PVSG - 06

14 3 0
                                    

"Berhenti!" Zega menghampiri mereka dengan pistol di tangannya. Pria bermasker itu menodongkan pistolnya ke kepala Rismawan.

"Jangan mendekat, atau kepalanya meledak!" Ancam pria itu.

Zega mengeluarkan peluru dari pistolnya kemudian menjatuhkan pistol serta pelurunya ke bawah. Dia juga melepaskan jas panjangnya dan mengangkat tangan.

Pria itu tampak masih waspada.

"Kau bisa menyampaikan keinginanmu padaku, tapi jangan sakiti dia. Kau tahu dia pejabat penting? Kau akan berada dalam masalah, maka menyerahlah. Aku berjanji hukumanmu akan diringankan," kata Zega.

Para sniper telah tiba di gedung seberang. Mereka membidik kepala pria bermasker itu.

"Geser ke kiri," suruh pria itu.

Zega menurut. Dia melangkah ke sebelah kiri.

"Sedikit lagi," kata pria itu.

Zega menghela napas berat kemudian dia menurutinya dengan melangkah sedikit ke kiri. Para sniper tidak bisa melihat target, karena terhalangi Zega.

"Kau sangat cerdas, Tuan. Sekarang katakan apa yang kau mau," ucap Zega.

"Tampaknya kau polisi yang berpendirian teguh, tapi aku tidak yakin kau bisa kupercaya," ujar pria itu.

Zega melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau bisa mempercayaiku."

Pria itu tersenyum di balik maskernya. "Biasanya para penjahat akan meminta apa jika dalam posisi seperti ini?"

"Biasanya mereka akan meminta taksi, atau meminta keringanan hukuman, meminta maaf pada keluarganya," jawab Zega. "Tapi, sepertinya kau bukan tipe orang yang seperti itu. Dengan keberadaanmu di atap gedung, kau pasti meminta sebuah helikopter."

Pria bermasker tertawa. "Aku suka caramu berbicara. Tapi, aku tidak akan meminta helikopter padamu."

Zega mengernyit. "Lalu?"

Pria itu menatap Zega dengan serius. "Bawa Gisca padaku dalam keadaan hidup."

"Bagaimana aku melakukannya? Aku bahkan tidak tahu di mana dia berada. Kami masih mencarinya," kata Zega.

Tiba-tiba Febrian datang bersama timnya dan tim Zega. Mereka menodongkan senjata ke arah pria itu.

Zega menghela napas berat sambil memegang kepalanya yang pusing. "Mengganggu saja."

"Kau tidak bisa menangkapku sendirian, kan?" Rismawan tertawa. Ucapan itu ditujukan kepada pria bermasker.

Zega menatap Rismawan.

"Kami sudah menemukan Gisca," kata Febrian.

Zega mengernyit. Dia menoleh pada Febrian dengan tatapan curiga.

"Zega, mundurlah bersama timmu. Kasus ini sepenuhnya diambil alih oleh tim Febrian," ucap Herdian di alat komunikasi. Di sampingnya ada Meriska yang melipat kedua tangan sambil melihat ke layar CCTV di mana Zega berada.

"Aku tidak bisa mundur, Pak Herdian. Aku sudah berada di sini," ucap Zega pelan.

"Ini perintah dari atas," ucap Herdian.

"Kau yakin?" Tanya pria bermasker itu pada Febrian.

Febrian mengangguk. "Dia bersama kami di kantor polisi. Kemarin kami menemukannya di tempat tinggalnya."

Zega tampak berpikir. Dia masih tidak mempercayai ucapan Febrian.

Pria bermasker mendecih. "Kau berbohong. Sudah 2 hari Gisca tidak kembali ke rumahnya."

"Bagaimana bisa kau berbohong di saat seperti ini? Kupikir kau memang tidak pantas membuat kesepakatan," ucap pria itu sambil menendang betis Rismawan hingga tertekuk.

Febrian tampak khawatir.

Zega bersuara, "Kuperingatkan sekali lagi, kau akan berada dalam masalah besar jika membunuhnya."

Pandangan pria bermasker itu teralihkan padanya. Begitu pun dengan Febrian dan polisi lainnya.

"Kedatanganmu kemari bukan untuk membunuh, tapi untuk mencari keberadaan Gisca, kan? Kalau begitu jangan bunuh sanderamu," kata Zega.

"Hanya dia yang tahu di mana Gisca berada," ucap pria itu.

ⓞⓞⓞ

22.50 | 25 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS GANGSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang