17

785 61 10
                                    

HAPPY READING GAYSSSS ♥️♥️
.

.

Brak

Jaehyun mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa orang gang berani membuka pintu ruang kerjanya seperti itu.

Wanita dengan dress mini berdiri di hadapan Jaehyun dengan sebuah map di tanganya.

"Terserah mau kau apakah"

Wanita itu melempar map di tangannya tepat dihadapan Jaehyun. Ia kemudia berjalan kearah sofa dan merebahkan tubuhnya disana. Membiarkan pria dengan rahang tegas itu membacanya.

Jantung Jaehyun berpacu seperti habis lari 100 putaran. Matanya terbelalak kaget saat mulai membaca satu persatu kata yang tertulis dengan rapi di kertas itu.

Pikirannya gelisah, tubuhnya juga bereaksi hal yang sama. Tangannya dingin dan butiran keringat mulai jatuh perlahan dari keningnya.

Berkali-kali ia membaca surat itu dan berkali-kali juga ia merasa seperti habis lari 100 km dalam waktu  menit.

"Lama sekali kau membaca tuan Jung. Waktu ku tak banyak, aku ada acara pemotretan sebentar lagi"

Suara wanita itu membuyarkan lamunan Jaehyun. Ia memandang sekilas wanita yang asik tidur terlentang di sofa ruangannya sembari melihat ke arah langit langit ruangannya.

"Aisss kau ini" wanita itu bangkit dari tidurnya

"Kubunuh saja atau bagaimana?" Ucap wanita itu sembari menatap Jaehyun.

Jaehyun yang mendengar hal itu menggeleng singkat. Wanita ini mengandung anaknya.

Tak mungkin baginya untuk membunuh darah daginya sendiri. Hasil tes DNA ini menunjukkan 99% hasilnya positif. Ia ayah dari jabang bayi tersebut.

Tapi otak dan hatinya tidak kontras. Disatu sisi ia tak mungkin membunuh darah dagingnya dan disisi lain ia tak mungkin membesarkan anak ini. Ia sudah menikah, suami manisnya dan dua anaknya, tidak dua tapi tiga, suami manisnya itu juga sedang mengandung.

"Jung Jaehyun. Aku tidak mau mengurus anak ini, jika kau tak ingin ia terbunuh maka kau harus membesarkannya dengan keluargamu"

Wanita itu berdiri dari duduknya, berjalan kearah Jaehyun yang masi syok dengan apa yang terjadi.

"Kalau kau juga tidak bisa membesarkannya maka akan aku bunuh saja. Usianya sudah 4 bulan. Jika kau tanya mengapa perutku tak besar itu karena aku menyembunyikannya" wanita itu menarik dresnya hingga menampakkan perutnya yg terlilit oleh korset dengan sangat kuat.

"Kau lihat, dia sangat kecil itu mudah di keluarkan"

Kandungannya sudah memasuki bulan ke4 namun tak ada satupun orang terdekat yang mengetahuinya.

"Aku tak tega jika harus membunuh darah dagingku sendiri"

"Kalau begitu berarti kau siap mengurusnya? Jujur saja aku tak mau mengurus seorang anak, aku ini model majalah dewasa ternama. Sungguh tidak elit jika aku memiliki anak sebelum menikah"

Jaehyun dibuat bimbang dengan keputusannya sendiri.

"A-aku akan besarkan" gugup, namun itu keputusan telaknya.

.

"Bubu, mengapa bisa adikku tidur di perut bubu yang kecil ini?"

Taeyong tertawa mendengar ucapan Mark. Putra sulungnya itu mengelus perut buncitnya terus menerus.

"Minhyung sayang, kau dulu berdua bersama Jeno di dalam perut bubu yang kecil ini tapi kalian berdua tidak kesempitan" ucap Taeyong dengan lembut kepada putra sulungnya.

love and pain || JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang