.
.
Tak terasa hari berlalu begitu cepat, lukaku yang mendalam kini sudah mengering. Setiap saat aku selalu berpikir, terkadang tuhan begitu baik padaku tetapi terkadang juga begitu jahat kepadaku.
Aku sudah menghabiskan waktuku dengan seseorang yang pernah melukai hatiku, tidak hanya hati tapi orang itu melukai seluruh bagian yang ada di tubuhku.
Namun waktu berlalu bak air sungai yang mengalir begitu deras, pria yang menorehkan luka kepadaku, kini dia juga yang memberiku obat.Banyak orang di luar sana menertawakanku karena dengan bodohnya aku menerima seseorang yang seperti itu, tapi apa mereka tau bahwa seseorang itu sudah berubah seperti siang dan malam yang berubah dengan adanya waktu yang mengejar. Pria itu juga berubah seperti itu, dahulu kata-katanya setajam belatih yang bisa menembus jantung siapa saja, kini kata-katanya seperti hembusan angin sehabis hujan yang mampu membuat siapa saja sejuk karena semilirnya.
Pria itu bahkan pernah menangis saat melihatku yang bertaruh nyawa melahirkan malaikat-malaikat kami. Ia selalu menungguku dan mengurus kedua putra kamu dengan sangat baik bahkan aku tidak pernah melihat seorang pria dominan begitu telaten mengurus anaknya bagaikan benang yang akan di masukkan kedalam jarum. Kasih sayangnya terhadap anak-anak kami begitu besar sampai lensaku saja tak dapat menembus hal itu.
Sahabatku, Ten, dia selalu menasehatiku tentang sebuah hubungan. Jujur aku sangat beruntung karena adanya dirinya disisiku, aku juga beruntung karena kehadirannya yang selalu disisiku membuatku bisa bertukar cerita. Oh ya berbicara soal dirinya, kini Ten sudah memiliki satu anak. Pria manis itu berhasil melahirkan pria manis lainnya. Takdir Ten begitu mulus, lukanya juga tidak ada aku iri padanya.
Namun seseorang selalu membuat rasa iriku hilang, seperti sekarang. Ia bermain dengan kedua putra kami yang sudah berusia 7 tahun- Jung Minhyung atau Jaehyun sering menyebutnya Mark, adalah putra sulungku yang aku lahirkan terlebih dahulu. Lalu sejam setelahnya lahirlah putra keduaku Jung Jeno- pria yang tumbuh sangat mirip dengan Daddy-nya.
"Ada apa sayang?" Aku tersentak dari lamunanku saat suara halus milik pria bermarga Jung itu mengapa indra pendengaranku.
Ia tersenyum menatapku, senyumnya yang indah, dapat meluluhkan siapapun. Senyumnya yang dapat mengukir cacat di kedua pipinya membuat kesan indah tersendiri.
"Tidak ada, aku hanya merasa bahagia dengan apa yang aku miliki sekarang Jae" Taeyong tersenyum indah melihat pemandangan yang jauh lebih indah dari apapun.
"Daddy, Jeno mengacau. Dia mengambil cat airku dan membuangnya secara asal" Mark menunjuk Jeno yang duduk tau jauh darinya.
Mendengar suara Mark yang terdengar kesal, pria berparas manis itu langsung datang menghampiri kedua putranya yang sibuk membuat sebuah gambar.
"Ada apa Minhyung? Jeno kau mengacau hyungmu?" Suara keibuan yang di keluarkan dari mulut pria manis itu terdengar begitu lembut membuat siapapun terbuai olehnya.
"Dia duluan, jika Mark tidak mencoret kertas gambarku aku tidak akan mengambil cat airnya" tunjuknya, memberikan kertas HVS kepada pria manis itu.
"Jeno, dia Hyung mu. Jangan memanggilnya dengan begitu" Jaehyun mendekat, duduk tepat di samping sang manis.
"Bubu lihatkan, dia yang melakukan terlebih dahulu. Daddy selalu membela Mark aku tidak suka" Jeno membanting kertas HVS di tangannya dan berlari menaiki tangga, meninggalkan kedua orang tuanya dan saudaranya.
Jika sudah seperti ini rasanya kepala taeyong ingin pecah, kedua putranya yang sering sekali beradu mulut bahkan di usia segini mereka pernah beradu kekerasan satu sama lain. Kedua saudara kembar yang tak seiras itu memiliki kepribadian yang juga sangar berbeda seperti air dan minyak, namun percayalah keduanya memiliki rasa sayang yang begitu besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
love and pain || JAEYONG
FanfictionSusah payah aku mengeringkan luka gores karena mu, namun dengan mudahnya kau menggoreskan luka lagi padaku ‼️MPREG ‼️JAEYONG ‼️BxB 📍jangan salah lapak ya sayang Note: murni dari pemikiran aku yg sempit