PVSG - 12

14 3 0
                                    

Zega dan Herdian melihat ke kaca ruang interogasi dua arah. Hanya mereka yang bisa melihat ke dalam. Di dalam sana ada Febrian yang sedang menginterogasi Gerrel.

"Apa dia orangnya?" Tanya Herdian pada Zega.

Zega menoleh pada Herdian. "Orang yang menyanderaku memakai masker, kacamata hitam, dan topi waktu itu. Aku tidak tahu wajahnya seperti apa."

Herdian mengangguk mengerti. "Aku senang kau baik-baik saja, Zega. Aku tidak tahu harus bilang apa pada ayahmu jika kau benar-benar menghilang."

Zega menatap Herdian. "Apa ayahku menghubungi Pak Herdian?"

"Dia beberapa kali meneleponku. Tampaknya dia sudah mendengar kabar tentang penyanderaan itu. Pasti juniormu yang paling muda dari San itu yang memberitahunya. Siapa lagi yang punya koneksi dengan keluarga San jika bukan keluarga San lainnya?" Gerutu Herdian.

"Gitta tidak melaporkan apa yang terjadi denganku pada Ayahku. Berita tentang penyanderaan itu pasti sudah tersebar di TV. Mungkin ayahku mengetahuinya dari sana," sanggah Zega.

"Benar juga," gumam Herdian. "Sepertinya ada masalah dengan kepalaku belakangan ini. Aku harus mengambil cuti untuk liburan."

Meriska datang menghampiri mereka. Herdian dan Zega menoleh padanya.

"Seperti yang kalian tahu. Kasus ini sudah diambil alih oleh timku. Mohon kerjasamanya," kata Meriska kemudian berlalu memasuki ruang interogasi.

"Siapa dia?" Bisik Zega.

Herdian berdehem. "Dia memiliki jabatan yang sama denganku. Dia atasannya Febrian."

"Oh." Zega menatap wanita yang sekarang duduk menggantikan Febrian menginterogasi Gerrel.

Zega menatap Gerrel. Dalam hati, dia berkata, apa dia pria bermasker itu?

Febrian keluar dari ruang interogasi. Dia melihat pada Zega dan Herdian. "Kalian sudah di sini?"

"Kami baru datang. Aku mau ke toilet. Lewat mana?" Jawab Herdian diakhiri dengan pertanyaan.

"Lewat sini, Pak." Febrian menujuk arah menuju toilet. Setelah itu, dia kembali dan berdiri di samping Zega.

"Kantormu sangat nyaman," ucap Zega.

Febrian menoleh padanya. "Biasa saja. Kau sedang bertugas?"

Zega menggeleng. "Setelah kasus ini diambil alih oleh timmu, aku belum mendapatkan tugas."

"Sebentar lagi Pak Rismawan datang," ucap Febrian.

"Dia harus memberikan kesaksian juga, kan? Karena dia disandera oleh pria bermasker itu," ucap Zega.

"Apa dia orangnya?" Tanya Febrian.

"Aku tidak tahu, karena pria itu memakai masker, topi, dan kacamata hitam. Yang kulihat hanya bentuk tubuhnya," jawab Zega.

"Kudengar kau disekap olehnya setelah dia membawamu loncat dari gedung," kata Febrian setengah bertanya.

"Tidak, aku melarikan diri saat pria itu membawaku ke dalam mobil dalam keadaan mataku yang ditutup," sanggah Zega.

"Setidaknya kau ingat suara dan aroma tubuhnya, kan?" Ujar Febrian.

"Aroma tubuh bisa berubah sesuai parfum yang dipakai. Mengenai suara, aku akan mencoba mengingatnya. Bukankah kau juga mendengar suaranya?" Zega balik bertanya.

Febrian mengangguk. "Kita ingat sama-sama."

Meriska keluar dari ruangan itu. Dia menatap Zega. "Kau bisa menginterogasinya sekarang."

Zega mengerutkan keningnya. "Menginterogasi? Tapi, Bu. Bukankah aku di sini sebagai saksi?"

Meriska melipat kedua tangannya di depan dada. "Kudengar dari Pak Herdian kalau kau polisi yang sangat handal dalam berbicara dan bernegosiasi. Aku yakin kau bisa mengorek informasi dari pria itu. Dari tadi dia tidak memberikan jawaban yang aku inginkan."

Zega pun masuk ke ruang interogasi. Gerrel menoleh dan menatap Zega yang kemudian duduk berhadapan dengannya.

Di luar, Febrian dan Meriska memperhatikan dan mendengarkan apa yang sedang dibicarakan kedua orang itu. Sementara Herdian telah kembali dari kamar mandi. Dia bergabung dengan Meriska dan Febrian.

ⓞⓞⓞ

08.55 | 25 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS GANGSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang