Masa Depan yang Hancur

709 12 0
                                    

Seorang wanita berparas cantik nan Ayu dengan balutan hijab berwarna hitam kini tengah duduk seraya menunduk. Raut wajahnya tampak terlihat sendu. Tangannya meremas kuat. Sampai-sampai tubuhnya ikut bergetar.

Suara seorang pria paruh baya berhasil meruntuhkan jiwanya. Hari ini dan mulai detik ini. Semua impian dan harapan yang sudah Ia susun  dengan apik kini sirna sudah.

"Azizah gak mau Ayah. Umur Zizah masih 18 tahun. Masih sangat muda untuk menikah. Zizah ingin melanjutkan kuliah agar masa depan Zizah lebih baik Ayah. Biar Zizah bisa membuat bangga Ayah. Dan mengangkat derajat keluarga kita."

"Zizah dari mana uangnya kamu ingin kuliah. Ayah sudah tidak sanggup membiayaimu. Sudahlah menikah saja dengan Tuan Arga. Dia pria baik. Ayah sudah mengenalnya selama berpuluh-puluh tahun. Sejak kamu masih kecil. Ayah sudah bekerja dengan keluarganya."

"Tapi Ayah. Zizah tidak mau di jadikan yang kedua. Apalagi Tuan Arga sudah berumur 35 tahun. Zizah tidak mau Ayah. Zizah masih kecil. Zizah janji tidak akan merepotkan Ayah. Zizah tak akan meminta uang sepeserpun dari Ayah. Tapi tolong jangan nikahkan Aku dengannya Ayah. Semua itu menyangkut masa depanku."

Wanita itu berbicara dengan mata yang berkaca-kaca. Seraya menatap wajah keriput sang Ayah yang kini ada di sebelahnya. Saling berhadapan dengannya.

"Zizah tolonglah Ayah. Adikmu kini sudah mulai besar. Rani sudah mulai masuk SMA. Sedangkan Fadil sudah mau SMP. Ayah sudah tidak sanggup membiayai adik-adikmu. Jika kamu menikah dengan Tuan Arga. Inshaallah semuanya sudah terpenuhi. Tuan Arga berjanji akan menyekolahkan adik-adik mu sampai beres. Serta akan menanggung semua kebutuhan hidupnya sampai mereka menikah. Tak hanya itu. Tuan Argapun akan memberikan kita rumah. Kamu tahu sendiri selama ini kita sangat sulit bahkan untuk membayar kontrakan saja. Tolong Ayah Nak." ucap sang Ayah seraya menatap putri sulungnya dengan penuh rasa Iba. Tangannya mengulus mengusap puncak kepala gadis cantik itu.

Deg

Mendengar kata itu. Azizah terdiam. Hatinya sakit tak terkira. Air matanya meluncur dengan deras mewakili perasaannya.

Kehidupan keluarganya memang sangat jauh dari kata mapan. Bahkan selalu kekurangan. Sang Ibu meninggal beberapa tahun yang lalu. Dan Ia kini hanya tinggal bersama Ayah dan kedua adiknya saja.

Azizah menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia menangis tersedu-sedu.

"Maaf jika Ayah membebanimu. Tapi inilah mungkin takdir kita. Ayah tidak tahu umur Ayah sampai kapan. Jika Ayah tiada. Bagaimana nasib kalian?"

"Ayah jangan bicara seperti itu!"

Azizah akhirnya kini memeluk sang Ayah. Membayangkan sang Ayah tiada sudah membuat hatinya sangat sakit. Rasanya Ia tak akan sanggup kehilangan sosok pria yang selama ini menjadi pelindung baginya.

"Jika kamu menikah dengan Tuan Arga. Ayah tenang Nak. Kamu sudah pasti ada yang menanggung jawab. Juga kedua adikmu. Masa depan kalian pasti cerah. Bahkan Tuan Arga  membebaskanmu untuk melanjutkan kuliah.  Tugasmu hanya memberikannya seorang anak saja dan menjadi istri yang baik baginya. Karena istrinya di vonis tak akan bisa memiliki anak. Maka dari itu Tuan Arga mencari wanita yang bisa di jadikan istri keduanya. Tentu saja semua itu atas izin istri pertamanya. Dan Ia memilih kamu. Dengan alasan sudah tahu betul sifatmu. Karena Arga ingin anaknya terlahir dari wanita baik sepertimu."

"Tapi Ayah bagaimana dengan masa depanku?"

Azizah menatap sang Ayah yang kini sudah terlihat semakin tua. Kepalanya kini berada di dada bidang sang Ayah. Denga air mata yang selalu saja menetes tak henti.

"Cinta bisa datang belakangan Nak. Apalagi niatmu baik. Demi adik-adikmu. Inshaallah Allah akan hadirkan perasaan cinta untukmu pada Tuan Arga. Sungguh bukan Ayak tak mengerti perasaan mu. Tapi semua ini Ayah lakukan tak lain untuk masa depanmu dan juga kedua adikmu. Ayah tahu betul Tuan Arga. Inshaallah dia akan menjadi suami yang baik untukmu. Dia berjanji pada Ayah akan menjaga dan mencintaimu seperti Ayah menjagamu dan menyayangimu."

Terpaksa Menikah Dengan Majikanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang