PVSG - 27

16 4 0
                                    

Gerrel melihat kesana-kemari mencari seseorang. "Dia tidak datang?"

"Kau datang?"

Mendengar suara yang familiar, Gerrel menoleh, ternyata Zega. Gadis itu tampak cantik dengan gaunnya yang berwarna abu-abu. Rambut pendeknya dibiarkan tergerai begitu saja. Dia terlihat sangat berbeda dari biasanya yang selalu tampil tomboy.

Zega menghampiri Gerrel. Jay membungkuk kemudian meninggalkan mereka.

Zega melihat jas abu-abu yang dikenakan Gerrel kemudian dia melihat gaunnya sendiri.

"Aku... aku diundang ayahmu," kata Gerrel. "Aku juga tidak mengira kau akan datang."

"Tua bangka itu memaksaku datang. Sebenarnya aku tidak mau datang, aku seorang polisi. Tapi, dia bilang, aku ini anaknya. Untuk malam ini saja dia ingin aku seperti anak seorang gangster," ucap Zega.

Gerrel tersenyum melihat ekspresi kesal Zega. "Ingatlah, dia ayahmu yang sudah menyelamatkanmu. Dia juga menyelamatkan nyawaku."

"Hm," respon Zega.

"Aku mau menemuinya," ucap Gerrel. "Temani aku."

"Sana, pergi sendiri," gerutu Zega.

Gerrel pun menghampiri San Bima. "Selamat malam Tuan San Bima."

San Bima menoleh. "Oh? Selamat datang, Tuan Keiji."

Keduanya bersalaman.

"Aku merasa terhormat telah diundang ke acaramu," kata Gerrel.

San Bima tersenyum. "Aku juga merasa senang karena kau datang."

Gerrel tersenyum. "Terima kasih telah menyelamatkan nyawaku."

San Bima tersenyum. "Saat itu kau bersama putriku, artinya aku harus membantumu juga."

Setelah makan malam, para tamu berdansa menikmati alunan musik. Gerrel hanya duduk di kursinya. Beberapa gadis melihat padanya.

"Lihatlah, Bos. Mereka melihat padamu," bisik Jay.

"Kau bisa berdansa?" Tanya Gerrel.

"Tidak, Bos."

Gerrel menghela napas berat. "Kau sama payahnya seperti aku."

Gerrel beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil minuman. Seorang gadis cantik bergaun emas menghampirinya.

"Mau berdansa denganku?" Tanya gadis cantik itu.

Zega yang melihat itu dari kejauhan tampak kesal. "Genit sekali gadis itu. Dia belum tahu rasanya tembakan senjata api."

Karena dia yakin Gerrel menerima ajakan gadis itu, Zega memilih membelakangi. Dia meneguk tequila.

Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya, ternyata Yevan. "Kau tidak mau berdansa?"

Zega menggeleng.

"Berdansalah denganku," kata Yevan.

"Berdansa dengan Kakak?" Tanya Zega.

"Iya, memangnya kenapa?"

"Aku tidak mau. Berdansa saja dengan gadis-gadis itu," ucap Zega.

Yevan memutar bola matanya. "Pantas saja masih jomblo sampai sekarang."

Zega melihat ke arah Gerrel. Tapi, pria itu tidak ada di sana. Zega mengernyit dan melihat ke sekeliling. Dia juga melihat orang-orang yang berdansa di tengah. Gerrel juga tidak ada di sana.

Seseorang menyentuh tangan Zega. Gadis itu menoleh, ternyata Gerrel. "Kau...."

"Mau berdansa denganku?" Tanya Gerrel.

Kedua pipi Zega memerah. Dia mengangguk. Mereka pun ke tengah dan berdansa seperti yang lain walau gerakan mereka terlihat aneh.

"Sebenarnya aku tidak bisa berdansa," ucap Zega pelan.

Gerrel terkekeh kecil. "Sebenarnya aku juga tidak bisa berdansa."

"Hah? Lalu kita apa-apaan ini?" Gerutu Zega.

Gerrel tersenyum dan mengeratkan rangkulannya ke pinggang Zega. "Tidak ada yang memperhatikan kita. Kita bersikap normal saja."

"Aku masih tidak mengerti. Waktu itu kau menyusup ke gedung pemerintahan dan menyanderaku. Punggungmu tertembak, tapi kau tidak memiliki bekas tembakan di punggungmu," ucap Zega setengah bertanya.

Gerrel tersenyum. "Waktu itu aku memakai rompi anti peluru."

"Lalu katanya kau kidal, tapi bisa menulis dengan tangan kanan." Zega masih tampak bingung.

"Aku seorang ambidextrous," ujar Gerrel.

"Oh." Zega mengerti sekarang.

San Bima dan Yevan memperhatikan Zega yang sedang berdansa dengan Gerrel. Mereka bedua melipat kedua tangan di depan dada.

"Lihatlah kedua orang konyol itu, Ayah. Pantas saja Zega menolak berdansa denganku. Ternyata dia tidak bisa berdansa," ucap Yevan.

San Bima tertawa. "Aku juga tidak bisa berdansa."

ⓞⓞⓞ

10.18 | 25 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS GANGSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang