"Beneran ditembak?" Kurva mengerjap, melihat Gus Arayyan, dan salah satu orang yang pergelangan tangannya terkena tembakan.
"Baru sadar, ternyata ini pesona abang yang baru aku lihat." Terang menggeleng takjub, matanya tak berkedip melihat Gus Arayyan yang menyisir rambutnya ke belakang. Dari atas hingga bawah, Terang memperhatikan penampilan abangnya. Celana denim hitam, dipadukan dengan kaus oblong warna putih dan dilapisi jaket rajut warna abu. Sederhana, tapi baru Terang sadari. Bahwa begitu berkharisma bagi perempuan-perempuan, yang selama ini sering meminta bantuannya mengenai persoalan abang-abangnya.
"Bocah, lengah terus." Ujung bajunya yang ditarik Hyun Ra menuju bawah meja membuat Terang buyar dari keterpesonaannya. "tolong jaga ini baik-baik, genggam erat-erat pokoknya. Diam di sini jangan keluar, oke?" ucap Hyun Ra sembari menyodorkan lima flashdisk. Terang mengangguk tanpa sadar mendengar itu.
"Kenapa cuma aku yang disuruh diem? Padahal aku juga bisa jadi orang keren. Ckckck, aku bukan anak kecil lagi." Terang menatap lempeng keributan ini.
Hyun Ra berlari, melihat pistol yang ditodongkan ke arah Galuh. Sepertinya orang itu mengincar kotak hitam yang dijaga Galuh sedari tadi.
Prakk! Pistol itu jatuh ke lantai dengan tendangan Hyun Ra. Orang itu sedikit meringis, karena pergelangan tangannya cukup banyak mengeluarkan darah, akibat tembakan dari Gus Arayyan tadi.
"Ah, questa faccia. Ho dimenticato il tuo nome, ma ricordo il tuo viso." Hyun Ra menyipitkan matanya, berbisik pada sosok laki-laki berbadan tinggi itu. Mata orang itu menatap tajam, menghiraukan rasa sakitnya, pertempuran tak dielakkan.
"Yak, Yeojareul gongkyeok handago?!" bentak Hyun Ra, sembari mundur ke belakang, terus menangkis tiap serangan. "haish, sekkiya, ijje nae charyeya! Jonbihaera!" Hyun Ra mundur ke belakang, kakinya lihai bergerak dari depan ke belakang, berputar, dan matanya fokus pada objek sasaran. Hingga tubuhnya berputar lagi dan hap!
Kakinya tepat mendarat di hidung laki-laki itu. Hyun Ra meringis melihat darah keluar dari sana, "Ah, kekencangan ya aku nendangnya? Maaf Om, udah lama gak olahraga kayak gini. Sekali lagi maaf." Hyun Ra sedikit membungkukkan badannya, tanda meminta maaf. Berbanding terbalik dengan raut wajahnya yang tidak seiras dengan perkataannya barusan. Ia tersenyum.
Jangan ditanya keadaan saat ini, sudah pasti mereka semua saling memukul, diselingi dengan suara tembakan. Tempat ini kacau dan mengerikan. Sembilan orang lawan lima orang? Memang cuma lima orang, tapi mereka ini bukan sembarang orang. Salah satu bagian dari kelompok manusia-manusia kejam, yang bahkan tidak perduli dengan nyawa manusia. Terlebih seorang anak kecil. Mengingat kelakuan orang-orang itu sungguh menaikkan darah.
Dari gerakannya yang gesit dan tidak terpengaruh dengan luka-luka yang ada, menggambarkan orang-orang ini sudah terlatih dengan sangat baik.
Gus Arayyan sesekali melirik ke arah Hyun Ra yang kini kembali bertarung, orang itu walaupun sudah berdarah tapi masih kuat dan sanggup bertarung. Apa lagi lawannya seorang perempuan, harga dirinya mungkin cukup tercoreng.
"Gus, fokus!" Hyun Ra menarik pergelangan tangan Gus Arayyan, dan meminggirkan diri. Satu tembakan melayang dan nyaris mengenai lengan Gus Arayyan.
"Huh, Gus gak apa-apa?" Hyun Ra membolak-balikkan lengan Gus Arayyan, melihat apakah ada luka. Syukurlah tidak ada satu bolongan, atau bahkan robekan dipakaiannya karena tembakan. Hyun Ra bernapas lega.
Gus Arayyan memalingkan mukanya, kala mata mereka bersitatap. Ia dengan segera berdiri. "Saya baik-baik aja, makasih ya." Hyun Ra tersenyum dan mengangguk, ia melangkah hendak kembali bertarung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen
Novela Juvenil•🌱Spin off dari Arshawa. Bisa dibaca terpisah. *** Bagi Kim Hyun Ra, hal yang paling membingungkan itu ketika dihadapkan dengan dua pilihan. Apa lagi pilihannya cogan. Perempuan yang mengatakan ingin masuk Islam, dengan nadanya seperti bocah meng...