.
.
.Suapan Rendang terakhir-..
"Kana"
Pintu terbuka, menatap ke arah dua insan yang kini berjalan menuju ke Arah nya. Kana mengurungkan niat untuk melahap suapan Rendang terakhir ketika ia melihat Ray yang sejak pagi tadi sudah tidak ada dirumah kini datang dengan seseorang disamping nya.
"loh Ray? Sebelah lo-.. "
"dia Dokter Ryoulis"
Kana reflek membaca Nametag pada almet yang dipakai peria tinggi disebelah Raya.
"Mau ikut gua dan Dokter Ryu ke Basment? "
"Raya!? Maksud lo? Lo mau ngapain anjing? Ray Bangsat!!"
Tidak menggubris ucapan ucapan itu, Raya berjalan meninggalkan Kana yang masih memasang wajah shock. Disusul oleh dokter Ryu.
"anjing! Ngide apa gua semalem? Gua kira Ray ga bakal ngubris ucapan gua. Tapi sekarang gua tau untuk apa tujuan nya bawa dokter ke Basment! Dia selalu Out of the box." batin Kana, walaupun di sisi lain ia khawatir. Percobaan apa yang akan dilakukan pada Yaya nanti?
***
Yaya menelan saliva nya dengan gugup ketika lagi lagi manusia itu datang mengunjungi nya, selalu dengan tatapan yang sama. Tatapan datar yang ntah apa isi nya, apakah rasa benci pada nya? Tatapan yang sudah berubah sejak malam itu.
Dokter itu menghampiri Yaya. tanpa basa basi ia meraih lengan kurus bocah itu, dan mengikat nya pada tiang dengan borgol. Sekarang untuk apa Nakasoya memberontak? Bahkan kini ia berharap bahwa ia akan mati hari ini juga.
Peria tinggi dengan tampang kharismatik itu mulai membuka kotak hitam yang sedari tadi ia bawa. Lagi lagi Yaya menelan saliva nya setelah tau apa isi dari kotak hitam tersebut.
Bukan, bukan alat sex seperti milik Raya biasanya.
Tapi sebuah jarum dan beberapa pisau.
Dokter tersebut mulai membawa jarum suntik dan hendak mengarahkan nya pada lengan yang kini terpasang borgol ditiang itu, sekarang Yaya sedikit memberi perlawanan. Membrontak, berteriak sekeras yang dia bisa. Walaupun ia tahu bahwa semua akan sia sia karna tenaga nya yang jelas jelas terbanting oleh pria tersebut.
Plakkk
Kini pipi nya panas, air mata nya mengalir. Kala peria itu mendaratkan telapak tangan nya yang besar pada wajah mungil milik Yaya. Dan yang lebih membuat nya sakit adalah, ketika Raya yang tetap melihat semua nya dengan tatapan datar. Diam tak berkutik. Bahkan tidak ada sedikit tatapan iba.
"Ray.. Kamu cinta kan sama aku? "
Ucap nya ketika ia pasrah,
belum sempat mendengar jawaban, jarum itu kini berhasil menusuk lengan kurus tersebut, menembus dalam pada pergelangan tangan nya. Dan sedikit demi sedikit semua memburam.***
Kana tertegun.
Ia sedikit menyesal telah mengutarakan ide gila nya semalam. Raya memang selalu diam, tapi ia selalu membuktikan pikiranya dan tidak hanya bicara.
Walaupun Kana biasa cemburu dengan Nakasoya, tapi melihat hal itu membuatnya sedikit mempunyai rasa iba kepada Yaya.
Disinilah ia berdiri sekarang, menyaksikan semua kegilaan itu dari jauh, melalui pintu Basment yang terbuka sedikit lebar. Mendengar jeritan, tamparan, dan bahkan kalimat 'Ampun' yang terlontar.
Kana sedikit menyipitkan kedua mata, dan menutup kedua mata nya dengan telapak tangan. Ketika melihat jarum yang kini diArah kan pada kepala gadis tersebut. Ditancap nya jarum selang, dan darah yang berasal dari kepala berhasil mengalir melalui selang.
Mual,
Itu yang Kana rasakan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
my girl
Short Story"cantikk" "lucuuu" Kata kata yang tidak pernah absen terlontar dari bibir seorang wanita, yg sedang menatap si teman sebangku. "Andai dia tau.. Betapa gw kagum sama semua hal tentang dia" Kata kata yang selalu terputar dikepala nya saat menatap gad...