Jangan Pergi

276 13 0
                                    

Bab 9

Azizah kini menuju ke ruang kerja Arga untuk memanggil suaminya itu makan malam. Mengingat Arga adalah pria yang sangat gila kerja. Setiap hari pria itu menghabiskan waktunya di ruang kerja atau di ruang baca.

"Iya sayang Mas juga merindukan kamu. Nanti kita liburan lagi yaa seperti kemarin kalau kamu punya waktu senggang."

"Kamu mau kemana hmm? Ke Swiss? Itu negara impian mu bukan?"

"Ok baby. Aku akan menuruti semua kemauan mu selama Aku mampu. Hati-hati yaa disana. Sukses untuk fashion shownya. Jangan lupa terus hubungi Aku."

"Aku lebih mencintaimu sayang."

Deg

Azizah mematung di depan pintu saat mendengar Arga yang menelpon dengan Elsa. Kenapa hatinya begitu sakit? Seharusnya Ia benci pada pria ini bukan? Kenapa Ia selalu ingin menangis saat melihat suaminya itu behubungan dengan istri pertamanya?

Azizah menghela nafas. Ia mempersiapkan diri lalu beranjak mendekati Arga.

"Mas makanannya sudah siap," ujar Azizah dengan memasang wajah biasa saja. Tak ingin Arga mencurigai dirinya bahwa Ia mendengarkan  pembicaraannya dengan Elsa. Biarlah Ia menanggung rasa sakit ini sendirian.

"Hmmm."

Arga kini melangkah menuju ruang makan. Mendahului Azizah tanpa menatapnya sedikitpun. Azizah tersenyum miris. Ini benar-benar seperti bawahan dan majikan. Bukan seperti sepasang suami istri.

"Biar sama saya aja Tuan!" ujar Azizah saat Arga ingin mengalaskan nasi untuk makannya.

Arga tertegun saat Azizah memanggilnya kembali dengan sebutan Tuan seperti pertama kali mereka baru saja menikah. Kenapa rasanya asing sekali?

"Minumnya mau apa Tuan? Air putih atau es jeruk?"

"Sudah jangan banyak bicara. Duduk saja makan denganku."

"Maaf."

Azizah hanya menunduk lalu duduk di kursi sebelah. Ia merasa tak pantas. Ia merasa rendah diri saat ini. Kenapa dulu Ia dengan percaya diri bahwa Arga mencintainya?

Bodohnya dia bahwa dengan percaya tanpa sadar diri Ia hanyalah anak dari seorang pembantu. Dan semua ini adalah sandiwara belaka.

"Kenapa tidak makan?"

"Aku masih kenyang Tuan."

Brak

Arga beranjak dari sana seraya menendang kursi. Raut wajahnya terlihat marah seperti memendam sesuatu. Azizah terlonjak kaget. Ia langsung menghampiri Arga.

"Kenapa Tuan? Apa ada yang salah dengan saya?"

Jujur saja tubuh Azizah bergetar saat ini. Melihat kemarahan Arga sampai menendang kursi membuatnya takut.

"Aku benci dengan panggilan Tuan." Ketus Arga seraya melewati Azizah.

"Bukankah hubungan kita memang bukan seperti layaknya suami istri? Lebih tepatnya kita seperti atasan dan bawahankan? Apalagi tujuanmu menikahiku memang hanya untuk memanfaatkan saja dan setelah memberimu anak Aku akan di buang karena Aku hanyalah anak pembantumu yang akan dengan mudah di bohongi!"

"Terus bicara dengan panjang. Inikah yang kamu dapatkan setelah bekerja? Ini ilmu yang kamu dapatkan saat di luar rumah. Hingga kamu bisa melawanku? Berdebat denganku?"

Nada suara Aga begitu tinggi. Azizah tidak terbiasa dengan laki-laki seperti ini. Ia tak terbiasa di teriaki. Di tatap dengan begitu tajam. Dan rasanya semua ini begitu menyakitkan sekali.

Terpaksa Menikah Dengan Majikanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang