17. moody

243 7 0
                                    

.

.

.

"gausah ngebacot yang macem macem deh lo" kata Ray emosi, terus ngehempasin kepala Yaya dari lengan nya begitu aja.

Yaya takut,

"t-tapi Ray-.. "

"lagian guna lo minta gituan apasih? Lo pikir gua bakal kasian sama lo, kimak? Jangan harap!" Raya benar benar meninggi kan suara. Mood nya lagi lagi berubah 380• dengan mudah.

"awas ya, Nakasoya. Sampai lo ngomong begitu lagi gua ga segan segan bikin hidup lo semakin sengsara dibanding ini." Raya ngejambak Yaya dengan kasar, membuat wajah itu mendongak keArah nya.

Setelah ngomong begitu, Raya langsung pergi dari Basment. Meninggalkan Yaya yang mati matian menahan jeritan emosional dan sumpah serapah.

Ini Raya? Teman sebangku nya yang selalu bikin dia ketawa dulu? Bahkan sekarang lo udah berhasil ngancurin hidup sseseorang yang udah nganggep lo sahabt nya, Ray. Trauma, Depresi, malu sama diri sendiri.

Apa yang lebih hancur dari itu?

Nyatanya, DiDunia ini gak ada yang namanya sahabat.





"Lo k-kenapa Ray? " dipintu Basment Raya berpapasan dengan Kana.

Tidak mengindahKan pertanyaan Kana, Raya langsung pergi menuju tangga untuk keluar dari pintu Basment.

Sebenarnya,, lagi lagi Kana menguping percakapan kedua insan tersebut. Sedikit sesak saat mendengar kalau Raya benar benar mencintai Nakasoya.

Tapi yasudah lah, ia sedikit puas melihat Raya yang kembali kasar pada Yaya diAkhir tadi. Kana tertawa didalam hati, walau sedikit iba.

Kana melangkah mendekati ranjang pendek Yaya. ikut duduk ditepi ranjang, lalu membawa gadis itu untuk bersandar pada ceruk leher nya.

Sesekali Kana menepuk pelan surai tebal Nakasoya.

"Raya kenapa lagi? Ya. "

Tidak ada jawaban

"eumm.. Makanya, kamu jangan bicara yang macam macam sama dia. Kalau ada sesuatu yang ingin kamu sampai kan bisa bilang ke aku ko.

Nanti aku sampein ke Ray. "

Hening,

Kana kembali menghela nafas.

"bagi Ray, apapun tentang kamu itu sensitif"

"ikutin aja permainan Raya, nanti kamu akan terbawa arus permainan itu sendiri dengan senang hati, nanti Kamu akan terbiasa."

Kana menangkup pipi chuby Nakasoya, diusap nya wajah sembab itu.

"jangan nangis, kalau mau cerita sesuatu bilang sama aku aja, Ya. "

Kana berdiri dari duduk nya, dan hendak pergi.

"mau nitip sesuatu ga? Cemilan atau apapun? "

Yang Kana lihat hanya gelengan.

Lalu Kana beranjak pergi dari sana.
















"gua baru aja ngasih surat undur diri tadi pagi"

".."

"makasih info nya cok, kalo lo ga nginfo kayanya rumah gua bisa diGledah. "

".."

"yeuu lo juga jangan tau rumah gua lah haha, kalo mau ketemuan di rumah lama gua aja"

".."

"disini kejauhan bangsat"





"Ray, telponan sama siapa? " tanya Kana bisik bisik. Kemudian Raya langsung menutup panggilan tersebut.

"si Silvia, yang ngabarin ke gua kalau kita udah dicurigain warga kelas. "

"lo bayangin kalo dia ga ngingetin gua. Rumah kita udah di gledah kali ya? Haha"

Lagi lagi mood Raya terlihat sangat baik. Ia kembali terlihat ceria dalam sekejab.

"tapi kalo silvia cepuin rumah ini, terus cepu kalo lo ga pindah keJepang gimana? Mampus kita"

"santay lah, rumah ini juga jauh dari Jakarta. Gua ga sebego itu kali ngasi alamat ni rumah"

"ya kalo tetep ketauan gimana? Terus ni ruma mo di gledah? "

"pindah keJepang beneran lah Bangsat, ribet banget sih lo? Lagian ga mungkin engeh lah si Elina tolol itu kalau ga ada yang cepu." kata Raya enteng.







Masih mau lanjut tapi uda kepanjangan monyed






Tbc

my girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang