PVSG - 03

22 6 0
                                    

Pria berjaket kulit itu menyadari jika dirinya sedang diikuti oleh dua orang yang tak lain adalah Gitta dan Bayu. Pria itu mempercepat langkahnya dan memasuki ruko. Saat Gitta dan Bayu masuk, mereka tidak menemukan keberadaan pria itu.

Tiba-tiba pria itu muncul dari samping dan menyerang Bayu. Terjadi perkelahian. Gitta tersungkur saat seorang wanita juga muncul dan menyerangnya. Kini mereka berempat berkelahi berpasangan.

Pria itu memutar tangan Bayu ke belakang dan memepetnya ke dinding. "Siapa kau?! Apa kau tahu di mana Gisca berada?"

Bayu mengernyit. "Seharusnya aku yang menanyakan itu. Sedang apa kau di sini? Kau temannya Gisca?"

Pria berjaket kulit itu tampak berpikir.

Sementara Gitta dan wanita itu masih berkelahi. Wanita itu mengeluarkan pistolnya. Gitta terbelalak dan segera menghindar sesaat sebelum peluru melesat hampir menembak kepalanya.

Bayu dan pria berjaket terkejut lalu menoleh pada kedua wanita itu. Gitta menendang kaki wanita itu hingga pistolnya terlempar kemudian dia berhasil menyanderanya.

"Lepaskan rekanku!" Suruh Gitta pada pria berjaket kulit itu.

"Nona, kau akan mendapatkan masalah karena telah menyerang polisi," kata pria berjaket kulit itu.

"Jangan membual, kalian tidak terlihat seperti polisi." Pandangan Gitta teralihkan pada wanita yang dia sandera. "Memiliki senjata api ilegal bisa membuatmu berada dalam masalah."

Wanita itu menyikut perut Gitta dan berhasil melepaskan diri. "Aku mendapatkan pistol karena aku polisi."

Gitta menatap pria itu dan wanita di depannya bergantian. Dia masih belum percaya.

Tiba-tiba Zega dan timnya datang ke tempat itu. Mereka menodongkan pistol ke arah dua orang itu. Tidak hanya mereka, Febrian dan timnya juga datang. Mereka juga menodongkan pistol.

"Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman," ucap Febrian sambil menatap Zega.

Zega juga menatap ke arahnya. "Maksudmu?"

"Mereka berdua anggotaku," ucap Febrian. Yang dia maksud adalah wanita dan pria berjaket kulit itu.

"Hei, kau, lepaskan anggotaku," suruh Zega pada pria berjaket kulit itu. Dia menoleh pada Febrian.

"Edo, lepaskan dia," suruh Febrian.

Pria berjaket kulit yang bernama Edo itu melepaskan Bayu. Para polisi itu menurunkan senjata mereka.

Tian dan Nino memberikan hormat pada Zega. "Senior Zega."

Zega mengangguk. "Kalian tidak perlu memberikan hormat padaku, kita sudah beda divisi sekarang."

Irfan dan Febrian melirik Tian dan Nino yang kemudian menurunkan tangan mereka.

"Jadi, sedang apa kalian di sini?" Tanya Febrian.

"Penyelidikan," jawab Zega pendek.

"Begitukah? Kebetulan sekali kita bertemu. Aku harap kau tidak mempermasalahkan anggota kita yang tadi berkelahi," kata Febrian.

Zega mengangguk. "Aku mengerti."

Febrian dan Zega tidak memberikan perintah. Mereka tetap berdiri mematung membuat anggota mereka kebingungan.

"Senior, kita akan melanjutkan penyelidikan, kan?" Bisik Gunawan pada Gitta.

Irfan berbisik pada Febrian, "Pak Febrian, bagaimana ini?"

Febrian kembali bersuara, "Terima kasih sudah mengerti. Kami akan melakukan penyelidikan di tempat ini sekarang."

Zega merespon, "Sepertinya kami lebih dulu tiba di tempat ini. Kami yang akan menyelidiki pasar tradisional ini."

Anggota Febrian meminta Febrian agar menolak keinginan Zega, tapi Febrian menyetujui ucapan Zega, "Baiklah, kami akan menyelidiki tempat lain."

"Pak Febrian." Edo dan Meli merasa keberatan.

Zega melirik Edo dan Meli.

ⓞⓞⓞ

20.14 | 25 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS GANGSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang