Zega membaca semua isi dokumen itu. Dia bergumam, "Seseorang dari pemerintahan melaporkan tentang perebutan kursi jabatan dengan cara curang. Tapi, pelapor tidak mendapat respon dari kepolisian, karena dia keturunan pengkhianat yang memihak Jepang."
Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk. Zega menoleh, ternyata Gunawan. "Senior belum pulang?"
Zega menggeleng. "Kau juga belum pulang?"
"Aku sedang bertengkar dengan istriku. Aku mau menginap saja di sini," ujar Gunawan.
Zega mengangguk. Setelah Gunawan pergi, Zega kembali fokus ke dokumennya. "Tahun berapa sekarang? Tapi, orang-orang masih memikirkan tentang kenangan masa lalu yang mengerikan. Kalau begini terus, yang ada akan ada perpecahan dalam persaudaraan."
"Kupikir hanya orang kaya yang memiliki pemikiran yang rumit, ternyata pemerintah juga sama." Zega menyandarkan punggungnya ke kursi. "Untung saja kasus ini diselidiki oleh Febrian. Aku bisa istirahat atau mengambil cuti. Kasus kematian Arinda masih membuat kepalaku pusing."
Keesokan harinya di markas besar geng Katana. Gerrel tampak duduk tenang di kursinya. Jay duduk tak jauh darinya. Para anak buahnya juga duduk tenang.
"Dalam beberapa hari ke depan, geng kita akan menghadapi masalah. Polisi pasti akan datang dan membawaku," kata Gerrel.
"Mereka tidak akan pernah bisa membawamu pergi, Bos," kata salah seorang anak buahnya.
"Jika mereka datang, jangan lakukan perlawanan. Kalian bisa berada dalam masalah," sanggah Gerrel. "Tetap tenang dan bersikap sewajarnya seperti orang yang tidak melakukan kesalahan."
Tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki memasuki ruangan itu. Mereka adalah para polisi.
Gerrel menghela napas panjang. "Kita sedang membicarakan mereka dan mereka sudah tiba di sini."
Febrian dan para polisi lainnya menodongkan senjata. "Tuan Gerrel Keiji, kau ditangkap atas tuduhan menyusup ke gedung pemerintahan dan menyerang para pejabat lalu menyandera salah satu pejabat penting serta menyandera seorang polisi wanita."
Gerrel beranjak dari tempat duduknya. Begitupun dengan para anak buahnya. Para polisi bersiaga. Gerrel menyodorkan tangannya. Febrian memborgol tangan pria itu kemudian dibawa ke kantor polisi.
Malam harinya, Zega dan teman-temannya sedang makan malam bersama. Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Ah, yang benar saja. Siapa yang meneleponku?" Zega melihat nama Herdian di layar. "Ah, orang ini."
"Siapa?" Bisik Gitta.
"Orang gila," jawab Zega kemudian berlalu untuk mengangkat panggilan. "Halo?"
"..."
Zega tampak terkejut. "Apa? Untuk apa aku pergi ke kantor polisi itu? Aku punya kantor sendiri."
"Jangan membantah, mereka sudah menemukan pelaku yang menyusup ke gedung pemerintahan," ucap Herdian dari seberang sana.
Zega mencerna ucapan Herdian. "Benarkah?"
"Iya, para polisi yang menyelidiki kasus ini membutuhkan kesaksianmu," jawab Herdian.
"Pak Herdian?"
"Apa?"
"Bawahanku bilang, Pak Herdian sangat mencemaskanku selama aku disandera. Apa benar?" Tanya Zega sambil tersenyum curiga.
"Mereka pasti melebih-lebihkan. Aku tidak khawatir padamu. Aku tahu kau akan pulang dengan selamat. Kau pernah berada di posisi yang lebih sulit dari ini. Ngomong-ngomong kau baik-baik saja, kan?"
"Iya, aku baik-baik saja."
"Cepat datang, aku menunggumu."
"Siap, Pak." Zega kembali ke meja makan.
"Aku duluan, ya. Pak Herdian memanggilku." Zega mengeluarkan kartu ATM-nya. "Gitta bayar makanannya, ya. Aku menitip kartu ini padamu."
"Baik, Senior!"
Zega menaiki motor sport hitamnya lalu dia memakai helm.
ⓞⓞⓞ
08.26 | 25 April 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
POLICE VS GANGSTER
AcciónZega dan timnya diperintahkan untuk menyelidiki sebuah kasus penting yang melibatkan seorang anggota gangster. Tidak hanya Zega, Febrian dan timnya juga mendapatkan perintah yang sama. Bahkan para polisi dari berbagai divisi berlomba-lomba untuk mem...