Padahal belum ada satu bulan semenjak Jeongwoo masuk ke dalam hidup Jaehyuk. Tapi kenapa hati Jaehyuk sudah sangat berantakan?
Hidupnya sudah tidak berjalan seperti sebelumnya.
Seperti terus mengalami perubahan.
Seperti saat ini,
"Apa yang kamu pikirkan?"
Kembali saat malam ini. Jeongwoo yang sedang menunjukan banyak foto Jaehyuk yang ada diponselnya.
Jaehyuk tersadar ia ternyata melamun.
Jeongwoo menoleh dan mendekatkan wajahnya. Mengecup bahu Jaehyuk.
"Aku sedang berbagi cerita. Kenapa kamu tidak mendengarkan?" kata Jeongwoo dengan lembut.
Jaehyuk membasahi bibirnya.
"Aku mendengarkan"
"Bohong"
"Tidak"
"Lalu kenapa tidak menjawab?" tanya Jeongwoo.
Jaehyuk ikut menoleh. Membuat jarak wajah keduanya menjadi lebih dekat.
Jeongwoo semakin memajukan wajahnya. Membuat hidung keduanya bersentuhan.
"Aku bertanya, bisakah kamu menjadi kekasihku mulai malam ini?" bisik Jeongwoo dengan suara beratnya.
Jaehyuk menatap mata Jeongwoo. Namun Jeongwoo tidak demikian. Lelaki dengan tinggi 183cm itu lebih memilih menundukan pandangannya.
Menatap bibir Jaehyuk dengan tenang.
"Jika dimulai dengan malam ini, kapan hubungan itu akan berakhir?" balas Jaehyuk dengan berbisik pula.
Tangan Jeongwoo bergerak naik. Meriah tengkuk Jaehyuk dan mengusapnya dengan ibu jari.
Jeongwoo tersenyum pelan.
"Tidak akan ada kata akhir untuk kita, Yoon Jaehyuk"
Jaehyuk terdiam. Kemudian,
"Beri aku waktu-"
"Tidak" potong Jeongwoo.
"Tolong-"
Jeongwoo menggeleng pelan, membuat hidung keduanya yang awalnya menempel sekarang menjadi saling bergesek pelan.
"Aku memiliki rencana dimasa depan. Dan jawabanmu malam ini adalah penentu untukku"
"Untuk hidupku, Jaehyuk"
Jaehyuk menggigit bibir bawahnya pelan.
Jaehyuk sebenarnya masih memiliki keraguan.
"Aku tidak pernah memiliki seseorang dalam hidupku. Apa kamu bisa menjadi satu-satunya hingga akhir kisahku?" tanya Jaehyuk.
Dan seketika, tangan Jeongwoo mendorong tengkuk Jaehyuk. Jeongwoo memiringkan kepalanya. Membuat bibir keduanya sekarang saling bersentuhan.
Jeongwoo menutup matanya saat bibirnya mulai melumat bibir Jaehyuk.
Jaehyuk sendiri meremas ujung kaosnya sendiri untuk menyalurkan rasa gugupnya.
Jeongwoo menyesap bibir yang selama ini hanya bisa ia bawa ke dalam ilusinya.
Dan setelah beberapa saat, tautan bibir keduanya terlepas.
Jeongwoo dan Jaehyuk menjauhkan wajah keduanya.
Jeongwoo tersenyum melihat wajah Jaehyuk yang sekarang menjadi sangat merah.
Jeongwoo mengusap pipi Jaehyuk, "Aku akan menjadi satu-satunya untukmu, Jaehyuk-ah"
.
.
.
Pagi harinya.
"Ouchh" ringis Jaehyuk saat infusnya terkena senggolan. Ia sedang berganti pakaian. Namun mengalami sedikit kesusahan.
"Nyeri sekali" lirihnya.
Jaehyuk masih terus berjuang dengan pakaian gantinya sampai,
"Jika butuh bantuan, minta tolong saja pada kekasihmu" Jeongwoo datang dan langsung membantu Jaehyuk berganti pakaian.
Dengan telaten. Dengan pelan.
Jaehyuk menggigit bibir bawahnya. 'Kekasih'?
Benar, semalam Jaehyuk setuju untuk memulai hubungan dengan Jeongwoo meskipun Jaehyuk sendiri belum begitu yakin dengan perasaannya.
Apalagi keduanya adalah laki-laki.
Jeongwoo merapikan rambut Jaehyuk sebagai bentuk bantuan akhir.
"Kenapa tidak meminta bantuanku? Kamu kesulitan berpakaian sendiri" kata Jeongwoo dengan menoel dagu Jaehyuk.
"Aku tidak tau caranya"
"Hah?" Jeongwoo mengernyitkan dahinya.
Jaehyuk mengusap lengannya sendiri.
"Aku tidak tau caranya meminta bantuan"
"Hah?"
Jaehyuk kemudian menaikan pandangannya. Menatap Jeongwoo yang sedang menampilkan wajah bodohnya.
Kemudian Jaehyuk mendorong dahi Jeongwoo dengan jarinya.
"Apa kamu sekarang sudah menjadi bodoh?"
Jeongwoo cemberut. Kemudian mengajak Jaehyuk untuk duduk dipinggir tempat tidur.
"Aku hanya kaget kamu mengatakan tidak tau caranya meminta bantuan. Kenapa bisa seperti itu?" tanya Jeongwoo.
Jaehyuk menatap lantai kamar.
"Karena aku tidak pernah meminta bantuan. Jadi aku tidak tau caranya"
Jeongwoo diam. Kemudian mengangguk.
Sepertinya Jeongwoo sedikit paham. Dilihat dari luarnya saja, Jaehyuk tipikal anak yang sangat mandiri.
Apalagi ditambah dengan latar belakang Jaehyuk yang kurang menyenangkan. Itu tanpa sadar membuat Jaehyuk menjadi pribadi yang bisa dibilang sangat individualis.
Jeongwoo kemudian merangkul bahu Jaehyuk.
"Kamu boleh tidak tau cara meminta bantuan pada orang lain. Tapi jika padaku, kamu harus selalu tau cara meminta bantuan. Oke?"
"Bagaimana caranya?"
Jeongwoo tersenyum, "Cukup katakan..."
"Cukup katakan?" ulang Jaehyuk.
"Jeongwoo kekasihku yang tampan tolong aku"
Duk!
Jaehyuk menendang kaki Jeongwoo yang ada disebelahnya.
"Dalam mimpimu" balas Jaehyuk bangkit.
Jeongwoo cemberut. Ikut bangkit, "Kamu kasar sekalii. Aku kan kekasihmu"
"Diam"
"Tapi benarkan? Aku itu kekasihmu" rengek Jeongwoo dengan menggandeng lengan Jaehyuk.
Jaehyuk memilih diam untuk mengacuhkan. Jaehyuk pergi ke dapur. Ingin mencari sesuatu yang bisa dimakan.
"Jaehyuk-ah~"
"Yoon Jaehyuk"
"Jaehyuk-ie"
"Park Jaehyuk"
"Astaga, Jeongwoo diam"
"Hehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
Belong to You
Fiksi PenggemarPark Jeongwoo Pangeran sekolah yang tidak memiliki cacat Yoon Jaehyuk Ketua kelas dengan kesempurnaan