END

2.1K 149 6
                                    

"Kalau begitu terserahmu"

.

.

.

"Makan yang banyak, Jae-ah"

Jeongwoo melirik ayahnya sinis.

Setelah menjelaskan kesalahpahaman Jeongwoo karena mengira Jaehyuk menangis adalah salah ayahnya.

Nyatanya, sangat berbanding terbalik.

Jaehyuk menangis karena terharu. Terharu bisa bertemu dengan penyelamatnya dimasa lalu.

Dan atas restu ayah Jeongwoo padanya.

Ayah Jeongwoo merestui? Hubungan keduanya?

Jawabannya adalah iya.

"Apa maksud dari tatapan jelekmu itu pada ayah?" tanya ayah Jeongwoo yang duduk di seberang depan Jeongwoo.

Jeongwoo cemberut, "Yang boleh memanggil Jae-ah itu hanya aku. Ayah panggil lah namanya"

"Kamu kira 'Jae-ah' itu nama orang lain. Itu nama Jaehyuk juga. Lagi pula Jae-ah juga tidak masalah dengan bagaimana ayah memanggilnya, benarkan Jae-ah?" Goda ayah Jeongwoo.

Buah tidak jatuh dari pohonnya.

Sifat jenaka Jeongwoo sebenarnya ia dapatkan dari ayahnya sendiri.

Jaehyuk tersenyum dan mengangguk. Membuat Jeongwoo semakin kesal.

"Jae-ah! Kemana kamu mendukung? Kamu hanya boleh mendukungku" rengek Jeongwoo dengan menduselkan wajahnya pada lengan Jaehyuk.

Jaehyuk tertawa tanpa sadar. Antara geli dan lucu melihat Jeongwoo seperti itu.

Sedangkan orangtuanya?

Keduanya tersenyum.

Anak laki-lakinya yang tampan ternyata sudah memiliki kebahagiaannya sendiri.

"Batalkan semua rencana pertunangannya" kata ayah Jeongwoo pada istrinya.

Ibu Jeongwoo menoleh. Tersenyum. Dan mengangguk.

.

.

.

"Jadi?"

Jaehyuk menoleh, "Yasudah, seperti itu saja"

Jeongwoo masih saja cemberut.

Keduanya sekarang ada ditepi kolam renang. Dengan setengah kaki mereka yang dicelupkan ke dalam air.

Langit malam sangat indah saat ini. Ataukah karena perasaan keduanya yang bahagia membuat semuanya terlihat indah?

Entahlah.

Jaehyuk menoel pipi Jeongwoo.

"Apa lagi yang membuatmu kesal, huh? Semuanya sudah jelas. Tidak ada yang aku sembunyikan darimu, Jeongwoo-ya" kata Jaehyuk.

Jeongwoo melirik Jaehyuk sekilas kemudian menggeser duduknya. Mendekat pada Jaehyuk. Dan menyandarkan kepalanya pada bahu Jaehyuk.

"Rasa takutku saat melihatmu menangis tadi masih ada. Pikiranku sudah sangat buruk"

"Ayah memarahimu, ayah menyakitimu, ayah menyuruhmu untuk meninggalkanku"

"Mengerikan bukan?" tanya Jeongwoo.

Jaehyuk diam. Tidak menjawab juga tidak mengangguk.

"Jika itu terjadi maka aku tidak akan melepaskanmu. Aku akan mengejarmu bahkan sampai ke palung laut sekalipun" kata Jeongwoo.

Sekarang Jaehyuk tertawa pelan, "Itu gila. Tapi sedikit romantis"

Jeongwoo menegakan tubuhnya. Menatap Jaehyuk tidak terima.

"Sedikit romantis? Kamu gila. Aku adalah lelaki idaman semua perempuan. Tapi aku hanya mau masuk ke dalam palung laut hanya untukmu. Itu sangat-sangat romantis, Jae-ah"

Tawa Jaehyuk bertambah keras. Demi apapun, Jeongwoo saat ini sangat lucu karena bertingkah sedikit kekanakan.

"Kamu beruntung memiliki-ku" kata Jeongwoo dengan sedikit membusungkan dadanya. Sombong.

Jaehyuk melirik. Menaikan kedua alisnya.

"Benarkah? Aku yang beruntung?" Godanya.

Jeongwoo kemudian tersenyum, "Hehe, aku yang beruntung memilikimu, Jae-ah"

Jeongwoo memeluk Jaehyuk dari samping. Jaehyuk balas memeluk lengan Jeongwoo yang melingkar diperutnya.

"Aku bercanda"

"Aku yang sangat-sangat beruntung memilikimu, Jeongwoo"

"Jika kamu tidak keras kepala dengan segala petingkahmu padaku, mungkin sekarang aku sedang meringkuk dikasur berdebu dengan keadaan lapar setengah mati" kata Jaehyuk.

"Hei, perkataanmu itu tidak baik, Jae-ah"

Jaehyuk memukul lengan Jeongwoo.

"Aku tidak ingin pendapatmu. Jadi dengarkan saja"

Jeongwoo?

Menurut saja. Daripada ia dimarahi.

Jaehyuk itu ketua kelas yang galak jika kalian lupa.

"Jujur saja. Dari awal, aku tidak pernah memandangmu buruk"

"Kamu yang berteman dengan psikopat seperti Haruto, berandal, mabuk, merokok dan hal buruk lainnya. Aku tidak terganggu dengan itu"

"Karena aku tau, setiap manusia memiliki sisi buruk dan baiknya. Sekecil apapun itu"

Jaehyuk menoleh. Mengecup puncak kepala Jeongwoo yang tengah bersandar dibahunya.

"Dan lihatlah sekarang. Kamu adalah seseorang paling baik yang aku temui"

"Kamu memberiku kehidupan kedua"

"Terimakasih, Park Jeongwoo" kata Jaehyuk dengan tulus.

Jeongwoo menegakkan tubuhnya. Tangan besarnya meraih sisi wajah Jaehyuk.

Diusapnya pelan.

"Apa kamu bahagia?" tanya Jeongwoo lembut.

Jaehyuk tersenyum.

"Sangat. Sangat bahagia"

Jeongwoo ikut tersenyum. Kemudian mendekatkan wajahnya.

Memiringkan kepalanya.

Dan kedua bibir itu bertemu. Untuk kesekian kalinya.

Jaehyuk memejamkan matanya. Menikmati bagaimana Jeongwoo bermain dengan bibirnya.

Tangan Jaehyuk perlahan bergerak memeluk leher Jeongwoo.

Dan beberapa saat kemudian tautan bibir keduanya terpisah.

Jeongwoo dan Jaehyuk saling melempar senyum hangat.

"Jika kamu bahagia. Maka ayo hidup bersama selama yang kita bisa"

"Aku harus bertanggung jawab karena sudah membuatmu bahagia saat ini"

"Aku harus meneruskannya hingga sisa hidupmu. Benarkan, Jae-ah?"

Jaehyuk tersenyum. Menempelkan kening keduannya.

"Ayo bahagia bersama, Park Jeongwoo"


END

Belong to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang