Pagi itu, Bianca menaiki motornya dengan penuh semangat. Udara pagi yang segar dan hangatnya sinar matahari membuat hatinya berbunga-bunga. Sambil menyenandungkan lagu favoritnya, ia melaju menuju bengkel tempat ia magang. Hari ini adalah hari pertama kembali bekerja setelah libur sabtu dan minggu.
Namun, ketika ia sampai di depan bengkel, senyumnya perlahan memudar. Pintu bengkel masih tertutup rapat, tidak seperti biasanya. Bianca mematikan mesin motornya dan berjalan mendekat. Ia mengintip melalui jendela kaca, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam. Dengan ragu, Bianca mengetuk pintu. Hening. Tidak ada jawaban.
"Biasanya Kak King nginep deh,? Kok kaya sepi nggak ada motornya di dalam" gumamnya masih mengintip melalui jendela.
Setelah beberapa saat, Bianca memutuskan untuk menunggu. Ia duduk di kursi kecil yang ada di depan bengkel, memainkan ponselnya sembari mengirim pesan ke Fira dan Adnan, menanyakan kenapa bengkel belum buka. Namun, pesan-pesan itu tak kunjung dibalas. Waktu terus berlalu, dan Bianca mulai merasa bosan. Ia pun mondar-mandir di depan bengkel, kebingungan.
Ceklek...
Tiba-tiba, pintu bengkel terbuka. Bianca segera berbalik, dan rasa lega membuncah saat melihat seseorang berdiri di ambang pintu, King. Dengan wajah datar namun penuh tanya, King menatap Bianca, tampak bingung.
"Ngapain lo,?" Tanya King dengan nada heran.
"pertanyaan kocak, ya biasanya aku ngapain di sini, pacaran sama kamu kan,?"
King mendengus kecil, lalu menjawab, "hari ini bengkel tutup."
Bianca terkejut. "Tutup? Kok aku nggak tahu?"
"Semalam sudah diumumin di grup," ujar King santai.
Bianca menepuk dahinya. "Iyakah,? Aku nggak buka Wa lagi" kata Bianca.
"Iya gue tau lo nggak buka wa" kata King. Bianca pun langsung tersadar pada pesan king yang ia terima tidak ia balas.
Bianca merasa bersalah dan pura-pura tidak menyadari soal pesan King. "Hehe,,, kamu mau kemana kak,?"
"Nyari sarapan." Kata King.
"Aku nggak di ajak,?" Tanya Bianca menautkan jari telunjuknya kanan dan kiri.
"Yaudah ayok deh,,, kebetulan banget gue nggak ada motor. Sini kunci motornya." Kata King meminta kunci motor pada Bianca.
"Emang motor kamu kemana,?" Tanya Bianca, tangannya mengulurkan sebuah benda dengan gantungan lemon.
"Dibawa Adnan balik," kata King meraih benda yang di sodorkan Bianca.
Bianca pun mulai naik di jok belakang, ia masih merasa penasaran dengan hal-hal yang tidak penting. Mulutnya tak berhenti bertanya pada King tentang beberapa hal yang tidak penting namun ingin ia tahu.
"Terus kalo nggak ada aku, kamu mau naik apa kak,?" Tanya Bianca pada King yang udah melajukan motornya.
"Mata lo buta nggak sih,? Ini di pinggiran jalan pedagang kaki lima banyak banget yang jual sarapan, nasi uduk, bubur ayam, lontong sayur, ketroprak. Lo masih nanya,?" Kata King.
"Terus kenapa sekarang harus naik motor,?" Tanyanya lagi.
King sudah merasa kesal, ia pun menepika motornya kemudian turun. "Terserah, lo balik aja sana. Gue beli deketan sini" kata King.
"Ihh,,,? Kak nggak usah bercanda plis" kata Bianca.
King pun kembali naik ke atas motor. Setelahnya mereka berdua hening di perjalanan itu.
Setelah memarkirkan motor di depan warung. Bianca mengikuti King yang berjalan masuk ke warung kecil di pinggir jalan yang tidak terlalu jauh dari bengkel. Warung itu sederhana, namun terlihat bersih dan ramai dengan pengunjung. Aroma sedap dari masakan yang sedang dimasak di dapur warung membuat perut Bianca langsung keroncongan.
Mereka memilih duduk di meja dekat jendela. King memesan nasi uduk dengan lauk ayam dan tempe goreng, sementara Bianca memilih telur balado dan sayur.
"Biasanya kamu sarapan di sini kak,?" tanya Bianca, memecah keheningan saat mereka menunggu pesanan.
"Iya" jawabnya singkat. King menyandarkan tubuhnya ke kursi, tampak santai.
"Kak, kamu nggak bosen nginep di bengkel,?" Tanya Bianca yang tidak ingin canggung.
"Rumah gue jauh, nggak bisa kalo bolak-balik, nggak nyukup di gaji yang nggak seberapa" katanya.
"Kenapa nyari kerjanya jauh-jauh,?" Tanya Bianca.
King mengacak rambutnya merasa kesal dengan pertanyaan Bianca. Bianca yang merasa tidak enak pun tidak memaksakan King menjawab pertanyaannya jika King merasa terganggu. "Kalo nggak mau jawab juga nggak masalah si kak, nyari kerja juga sekarang susah."
King menghela nafas. "Gue bosen aja, makanya gue kerja, sengaja juga nyari yang jauh, kalo bisa pengen lebih jauh lagi. Gue nggak tertarik juga kerja di perusahaan gede. Gaji paling UMR" kata King memutuskan menjawab.
"Hah,,,?" Heran bianca dengan jawaban King.
Obrolan mereka terputus sejenak ketika pesanan datang. Aroma makanan yang terhidang membuat perut Bianca semakin lapar. Ia langsung mengambil sendok dan menyuap makannya.
"Abis lulus rencananya mau lanjut kuliah,?" Tanya King di sela-sela makanannya. Bianca mengangguk.
"Tmtapi gue heran ngapain lo masuk STM jurusan listrik,?" Tanya King.
"Pengennya jurusan mobil kak, nanti aku mau ikut program kuliah yang di sediakan oleh perusahaan A**** kuliah disitu nanti kerjanya di situ. Kayanya enak, terus keren juga."
"Gue pikir lo mau jadi penulis" kata King.
"Bener banget, aku mau juga jadi penulis" kata Bianca.
"Orang kaya lo cocok sih jadi penulis, banyak cerita. Tapi setau gue penulis harus banyak survei dan pengalaman nggak sih,? sharing sama orang. Selain itu biar yang lo tulis itu ada feel nya lo harus ngalamin pengalaman yang sedemikian rupa. Tulisan lo bakal banyak feel nya," kata King.
"Kayaknya gitu kak. Tapi aku nulis aja sama imajinasiku," jelas Bianca.
Tak terasa makanan mereka kini sudah habis. King baru saja membayar makanan mereka dan segera cabut dari warung itu.
"Kak, kita pulang nih,?"
"Terserah si, gue mau balik ke bengkel" kata King.
"Mau ngapain,?" Tanya Bianca.
"Sebat lah ngapain lagi"
"Daripada di bengkel sendirian mending healing yuk"
"Kemana,?" Tanya King.
Bianca meringis, merasa sedikit malu. "Nggak tau, aku cuma pengen aja. Tapi nggak ada ide."
King menghela napas, lalu berkata, "ckk,,, yaudah naik gih" perintah King.
Bianca mengangguk. Mereka pun naik ke motor dan memulai perjalanan tanpa tujuan pasti.
"Harusnya aku di suruh meluk kan,?" Tanya Bianca.
King hanya melihat Bianca melalui sepion motor tanpa menjawab apapun. Bianca hanya tersenyum menatap King yang meliriknya di sepion motor.
Makin lama, jalanan yang mereka lalui semakin sepi. Bangunan-bangunan mulai berganti menjadi deretan pohon tinggi yang rindang. Suara kendaraan pun nyaris tak terdengar. Udara di sekitar terasa lebih segar, dan Bianca mulai merasa tenang meski sedikit bingung.
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
Leon King (18+)
Підліткова література⚠️1821+ ⚠️ Mengandung unsur dewasa dan bahasa kasar About what? About Bianca, Leon and King... Bocil Minggir! Ini cerita ngabrutt orang dewasa