Andare 017

64 17 4
                                    

Pagi ini gadis itu tampak sedang bersiap siap pergi ke sekolah, dia sedang merapikan dasinya. Tampak seragamnya digulung karna luka kemaren masih belum kering jadi dia tak bisa menutupnya. Sepertinya dia sudah siap untuk berangkat kali ini. Gadis itu mengambil tasnya dan berjalan keluar kamarnya dengan sedikit pincang, keadaan kakinya mungkin tak bisa untuk langsung sembuh dalam semalam, jadi dia harus sabar untuk penyembuhan kakinya.

Hari ini dia sedikit kesiangan saat bangun, jadi gadis itu tak kaget bila ada suara denting piring dari arah dapur, rupa rupanya itu keluarganya. Saat Dara ingin langsung berangkat, panggilan ayahnya menghentikan langkahnya. Rupanya ayahnya baru selesai untuk bersiap dengan kemejanya yang rapi ia berjalan keluar kamar sambil memakai jam tangannya, lalu tak sengaja melihat putrinya yang tampak ingin langsung berangkat ke sekolah.

"Dara.."

Dara menoleh kearah papanya, dan mengatakan "kenapa pah?"

"Sarapan dulu" ucapan Adi itu bukan pertanyaan melainkan perintah, jadi Dara terpaksa mengikutinya dari belakang dari pada ia harus berdebat lagi pagi ini.

Dara berjalan sedikit lebih belakang dari Adi Wiguna, jadi saat papanya duduk ia menyadari bahwa putrinya itu sedikit pincang, dan apa itu ia menemukan tangan dara yang terbalut perban.

"Kenapa kamu?" Tanya Adi.

"Maksudnya?" Jawab Dara sambil menarik kursi dan duduk disana.

"Itu tangan sama jalan kamu, kenapa bisa gitu?"

"Dia keserempet mobil pah kemaren, pulangnya malem banget. Mama sama Jae nungguin dia di ruang tamu, dateng dateng tiba tiba-tiba udah gitu" sahut sang mama tiri yang datang membawa beberapa masakannya dari arah dapur.

"Benar Dara?"

"Iya pa, Dara habis ke taman sama temen Dara terus gak sengaja pas nyebrang keserempet mobil"

"Lain kali hati hati, kamu tau kan ujian tengah semester sama olimpiade kamu udah deket. Jadi kalo kamu kenapa napa papa gamau rugi soal nilai kamu"

"Iya pah" jawab Dara pasrah.

Rasa kesal sebenarnya sangat Dara rasakan, bukan mencemaskan kesehatan sang anak justru Adi malah mencemaskan nilai. Tapi inilah Adi Wiguna sekarang, berbeda dengan Adi Wiguna yang dulu menjadi papa yang baik dan suami yang baik untuk Dara dan bundanya.

Dari arah tangga terlihat pemuda yang juga memakai seragam yang sama dengan Dara turun sambil memainkan handphone nya.

"Jae sarapan dulu sini sayang" ucap mama tiri Dara.

Jaehyuk hanya menoleh lalu fokus lagi pada handphone nya, dia berjalan menuju meja makan dan duduk tepat disebelah mamanya. Mereka memulai sarapan dengan hening, tanpa ada percakapan apapun. Hingga perkataan Adi yang tak bisa dibantah itu membuat Jae sedikit kesal.

"Jaehyuk kamu hari ini berangkat sama Dara ya, adik kamu habis keserempet mobil. Papa juga gak bisa anterin harna banyak kerjaan di kantor"

Jae menghela nafas berat lalu menjawab perintah Adi "iya pah"

Sedang Dara sedikit tidak enak, bahkan ia hanya mendengarkan saja tak berucap apapun.

"Dara kamu bareng kak Jae jangan bantah, nanti pulang sekolah langsung pulang aja. Papa mau ajak kamu ke pesta perusahaan kolega papa" ucap Adi yang hanya dibalas anggukan dari anak gadisnya itu.

"Papa juga hari Jum'at sampai senin harus ke Chicago untuk urusan bisnis. Jadi jangan buat ulah ya kamu selama papa di sana" sambung Adi.

"Iya pah"

Hening sudah acara makan pagi itu setelah percakapan terakhir. Mereka bergegas untuk menghabiskan masing-masing makanan mereka mengingat waktu sudah siang, takut jika dijalan macet dan berakhir harus telat menuju tempat tujuan mereka masing masing.

Andare - Takata Mashiho (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang