PVSG - 14

14 4 0
                                    

Kini Meriska, Herdian, Rismawan, Febrian, Zega, dan Gerrel berada dalam satu ruangan, yaitu ruang interogasi.

Zega menatap Rismawan yang hampir membunuhnya dengan pistol waktu itu. Dia membatin, entah kenapa aku tidak menyukai wajahnya.

Rismawan menoleh padanya. Zega segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Dari CCTV yang terpasang di gedung pemerintahan, bisa dipastikan tubuh pria bermasker itu sekitar 180cm dan berat badannya 65-70kg. Dan Gerrel memiliki tinggi badan 184cm, dengan berat badan 67kg. Tidak jauh berbeda, bukan?" Ucap Febrian.

"Pak Rismawan, apa kau mengingat sesuatu tentang pria yang menyanderamu?" Tanya Meriska.

"Pria itu memiliki tahi lalat di tangannya. Tampaknya juga kidal, karena menggunakan jam tangan di pergelangan tangan kanan," jawab Rismawan.

"Kebetulan kau memakai jam tangan di tangan kananmu," kata Febrian pada Gerrel.

"Aku tidak kidal. Aku memang suka memakai jam tangan di kanan," ucap Gerrel.

"Kalau begitu, coba tuliskan sesuatu dengan tangan kananmu," ucap Febrian.

Gerrel melakukannya dan tulisannya tampak normal. Saat dia menulis dengan tangan kiri, tulisannya tampak jelek.

Beginikah cara mereka menginterogasi? Batin Zega.

"Coba kau menyandera Pak Rismawan seperti itu." Febrian menunjuk layar di mana pria bermasker itu menodongkan pistol ke kepala Rismawan.

"Anggap ini pistol." Febrian memberikan kertas yang digulung pada Gerrel.

Dengan malas, Rismawan melakukan sesuai permintaan Febrian. Gerrel menerimanya kemudian meniru adegan di layar.

"Kenapa sangat aneh, ya?"

Herdian yang sedari tadi diam bersuara, "Suruh dia memakai masker, topi, dan kacamata hitam. Apa tampak sama dengan penyusup itu."

Zega melirik Gerrel yang tampak tenang. Saat dia memakai kacamata hitam, masker, dan topi, dia tampak tidak mirip.

"Aku tidak mengerti, apa yang kalian cari dariku," gerutu Gerrel kemudian dia mengambil gelas berisi air di depannya dan meneguknya sampai habis.

Zega membulatkan matanya saat melihat pria itu minum. Dia teringat sewaktu disekap di rumah si penyusup. Bentuk bibir Gerrel saat minum mirip dengan bibir pria itu saat menyantap makanan yang disajikan untuk Zega.

Gerrel menoleh pada Zega yang sedang menatapnya. Pria itu tersenyum tipis.

"Zega, coba kau berdiri dan pria itu menyanderamu," suruh Febrian.

"Apa?" Perhatian Zega teralihkan pada Febrian.

Karena Febrian memaksa, Zega menurut. Dia berdiri di depan Gerrel. Tiba-tiba Gerrel memeluk lehernya dengan tangan kanan dan tangan kirinya menodongkan gulungan kertas ke kepalanya. Zega sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan Gerrel padanya. Di saat yang bersamaan, Zega menghirup aroma tubuh pria itu. Dia mengingatnya. Aroma tersebut adalah aroma parfum yang sama dengan pria yang menyanderanya waktu itu.

"Jangan berlebihan, kau terlihat mau mematahkan lehernya," kata Herdian.

Gerrel melepaskan Zega.

"Apa kau merasa jika Gerrel adalah pria yang sama yang menyanderamu waktu itu?" Tanya Febrian.

"Sepertinya pria yang menyanderaku tidak terlalu tinggi. Aku bisa merasakan dagunya menyentuh kepalaku saat dia menodongkan pistol," jawab Zega.

Rismawan menatap curiga pada Zega. Mereka pun kembali duduk.

"Meskipun kau tidak terbukti sebagai tersangka, kau akan tetap diselidiki, karena kau seorang ketua gangster," ucap Meriska.

"Apa? Tapi, ini tidak adil. Aku tidak menjual narkoba atau organ tubuh manusia. Aku memiliki kasino dan tempat hiburan. Kalian bisa mengeceknya sendiri," kata Gerrel.

"Tentu kami akan mengeceknya," kata Febrian.

ⓞⓞⓞ

09.53 | 25 April 2021
By Ucu Irna Marhamah

POLICE VS GANGSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang