PVSG - 25

17 4 0
                                    

Gerrel menutupi tubuh Gisca dengan jasnya yang panjang. Dia menangis sambil mengusap rambut Gisca. Zega menghampiri Gerrel sambil mengusap punggung pria itu. Gadis itu mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan air matanya yang tidak bisa berhenti mengalir. Sementara San Bima dan anak buahnya masih berdiri mematung melihat apa yang terjadi.

Anak buah Gerrel sudah sampai di markas tersebut bersama para polisi tim Zega. Mereka melepaskan topi dan menunduk dalam.

Di dalam mobil, San Bima dan Zega masih melanjutkan pertengkaran mereka.

"Sudah kubilang, menjadi polisi bukan pilihan yang benar. Gitta bilang, tim kalian yang berjuang mati-matian melawan mereka, tapi polisi dari divisi lain yang mendapatkan penghargaan!" Gerutu San Bima.

"Aku harus bagaimana? Atasan menyuruhku berhenti menyelidiki kasus itu dan polisi dari divisi lain mengambil alih kasusnya. Meskipun aku bekerjasama menangkap mereka, para polisi yang punya tanggung jawab yang memenangkan penghargaan," ucap Zega.

"Gitta bilang...."

"Apa lagi yang dibilang bocah itu?" Gerutu Zega kesal.

Meriska sedang menjenguk Febrian di rumah sakit. Pria itu terbaring lemah di atas ranjang.

Berita di TV menyiarkan kabar terbaru tentang Rismawan yang melarikan diri saat akan dipindahkan ke penjara terpencil.

Terlihat reporter sedang menyiarkan berita di stasiun TV. "Dari informasi yang kami dapatoan, tampaknya para polisi dengan bantuan beberapa anggota geng berhasil menangkap anak buah Rismawan. Rismawan dan dokter yang terlibat ditemukan tewas di markas rahasianya setelah terjadi adu tembak. Kami belum bisa datang ke lokasi kejadian, karena polisi sedang mengurusnya ...." Tiba-tiba layarnya menjadi buram.

Febrian dan Meriska saling pandang. Layar berubah warna menjadi abu-abu. Di layar tiba-tiba muncul beberapa foto pejabat yang terlibat dengan kejahatan yang dilakukan Rismawan.

Seseorang telah meretas TV nasional. Dengan suara yang disamarkan, peretas membocorkan semua kejahatan yang dilakukan oleh para pejabat di foto itu.

Semua orang di seluruh Indonesia terkejut melihat berita tersebut. Termasuk para pejabat yang terlibat dan disebutkan di TV. Mereka segera keluar dari gedung untuk melarikan diri, tapi tampaknya masyarakat sudah lebih dulu marah dan langsung mengadakan demo besar-besaran di gedung pemerintahan. Mereka tidak bisa lari.

Ternyata Jay, orang kepercayaan Gerrel yang meretas seluruh stasiun TV untuk menyiarkan berita tersebut. Tidak hanya data-data yang digunakan sebagai bukti. Jay juga memasukkan video, rekaman suara, dan kesaksian dari beberapa orang yang merasa dirugikan, tapi mereka tutup mulut karena tidak punya kekuasaan. Saat inilah mereka bisa membuka suara mereka.

Di dalam mobil, San Bima dan Zega yang sudah berhenti bertengkar mendengar berita tersebut.

"Perbesar volumenya," suruh San Bima.

Pria yang duduk di samping sopir meninggikan volumenya.

San Bima menoleh pada Zega. "Siapa pria itu?"

"Pria yang mana?" Tanya Zega.

"Yang tadi bersamamu."

Sementara itu, para polisi dan BIN sudah menangkap para pejabat yang terlibat berdasarkan bukti yang sudah jelas itu.

ARN mendatangi rumah Gerrel untuk meminta maaf dan turut berbelasungkawa atas apa yang terjadi pada Gisca. Mereka memohon pada Gerrel agar mengizinkan Gisca dikubur di makan pahlawan sebagai seseorang yang gugur saat melakukan misi. Bahkan misinya berhasil dengan memberikan barang bukti yang begitu lengkap untuk menjebloskan para penjahat itu ke penjara.

Gerrel pun menyetujuinya. Dia sering datang berkunjung ke makam kakaknya.

ⓞⓞⓞ

09.23 | 25 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS GANGSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang