Untuk pertama kalinya lagi Azizah kini masuk ke tempat kerja setelah istirahat selama satu minggu. Kali ini Ia akan bekerja seperti biasanya. Sebelum nanti jika Arga sudah pulang Ia benar-benar akan resign dari pekerjaan ini. Termasuk pada Rio yang merupakan atasannya. Dia akan mengundurkan diri secara baik-baik. Mengingat Arga berjanji akan menjadikannya sekertaris pribadi.
"Bagaimana sudah sehat Zah?" tanya Rani seraya merangkul temannya itu. Ketika Azizah baru saja datang.
"Alhamdulillah Ka. Zizah sekarang sudah sehat." ucap Zizah seraya tersenyum.
"Syukurlah. Bagaimana kandunganmu?" tanya Rani dengan suara yang begitu pelan agar tidak terdengar orang lain.
"Alhamdulillah sehat Ka."
Semua teman-teman Azizah kini menghampirinya. Ia tak akan berkata pada siapapun bahwa Ia akan resign dari pekerjaan ini. Sebelum Arga benar-benar akan memperkejakannya.
Sudah tiga hari Arga pergi. Dan hari ini Ia begitu semangat karena Arga akan pulang. Mengingat tadi pagi Arga mengiriminya pesan untuk bersiap menyambutnya pulang.
Selama Arga disana. Ia menginap di rumah sang Ayah. Tentunya setelah meminta izin pada sang suami.
Selama tiga hari disana. Azizah begitu puas. Ia menceritakan tentang kehamilannya. Dan betapa senangnya serta bahagianya sang Ayah akan memiliki cucu dan juga kedua adiknya yang antusias karena akan segera memiliki keponakan.
"Anak Bunda sayang. Hari ini Bunda kerja. Mohon kerjasamanya ya Nak. Anak Bunda harus kuat. Kita jalanin ini semua sama-sama yaa!" Azizah mengusap perutnya yang kini usia kandungannya sudah memasuki tiga bulan. Karena badannya yang mungil. Jadi perutnya masih rata dan tidak terlihat tengah hamil.
"Zizah tolong antarkan ini ke pelanggan."
"Baik Kak."
Dengan semangat Azizah kini membawakan makanan pesanan pelanggan yang berada di privat room. Bersama dua pelayan lainnya. Mengingat pesanannya begitu banyak.
"Selamat siang Nyonya. Maaf mengganggu. Ini pesanannya."
"Iya silahkan." ujar para perempuan -perempuan berkelas itu. Yang sepertinya tengah mengadakan arisan.
Namun tiba-tiba Azizah mendengar pembicaraan mereka. Yang menyebut nama Elsa serta sang suami.
"Eh katanya Elsa kemarin liburan yah sama si Arga?"
"Iya si Elsa cerita sama Gue. Katanya dia liburan ke Swiss."
"Waw... Mereka emang pasangan paling sweet sih gue akuin. Gue juga kalah sama mereka."
"Iya Gue juga baru nemuin laki-laki kaya Arga. Masih setia sama cewe yang punya penyakit."
"Iya Gue denger sih Arga menikah lagi. Sama anak pembantunya."
Para wanita itu tertawa. "Oh my god? Jangan bercanda loe?"
"Ya masa Gue bercanda. Beneran. Tapi makanya Arga milih wanita itu. Karena wanita itu mungkin akan mudah di bohongin. Mau aja kali yaa cewenya. Namanya juga anak pembantu. Ya maulah nikah sama majikan. Padahal dia gak tahu kalau Arga cuman mau manfaatin dia doang. Baru tau rasa nanti tuh si cewe."
Deg
Azizah kembali merasa di tusuk jantungnya. Kenapa dia harus bertemu dengan orang-orang yang sangat dekat dengan Elsa? Dan membuatnya tahu tentang ke duanya.
Dan bukankah suaminya itu pergi bekerja ke luar kota? Namun nyatanya pergi liburan bersama Elsa. Sakit sekali rasanya. Sakit.
"Haha... Dasar pembantu. Tapi gue rasa cinta mereka gak akan pernah pudar selamanya. Mereka sangat saling mencintai."
"Iyalah... Gak mungkin Arga kepincut cinta sama anak pembantu. Ya kali. Dia seorang CEO mau nikahin cewe rendahan kaya gitu."
Ya Allah hati Azizah rasanya remuk saat ini juga. Ingin rasanya segera keluar dari ruangan ini agar tidak terlalu banyak mendengar pembicaraan mereka. Hanya saja Ia belum beres dalam menghidangkan makanan yang di pesan begitu banyak.
"Iya betul. Si Arga cuman mau anaknya aja. Abis itu pasti cewe itu di buang. Ya mending Elsa lah. Dia artis dan model terkenal."
"Haha... Betul banget. Kalau Gue jadi cewe itu. Gak maulah. Mending Gue pergi aja dari sekarang dari pada anak Gue harus di bawa."
Azizah menghela nafas. Berusaha terlihat tenang. Meski konsentrasinya pudar. Rasanya Ia ingin menangis saat ini juga.
"Maaf Nyonya ini sudah selesai. Apa ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Azizah yang akhirnya menyelesaikan dengan cepat pekerjaannya.
"Sudah. Terimakasih Yaa!"
"Sama-sama Nona."
Azizah kini kembali bekerja dengan profesional. Gaji yang Ia simpan selama beberapa bulan ini sudah lumayan bisa Ia jadikan buat DP rumah. Selebihnya Ia akan mencicilnya dengan bekerja.
Niatnya untuk resigne dari pekerjaan ini akan dia urungkan. Mendengar semua pembicaraan wanita itu membuat dirinya ragu jika Arga akan menjadikan Ia istrinya selamanya. Seperti yang Arga katakan ketika itu.
Hingga Ia harus tetap bekerja menjaga-jaga sesuatu hal buruk terjadi. Uang yang Arga berikan padanya memang sangat cukup. Bahkan Jika Ia ingin membeli rumah serta isinya secara cash pun sangatlah bisa. Namun Ia tak ingin ada campur tangan Arga disana. Karena Ia takut suatu saat nanti Arga akan mengambil apa yang telah di berinya dan menjadikan alasan untuk membawa anaknya pergi.
***
Azizah kini tengah berada dalam perjalanan menuju rumah. Kali ini Ia menggunakan taxi online karena hujan yang begitu lebat.
Namun ketika berada di dalam mobil. Seseorang yang tidak di kenal mengirimi video padanya. Dengan rasa penasaran. Azizah membuka pesan itu. Dan melihat isi video tersebut.
"Percayalah sayang. Aku hanya berpura-pura mencintainya. Semua kemesraan ini adalah sandiwara."
Deg
Tubuh Azizah terasa bergetar saat melihat video tersebut. Yaa sebuah Video yang begitu jelas terlihat Arga disana bersama Elsa ketika malam itu. Karena Video tersebut di ambil dari kamera CCTV. Hingga terlihat dengan jelas tanggalnya.
Azizah menangis. Ia meremas handphonenya. Tak menyangka jika Arga kembali membohonginya.
"Kamu tegas Mas!" Gumam Azizah dengan hati yang begitu hancur sudah tak berbentu lagi. Hancur, sakit, kecewa beradu menjadi satu.
Mengapa? Mengapa Arga dengan tega membohonginy kembali? Tidak terlalu kejamkan pria itu memperlakukan dirinya?
Dan tak lama kemudian Ia kini sampai di rumah. Namun sesuatu buruk kini kembali terjadi. Dimana Ia melihat sang Ayah tengah di sidak oleh kedua mertuanya. Yang tak lain adalah orang tua Arga.
"Pak Dani saya lihat-lihat selama ini kinerja Pak Dani semakin tidak baik. Karena kejadian tadi. Saya mengalami rugi miliaran rupiah. Dokumen yang saya titipkan pada Pak Dani tadi telat. Sudah saya katakan dokumen itu sangat penting!" Suara sang Ayah mertua begitu tinggi. Raut wajahnya pun terlihat marah.
Sedangkan Ayah Dani terlihat menunduk tak berani menatap kedua majikannya tersebut. Azizah menyaksikan ketiganya yang kini tengah berada di ruang tengah.
"Maaf Tuan besar. Saya tadi tiba-tiba pusing. Jadi saya berhenti terlebih dahulu karena jika di paksakan takut terjadi hal yang tidak di inginkan. Apalagi jalanan tadi macet Pak karena ada kecelakaan. Maafkan saya."
"Kata maaf mu tidak bisa mengembalikan kerugianku. Gajihmu selama 10 tahun disini pun tidak akan bisa membayarnya. Jangan mentang-menyang anak kamu udah menikah dengan anak saya jadi seenaknya. Kamu tetap bawahan saya. Anak mu pun hanya sementara jadi menantuku."
Pak Dani terlihat menatap dengan raut wajah bingung atas perkataan majikannya tersebut.
"Apa maksud Tuan?"
"Anak kamu akan di ceraikan oleh anak saya ketika Ia sudah memberikan saya seorang cucu. Makanya jangan cari gara-gara. Baru di nikahi anak saya beberapa bulan udah belagu kaya gini." sahut sang Ibu mertua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Menikah Dengan Majikanku
RomanceAzizah gadis cantik berumur 18 tahun di paksa menikah dengan majikan sang Ayah yang sudah memiliki istri. Karena terbentur ekonomi dan ada dua adik yang harus di biayainya. Mengingat sang Ayah memiliki penyakit kanker yang mematikan. Arga berkata me...