#19

311 55 8
                                    

Pemuda jangkung itu masih berdiri terpaku. Nanar matanya menyaksikan pemandangan berupa boneka berbaju rombeng yang menghuni pohon di sekitar. Tidak masuk akal jika yang melakukan hanya orang iseng tanpa tujuan apapun.

Meski terlihat sederhana, tetapi membuat boneka berbahan batok kelapa lengkap dengan pakaian sebanyak itu pasti sangat merepotkan.

Misteri apa gerangan yang terselip di balik pemandangan ganjil ini?

Dengan kepala dipenuhi tanda tanya, Ali menyeret pelan kakinya berjalan di antara pepohonan. Barangkali dia bisa menemukan jawaban, kenapa benda tak lazim itu ditempatkan di sana.

Netranya menyapu sekian boneka mirip jelangkung yang terikat pada dahan-dahan tinggi layaknya makhluk yang sedang terbang mencari mangsa. Ada yang memakai kemeja, kaos oblong, daster lebar bahkan kebaya buluk. Tali tambang pengikat terlihat masih baru.

Sungguh ironis kalau benar Sani yang melakukan ini. Kewarasan otaknya patut dipertanyakan. Masa iya dia punya banyak waktu dan energi mengerjakan sesuatu yang tidak penting, sedang lahan kebun yang menjadi tanggung jawabnya malah dibiarkan terbengkalai.

"Aku harus menanyakan tentang ini pada Sani," gumamnya.

Wuuusshh....

Angin bertiup riuh.

Krieeet... krieeet....

Bunyi gesekan tali tambang dengan kulit pohon cukup membuat bulu kuduk berdiri.

Satu tangan Ali sudah menggenggam gagang parang yang terselip pada pinggangnya.

Hup!

Tubuhnya melompat, tangan kiri gesit menangkap sebuah orang-orangan berdaster yang tengah terbang melayang.

Crash!

Tangan kanan menyabetkan mata parang hingga tali pengikat terputus.

Dipeganginya benda itu seraya memperhatikan lebih teliti. Tidak berbeda dengan yang ada di pohon belimbing wuluh samping rumah. Sepertinya pembuatnya orang yang sama. Bagian badan pun terbuat dari batang kayu mirip gagang sapu bekas yang dipaku menyilang.

Ali lalu menyingkap daster hijau daun motif polkadot yang dijahit asal-asalan dengan benang nilon. Dibolak-baliknya benda itu.

"Apa ini?" desisnya, mengusap bagian belakang batok kelapa yang sudah kehitaman. Terdapat pahatan berupa tulisan pendek Arab gundul. Boneka santet kah?

Dibalik Ali lagi batok kelapa, di mana pada sisi lain dilapisi cat putih sebagai wajah boneka, dengan gambar dua buah mata berwarna hitam. Mata melotot besar yang berbulu lebat. Kening Ali mengernyit memperhatikan dengan mimik serius, kepalanya miring kanan-- miring kiri, sembari berpikir keras.

Adakah hubungannya benda ini dengan banyaknya makhluk halus yang menghuni tempat itu?

"Kyyaaaaaa...!" Ali tiba-tiba menjerit histeris.

Pletak!

Boneka di tangannya langsung dibanting keras membentur pohon lalu jatuh ke tanah, selanjutnya Ali mengambil langkah seribu, lari terpontal-pontal.

Tentu saja pemuda itu dibuat kaget bukan kepalang. Boneka batok kelapa yang dia pegang tiba-tiba meronta-ronta layaknya sebuah benda hidup.

Ali terus berlari kesetanan di bawah rinai hujan. Tak berhenti sampai dia tiba ke pekarangan luas rumah yang kini terlihat sudah lebih bersih dari semak belukar.

"Huuufh... huuufh...." Ali mengatur napas yang megap-megap. Dipejamkan matanya sambil bersandar pada tiang rumah. Meredakan gemuruh jantung yang berdetak sangat cepat.

SILUMAN PENGGODA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang