Zega sedang berada di ruangannya melihat biodata pribadi Gisca. Tiba-tiba pintunya diketuk dan muncullah Gitta.
"Senior, seseorang menyelinap masuk lagi ke gedung pemerintahan," ucap Gitta.
Zega dan timnya tiba di lokasi. Mereka melihat tim Febrian sudah ada di sana dan menanganinya. Zega menyuruh timnya untuk bersiaga dan membantu tim Febrian apabila dibutuhkan.
Tim Febrian masuk ke gedung untuk menangkap penyusup itu.
Pria bermasker itu tengah menodongkan pistolnya ke dahi pria paruh baya di kursi utama. "Rismawan, kau akan berakhir di pengadilan jika kau berpura-pura bodoh seperti ini."
Pria paruh baya bernama Rismawan itu menatap pria bermasker yang sedang menyanderanya. Tak ada rasa takut sama sekali yang terpancar dari matanya.
"Kau siapa? Apa kau sadar siapa yang kau todong?" Tanya Rismawan datar.
"Kau bawa kemana gadis itu?" Tanya pria bermasker itu.
Rismawan mengernyit. "Kau siapa? Apa kau antek-anteknya yang disuruh untuk membunuhku?"
Pria bermasker itu memukul wajah Rismawan kemudian menarik bagian depan bajunya. "Katakan di mana gadis itu, atau kuledakkan gedung ini."
"Kau pikir aku takut?" Rismawan tertawa.
Tiba-tiba ledakan terjadi.
Para polisi yang berada di luar terkejut mendengar suara ledakan itu. Begitu pun dengan tim Zega.
Terdengar suara Herdian dari alat komunikasi, "Zega, masuk bersama timmu dan bantu tim Febrian."
Zega memberikan kode pada timnya. Mereka mengangguk kemudian memasuki gedung.
Sementara Febrian sudah tiba di depan ruangan rapat. Dia mengintip dari luar dan melihat pria bermasker itu sedang menodongkan pistolnya ke kepala Rismawan.
"Kau meletakkan bom di gedung ini?" Tanya Rismawan tak percaya.
"Lebih dari 11 bom." Pria bermasker itu memegang remote control.
"Seluruh gedung sudah dikepung. Kau tidak bisa kabur ke mana pun. Hukumanmu akan diringankan apabila menyerahkan diri," suara peringatan dari megafon.
Pria bermasker mendecih. "Mereka pikir aku takut."
Febrian memasuki ruangan itu. Pria bermasker menoleh padanya. Febrian mengangkat kedua tangannya.
"Aku tidak membawa senjata. Aku hanya ingin membuat kesepakatan," ucap Febrian.
"Kau negosiator?" Tanya pria itu. "Aku sedang tidak mood bicara dengan negosiator. Selain itu, urusanku dengan pria tua ini, bukan denganmu. Pergi sana."
"Kalau kau mau bicara baik-baik, seharusnya kau datang dari pintu depan dan tidak membawa senjata, apalagi bom. Kau membuat pria tua itu ketakutan," kata Febrian.
"Siapa bilang aku mau bicara baik-baik? Aku mau menginterogasi orang ini." Pria bermasker menarik Rismawan agar berjalan keluar. "Jangan ikuti aku."
Setelah pria itu keluar membawa Rismawan, Febrian menyentuh alat komunikasi di telinganya. "Pria itu keluar. Tampaknya dia mau ke lantai atas. Mungkin dia akan meminta helikopter."
Zega yang bersembunyi di bawah tangga melihat pria itu menyandera Rismawan dan membawanya ke lantai atas dengan lift, benar seperti dugaan Febrian.
Tanpa pikir panjang, Zega mengikutinya dengan menaiki tangga.
Sesampainya di lantai atas, pria itu berkata, "Kau tunjukkan lokasinya, aku akan membawamu ke sana kemudian mengembalikanmu ke sini."
"Kau saudaranya?" Tanya Rismawan.
Pria bermasker itu tidak segera menjawab. "Tidak penting siapa diriku, tapi gadis itu tidak pantas mendapatkan apa yang kau perbuat."
Rismawan mendecih. "Meskipun kau membunuhku, kau tidak akan menemukannya."
Pria itu memukul wajah Rismawan sekali lagi.
Zega datang. "Berhenti!"
ⓞⓞⓞ
22.18 | 25 April 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
POLICE VS GANGSTER
AksiZega dan timnya diperintahkan untuk menyelidiki sebuah kasus penting yang melibatkan seorang anggota gangster. Tidak hanya Zega, Febrian dan timnya juga mendapatkan perintah yang sama. Bahkan para polisi dari berbagai divisi berlomba-lomba untuk mem...