Bab 4
"Aku mau kita cerai."
Deg
Raut wajah Arga kini berubah seketika. Ada rasa tidak rela ketika wanita polos ini meminta berpisah darinya. Bagaimanapun selama satu bulan menjadi teman tidurnya. Azizah berhasil membuat Ia nyaman berada di dekatnya. Meski tak di pungkiri kini hatinya tetap untuk Elsa. Tapi berada di dekat Azizah selalu berhasil membuatnya lupa akan segala permasalahan hidup. Berada di dekat Azizah terasa lebih tenang dan Ia tak lagi merasa kesepian.
Tak hanya itu. Ia pun belum menggapai apa yang di tuju. Azizah belum memberikannya seorang anak. Dan sebelum itu Ia tak akan pernah melepaskan Azizah.
"Jangan asal bicara kamu!" Tegas Arga seraya menatap wajah sendu itu.
"Aku tidak asal bicara. Aku ingin kita berpisah. Untuk apa kita berada dalam lingkup pernikahan jika tak ada cinta sama sekali. Tadinya Aku sudah mulai menerima Mas sebagai suami. Bahkan benih-benih cintaku sudah mulai tumbuh. Dan kamu menghancurkannya dengan begitu dahsyat. Membuat hatiku seperti di tusuk dengan tajam."
Sudah bisa di bayangkan bagaimana marah dan sakitnya Azizah saat ini. Air matanya yang deras sudah berhasil mewakili bagaimana sakitnya hati Azizah saat ini.
"Aku tidak akan menceraikanmu. Sebelum kamu mengandung anakku."
"Aku tak mau mengandung anak dari pria yang tak mencintaiku. Apalagi anakku akan Mas ambil untuk di jadikan anak kandung Mas dengan Nona Elsa. Coba Mas bayangkan jadi Aku. Apa menurut Mas Aku mau melakukan itu? Apa semua ini tidak terlalu kejam bagiku?"
Azizah menangis. Menatap wajah Arga dengan penuh rasa kecewa.
"Jika kamu bercerai denganku. Akan Ku pastikan semua apa yang Ku beri pada keluargamu akan Aku renggut kembali. Bahkan Aku akan mencabut biaya sekolah adik-adikmu itu. Serta rumah yang Ku berikan untuk mereka. Apa kamu tega melihat mereka sengsara hah?" Suara Arga meninggi satu oktaf. Membuat Azizah terlonjat kaget. Baru kali ini Dia melihat Arga marag. Yang Ia pikir mungkin ini sifat aslinya.
"Aku akan berusaha untuk membiayai mereka. Kami sudah biasa hidup susah. Jadi jangan mengkhawatirkan kami."
"Apa kamu yakin biasa membiayai mereka tanpa Ayahmu? Tanpa kamu tahu Ayahmu punya penyakit kanker yang mematikan. Dia menyembunyikannya darimu selama ini. Dan kamu dengan angkuhnya mau bercerai denganku? Sedangkan Ayahmu sudah mempercayaimu berada dalam dekapanku. Apa kamu yakin bisa hidup sendiri dan membiayai adik-adikmu itu?"
Jedder
Azizah seketika terdiam dengan raut wajah terkejut. Kepalanya menggeleng pelan. Raut wajahnya terlihat begitu terkejut. Keringat dingin tiba-tiba terasa mengucur membasahi wajahnya.
"Apa maksud Mas. Ayah punya penyakit kanker?"
"Kamu tanya saja pada Ayahmu jika tak percaya. Dia sudah mengidap penyakit itu selama satu tahun lamanya. Dan menyembunyikannya dari anak-anaknya. Maka dari itu dia sangat senang ketika kamu menikah denganku karena Aku akan menjamin semua kebutuhan anaknya termasuk dirimu. Dan kini kamu dengan angkuhnya mau berpisah denganku. Tak takutkah kamu keluargamu akan kecewa dan menjadi gelandangan?"
Azizah tak bisa berkata apa-apa lagi saat ini. Sungguh dia tak menyangka dengan penuturan Arga. Ia kini menjatuhkan tubuhnya di lantai. Lalu menangis tersedu-sedu disana.
Ia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Sungguh Ia tak menyangka pria yang menjadi cinta pertamanya itu mengidap penyakit yang mematikan. Pantas saja sang Ayah memaksanya untuk menikah dengan Arga. Mungkin agar putra dan putrinya setidaknya tidak kekurangan soal harta seperti yang selalu Azizah alami selama ini.
"Ya Allah!" Lirihnya masih dengan tangisannya.
Tak tega Arga kini membantu Azizah untuk berdiri. Namun Azizah menepisnya dengan halus. Ia tak ingin tangan Arga menyentuhnya. Namun Arga memaksanya. Hingga kini keduanya kembali saling bertatapan.
"Kenapa Mas baru mengatakannya sekarang?" Lirih Azizah dengan suara pelannya.
"Karena Ayahmu yang memintanya."
"Astagfirullah."
Tubuh Azizah lunglai dan lemas. Hingga luruh di pelukan Arga tanpa sengaja.
"Zizah kamu kenapa?" tanya Arga seraya berjongkok melihat Azizah yang kini tengah pusing memegangi kepalanya.
"Kepalaku pusing."
"Istirahat dulu!" Arga memangku tubuh Azizah lalu di baringkannya di atas ranjang.
Sudah tiga hari ini memang Azizah selalu merasakan pusing dan tidak enak badan. Terkadang mual. Ia tak tahu gejala apa ini. Namun yang pasti Ia berfikir bahwa ini adalah penyakit maagnya yang kambuh karena selama ini Ia kerap sekali susah untuk makan.
"Tolong tinggalin Azizah dulu Mas. Aku lagi mau sendiri," ujar Azizah seraya membelakangi Arga.
"Bagaimana bisa Aku meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini."
"Tolong Aku Mas. Tinggalkan Aku."
"Baiklah. Aku akan panggilkan dokter untukmu."
"Tidak perlu."
"Tapi menurutku perlu."
"Tapi Aku tidak mau. Tolonglah mengerti Aku. Biarkan Aku sendiri dulu."
"Ternyata kamu wanita keras kepala!" Ketus Arga seraya kini keluar dari kamarnya meninggalkan Azizah sendirian di kamar. Ada rasa tak tega di dalam hati kecilnya melihat wanita polos itu menangis. Namun jika tak mengatakan yang sebenarnya pada Azizah. Ia tak memiliki kekuatan untuk tetap menjadikan Azizah miliknya.
***
Kini seseorang datang mengetuk pintu kamar. Azizah langsung mempersilahkan masuk siapa yang datang. Di lihatnya kini sang Ibu mertua yang datang. Seraya membawa susu dengan roti.
Azizah terlonjak kaget. Ia langsung duduk dari yang tadinya tengah berbaring.
"Ah Nyonya maaf. Zizah kira siapa. Mari masuk Nyonya!" ujar Azizah. Untuk pertama kalinya Ia kembali bertemu dengan sang Ibu mertua setelah di acara pernikahan ketika itu. Mengingat sang Ibu mertua selalu pulang pergi ke luar negeri.
"Kata Arga kamu sakit." ujar Ibu Henny dengan raut wajah yang tampak dingin tanpa ekspresi. Wanita paruh baya itu menghampiri Azizah. Dan duduk di sebelahnya.
"Ah tidak Ibu. Azizah hanya pusing sedikit saja."
Azizah kini memaksakan untuk duduk. Rasanya canggung sekali bertemu dengan mertua yang sebelumnya sangat di hormati dan segani karena ini tak lain adalah majikan Ayahnya sendiri.
"Sudah tidak apa-apa. Istirahat saja." ucap Ibu Henny saat Azizah hendak berdiri.
Azizah tersenyum. Gerakan tubuhnya tak bisa di bohongi terlihat sekali bahwa Ia tak nyaman dengan semua ini.
"Apa kamu sudah telat datang bulan?" tanya Henny tiba-tiba. Azizah sudah menebak kemana arahnya.
"Belum Bu." ucap Zizah berbohong. Padahal sebenarnya Ia sudah telat 5 hari. Karena Ia tahu apa maksud dari pertanyaan Ibu mertuanya tersebut.
"Kalau telat langsung periksakan dirimu ke dokter. Semoga saja kamu secepatnya hamil."
"Baik Bu. Doakan saja Bu."
"Hmmm. Sekarang minumlah ini. Kamu harus selalu sehat. Biar bisa segera memberikan cucu untuk saya." Ujar Ibu Henny dengan raut wajah yang datar dan kaku. Tanpa ada senyuman sedikitpun.
Azizah memaksakan tersenyum. Meski rasanya tak ingin sekali jika harus mengandung anak untuk orang lain dan akhirnya Ia akan di pisahkan.
"Inshaallah Bu."
"Baiklah. Saya keluar dulu. Mulai saat ini panggil saja saya Ibu."
"Ba-baik Bu." ucap Zizah dengan gugup.
"Oh ya nanti malam akan ada makan malam bersama mumpung ada semuanya. Saya tunggu kamu!"
"Iya Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Majikanku
RomansaAzizah gadis cantik berumur 18 tahun di paksa menikah dengan majikan sang Ayah yang sudah memiliki istri. Karena terbentur ekonomi dan ada dua adik yang harus di biayainya. Mengingat sang Ayah memiliki penyakit kanker yang mematikan. Arga berkata me...