuk majikannya. Selain itu. Ia juga merasa malu dan tahu diri jika berdiam diri saja seperti nyonya besar.

"Duduk saja sayang. Biar mereka aja yang mengerjakannya," titah Arga.

"Gapapa Mas."

"Duduk sayang!" ujar Arga lembut. Azizah hanya bisa menurut pada suaminya itu. Dan duduk di samping suaminya.

Dan setelah semua makanan di sajikan. Kini semuanya memulai makan siang. Seperti biasa selera makan Azizah akan hilang saat berkumpul dengan orang yang menurutnya tidak nyaman. Bagaimana tidak, sikap Bu Henny sejak tadi begitu cuek dan tak peduli atas kehadirannya. Apalagi menghargai atau sekedar menyapanya.

Namun untungnya Arga selalu menenangkannya walau dengan bahasa tubuh. Mengusap bahunya dari belakang seraya melayangkan senyuman hangat.

Terpaksa Menikah Dengan Majikanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang