8

1.5K 200 24
                                    

"Beri aku ciuman" kata Jeongwoo menahan tangan Jaehyuk yang akan keluar dari mobilnya.

Jaehyuk akan pergi bekerja. Dan Jeongwoo mengantarnya.

"Tidak" katanya.

Jeongwoo cemberut. Kemudian menggoyangkan tangan Jaehyuk.

"Ayolah, Jae-ah"

"Lepas atau aku tidak mau bertemu denganmu selama satu minggu" katanya.

Sontak Jeongwoo melepas tangannya dari Jaehyuk.

Jaehyuk tersenyum tipis, "Bagus. Anak baik"

Jeongwoo mendecih, "Kamu menyebalkan"

"Iya" balas Jaehyuk.

"Kamu jahat"

"Iya"

"Ayo lakukan sex denganku"

"Iy-Park Jeongwoo!"

"Hehe"

Jaehyuk memukul lengan Jeongwoo dengan keras, "Dasar otak udang. Pikiranmu selalu kotor"

Jeongwoo mengusap lengannya, "Kotor apa maksudmu? Aku kan mengajak kekasihku untuk berbagi cinta"

"Itu nafsu"

"Itu cinta"

"Park Jeongwoo-"

"Kenapa kamu selalu menolak saat aku mengajakmu melakukan sex? Apa kamu benar-benar mencintaiku?" tanya Jeongwoo dengan kesal.

Jaehyuk terdiam. Menatap Jeongwoo yang kesal.

Tangannya bergerak meraih wajah Jeongwoo tapi ditepisnya.

Jaehyuk menghela nafas. Ia terlambat masuk kerja.

"Aku pergi" kata Jaehyuk kemudian pergi begitu saja dari mobil Jeongwoo.

Sekarang berganti Jeongwoo yang benar-benar terdiam melihat kepergian Jaehyuk.

'Apa kamu benar-benar tidak memiliki rasa sedikitpun untukku, Jae-ah?'

.

.

.

Jaehyuk mengelap keringat yang ada didahinya.

Pekerjaannya baru selesai pukul 10 malam. Itu sudah 7 jam nonstop Jaehyuk bekerja.

Meskipun hanya sebagai pelayan tapi semua pekerjaan itu melelahkan, bukan?

"Apa kamu memiliki kekasih, Jaehyuk-ah?"

Park Jihoon. Adik pemilik kafe yang sekaligus merangkap menjadi pelayan kafe disini bersama Jaehyuk.

Jaehyuk melirik sekilas kemudian kembali menatap lurus ke jalanan.

Keduanya sekarang sedang berada dibelakang kafe untuk beristirahat selama 15 menit.

Jaehyuk menyandarkan tubuhnya di dinding sedangkan Jihoon berjongkok disebelah Jaehyuk dengan rokok ada disela jarinya.

"Kenapa memangnya?" Balas Jaehyuk.

Jihoon terkekeh pelan, "Tidak. Hanya saja hampir satu bulan ini kamu lebih hidup dari biasanya"

"Kamu tersenyum, kamu berbicara lebih banyak dan wajahmu tidak melulu menampakan raut lelah"

Jihoon menoleh ke samping atas, "Aku benar, bukan?"

Jaehyuk terdiam. Kemudian mengendikan bahunya acuh.

Tawa Jihoon semakin keras.

"Aku merasa kasihan pada kekasihmu, Jaehyuk-ah" kata Jihoon.

Jaehyuk mengernyitkan dahinya tanda tidak mengerti.

Belong to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang