TC 02 -Syahadat 🌱

343 48 6
                                    

Kamu perlu bahagia. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, tidak usah memenjarakan dirimu sendiri, dengan apa yang seseorang inginkan dan pikirkan.

•••

"Cantik." Hyun Ra tersipu mendengar pujian cantik yang dilontarkan padanya. Matanya menatap kaca, speechless melihat penampilannya sekarang ini.

Selepas menyerahkan berbagai persyaratan ke masjid, Jum'at siang ini akhirnya ia akan mengucap ikrar syahadat juga. Gugup, tidak sabar, dan rasanya mendebarkan. Belum apa-apa saja, rasa haru sudah menyerangnya. Rasa nyaman Hyun Ra rasakan, kala gamis berwarna pastel itu menutupi lekuk tubuhnya. Rambut panjang kemerahan gelap yang biasanya terurai itu, kini terselimut rapi di dalam hijab.

Terimakasih ia ucapkan, pada Nawa dan Fatimah yang telah membantunya mengenakan pakaian syar'i ini. Tadi ia kesulitan untuk menusukkan jarum, untung saja dengan cekatan Nawa memasangkan jarum itu, membenahi hijabnya.

"Rasanya nyaman banget, sejuk." Matanya berkaca mengatakan itu, inikah rahmat yang Allah berikan? Mengetuk hati gadis itu, menunjukkan pada kebenaran.

"Semoga bisa istiqomah ya, sampai selepas ucap syahadat dan seterusnya." Fatimah menepuk pelan pundak Hyun Ra, ia tersenyum melihat gadis itu yang tampil berbeda dari pertama Fatimah melihatnya.

Bulir bening menetes dalam lamunannya, segera saja Hyun Ra langsung menghapus air itu. "Eh, kenapa? Kok nangis?" bingung Fatimah.

Hyun Ra menggeleng, "Cuma gak tahu, istiqomah itu, apa?" alibinya. Fatimah terkekeh mendengar pertanyaan bernada polos itu, begitupun Nawa. Ia menggelengkan kepala.

"Ning, jelasin Ning. Istiqomah itu apa," ujar Nawa. Fatimah mendelik mendengar panggilan itu.

"Ck, Nawa, gak usah panggil gitu." Nawa manggut-manggut saja dengan menahan senyumnya.

"Emangnya, Ning itu apa?" Fatimah menggaruk kepalanya, bingung mau menjawab pertanyaan yang mana terlebih dahulu.

"Aku jelasin satu-satu dulu, dimulai dari apa itu istiqomah." Hyun Ra mengangguk, memasang telinganya baik-baik, mendengar penjelasan yang akan Fatimah berikan.

"Jadi, istiqomah itu adalah masa dimana kondisi iman sudah stabil, gak lagi naik turun, karena udah punya amalan andalan untuk menjaga hati dalam takwa. Udah gak terkecoh lagi deh dengan apapun yang membuat iman kita turun. Udah teguh pendirian. Nah, istiqomah itu ada ketika kita mau berhijrah, mengalami fase-fase yang ada. Yaitu dimulai dari hijrah, hamasah, istiqomah, dan Quwadah." Begitu lembut tutur katanya, bukan seperti seseorang yang terkesan menggurui, Fatimah justru menjelaskan perlahan, bak seorang teman. Membiarkan Hyun Ra bisa mencerna perkataaan nya barusan.

"Apa itu hijrah? Hijrah itu adalah masa transformasi. Yaitu masa pengalihan dari kegelapan menuju cahaya. Di sini, masih banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki. Intinya, masa-masa dimana seseorang mempunyai kehendak mulai memperbaiki diri, dan berubah ke jalan yang dirahmatiNya. Mulai meninggalkan larangan Allah dan mengikuti perintahNya. Ini lah yang disebut pengalihan dari kegelapan menuju cahaya. Ya, hijrah itu gak mudah, kadang kita masih suka lalai dan digelayuti rasa kemalasan. Tapi berusahalah terus melawan rasa itu, jangan sampai terpengaruh dengan bujuk rayu setan." Hyun Ra mengangguk, raut wajahnya terlihat mencoba mencerna itu semua.

Fatimah pun melanjutkan ucapannya lagi, setelah tersenyum, melihat raut serius dari Hyun Ra. "Selanjutnya sudah memasuki tahap hamasah. Hamasah ini ialah masa dimana mulai semangat-semangatnya memperbaiki diri, tapi terkadang masih suka futur atau down. Itu wajar kok, jangan khawatir. Yang penting bisa teguh pendirian aja, tahap-tahap itu nanti pasti terlewati. Nah setelah itu barulah memasuki istiqomah, dan terakhir quwadah. Quwadah ini ialah masa-masa dimana ketika telah istiqomah dan mampu memberikan manfaat kepada umat dan menjadi contoh kebaikan." Hyun Ra semakin mengembangkan senyumnya, setelah mendengar pemaparan yang diberikan oleh Fatimah. Ia langsung menatap dirinya kembali pada cermin di depan.

The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang