Pingsan

291 10 2
                                    

Kini Azizah sudah berada di rumah sakit terdekat. Tengah berbaring dan masih tak sadarkan diri. Dokter kini tengah memeriksanya. 

"Tidak apa-apa. Tubuhnya memang lemah dan hanya butuh istirahat saja. Ibu hamil memang sudah biasa seperti ini apabila kelelahan. Jika bisa harus istirahat total dan jangan terlalu beraktifitas lebih."

Deg

Rio mematung tak percaya saat mendengarkan apa penjelasan dokter. Tak menyangka bahwa Azizah sudah memiliki suami dan tengah hamil. Jika begini Ia telah salah mencintai seseorang. Hatinya terasa begitu hancur seketika. Ia telah mengangumi sosok wajita cantik nan anggun ini sejak pertama kali bertemu. Dan kini Ia harus menerima kenyataan bahwa Azizah tengah hamil. Lalu bagaimana dengan perasaannya?"

"Oh hmm... Terimakasih Dok. Apakah harus di rawat atau boleh pulang?" ucap Rio terlihat tenang agar sang Dokter tak curiga bahwa Ia bukan suaminya. 

"Boleh pulang Pak. Saya akan memberikannya vitamin agar kandungannya kuat. Dan saya berpesan agar istri anda istirahat total untuk kesehatan tubuh dan calon bayinya."

"Baiklah Dok. Terimakasih banyak."

"Sama-sama Pak."

Pria berumur 33 tahun itu kini terududuk lemas di samping Azizah. Ranipun tak menyangka jika Azizah telah menikah dan tengah hamil. Dan yang lebih mengejutkan lagi. Ia melihat sang majikan yang terlihat begitu rapuh dan hancur hingga memegangi kepalanya. Dan Ia bisa menebak bahwa sang majikan telah jatuh cinta pada Azizah. 

Bagaimana bisa wanita yang masih sangat muda seperti Azizah telah memiliki suami  apalagi tengah hamil. Rasanya di jaman sekarang tidak mungkin. 

Rio kini duduk di samping Azizah. Seraya menatap wajah teduh itu penuh cinta dan rasa kecewa. 

Tak lama kemudian Azizah tersadar. Matanya mulai terbuka perlahan. Melihat itu, Rio langsung bertindak. 

"Kamu sudah sadar?" Rio refleks memegang tangan Azizah. Namun dengan terkejut Azizah langsung melepasnya. 

"Ah maaf." ucap Rio. 

"Mau minum Zah?" tanya Rani. 

"Boleh Ka. Maaf."

Rani mengambilkan minum untuk Azizah. Dan membantunya untuk bersandar. Rio tak berani lagi menyentuh Azizah karena menghormatinya. 

"Dimana ini Kak?" tanya Azizah. 

"Di Rumah Sakit Zah. Kamu tadi pingsan. Pak Rio yang membawamu kemari."

Azizah kembali menatap Rios dengan raut wajah yang begitu sungkan. 

"Ah terimakasih Pak. Maaf sebelumnya sudah merepotkan."

"Hmmm... Saya kira kamu belum menikah dan tidak sedang hamil. Kalau tahu kamu hamil saya tidak akan menerima lamaranmu waktu itu," ketus Rio dengan wajah dinginnya. Sama sekali tak menunjukan bahwa Ia memendam perasaan pada Azizah. 

"Maaf Pak. Saya tidak berbohong. Hanya saja memang hal itu tidak di pertanyakan saat interview." ujar Azizah. Rio terdiam karena memang Iya. Hanya saja saat ini Ia sedang kecewa dengan fakta yang sebenarnya. 

"Baiklah, aku masih berbaik hati padamu. Selama satu minggu kamu boleh cuti untuk istirahat. Kasian bayi kamu."

"Makasih banyak Pak. Tapi saya boleh minta tolong rahasiakan kehamilan ini ya Pak? Pada siapapun." 

"Hmmm.. Kenapa?" tanya Rio penasaran. 

"Saya tidak ingin suami saya mengetahuinya."

"Aneh sekali." Ketus Rio. Padahal di dalma hatinya Ia bertanya-tanya mengapa Azizah sampai menyembunyikan kehamilannya oada suaminya sendiri. 

Terpaksa Menikah Dengan Majikanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang