"Jangan pergi ke sana. Aku yang akan menangkapnya," kata Zega.
"Kau punya bukti untuk menangkapnya?" Tanya Gerrel.
Zega tidak menjawab. Dia tidak punya satu pun bukti untuk menangkap Rismawan.
"Buktinya ada pada Gisca," kata Gerrel.
"Memangnya kalian tidak mengumpulkan bukti lain?" Gerutu Zega.
"Kami punya, tapi kami akan melakukannya sendiri," kata Gerrel. "Kau tidak perlu khawatir. Aku bersama anggotaku."
Sementara itu, Gunawan dan yang lainnya sedang menunggu Zega di depan kantor polisi. Mereka tampak sedang bersiap.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Senior Zega? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Marla.
"Aku juga tidak tahu. Belakangan ini dia agak aneh. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu dari kita," ucap Gitta.
"Semenjak Senior Zega disandera dan jatuh dari ketinggian, sepertinya dia jadi banyak berubah," timpal Andy.
"Mungkin bukan gejala amnesia seperti Gynevra, tapi jatuh dari ketinggian dapat berakibat fatal rupanya," ujar Bayu.
Zega datang dengan sport hitamnya. Mereka segera berdiri tegak. Zega menedengus kesal.
"Kita sudah berkumpul di sini sesuai perintah Senior," ucap Gunawan.
"Ada apa, Senior? Apa kita mendapatkan perintah untuk kasus baru atau bagaimana?" Tanya Arghi.
Zega memijit pelipisnya. "Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang. Bersiaplah, kita akan pergi ke rumah Rismawan."
"Apa?"
Zega menoleh. "Bukan itu jawaban yang kumau."
"Siap, Senior!"
Sementara itu, Rismawan sedang tidur di kamarnya. Suara tembakan di luar membuatnya terbangun. Dia melihat ke jendela. Beberapa bodyguard-nya yang berjaga tergeletak tak berdaya di tanah.
"Sial." Rismawan segera keluar dari kamarnya, tapi saat dia membuka pintu kamarnya, moncong pistol menempel ke dahinya. Gerrel datang tanpa masker dan kacamata hitam.
"Sudah kuduga itu kau, bangsat!" Bentak Rismawan.
Pukulan keras menghantam wajah Rismawan.
Zega dan timnya sudah tiba di rumah Rismawan, begitu pun dengan Febrian dan timnya. Mereka segera berpencar dan menghentikan perkelahian antara anggota Geng Katana dengan bodyguard Rismawan sebelum terjadi pembunuhan yang serius.
Zega dan Febrian saling pandang kemudian mengangguk berbarengan. Sebelum datang ke rumah Rismawan, mereka sudah membuat strategi dan rencana yang sangat matang.
** Flashback **
"Kita lakukan sesuai rencana," kata Zega.
"Kau yakin tidak boleh ada tembakan?" Tanya Febrian.
Zega tampak berpikir. "Jika mereka menembak kita, kita boleh menembak balik, tapi jangan sampai mati."
"Tapi, mereka banyak," ujar Meli.
"Kalian lewat ujian bela diri, kan? Jika para gangster itu tiba-tiba menyerang, pukul saja, jangan asal bunuh. Kita belum bisa memastikan apakah para pejabat yang benar, atau para gangster itu yang benar," gerutu Zega.
"Tapi, Senior, apa kita akan baik-baik saja? Kita melakukan misi tanpa perintah dari atasan," tanya Gunawan.
"Rumah seorang pejabat tinggi diserang, apa kita akan diam saja?" Gerutu Zega.
"Bagaimana jika kita dipecat gara-gara kita mengerjakan misi tanpa perintah?" Tanya Fandi.
Zega menghela napas berat sambil memijit pelipisnya.
"Ucapan Zega ada benarnya. Kita seharusnya berterima kasih, karena Zega mengajak kita bekerjasama menyelesaikan penyelidikan ini. Padahal seharusnya kita yang mengurusnya," ucap Febrian.
** End Flashback **
Di kamar utama, Rismawan dihajar habis-habisan oleh Gerrel. Pria paruh baya itu tersungkur ke lantai dengan wajah babak belur.
Gerrel menarik bagian depan kerah Rismawan. "Katakan di mana Gisca?!"
Rismawan mendecih kemudian tertawa. "Apa kau tidak menyadarinya? Dia sudah mati."
ⓞⓞⓞ
22.37 | 25 April 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
POLICE VS GANGSTER
ActionZega dan timnya diperintahkan untuk menyelidiki sebuah kasus penting yang melibatkan seorang anggota gangster. Tidak hanya Zega, Febrian dan timnya juga mendapatkan perintah yang sama. Bahkan para polisi dari berbagai divisi berlomba-lomba untuk mem...