Melosa
Ini adalah hari pertamaku masuk ke kampus. Aku tidak pernah menyangka jika aku akan menginjakkan kakiku di salah satu kampus bergengsi, kebanyakan berasal dari kalangan berada dan juga merupakan kampus nomor satu di kota Arukkari. Tidak ada masa orientasi mahasiswa yang norak atau kampungan, yang menyusahkan mahasiswanya dengan permintaan tak masuk akal karena kampus ini adalah kampus bergengsi. Aku melangkah menuju kelasku saat melihat sosok Jeff yang tersenyum lebar saat melihatku.
"Sa!" Ia melambaikan tangannya, tersenyum hingga lesung pipinya menampakkan diri.
Beberapa mahasiswa baru, terutama kaum perempuan langsung terpana melihat sosok Jeff yang menyambutku. Beberapa melirik padaku penasaran, yang lainnya tampak iri. Aku memutar tubuhku, mencoba menemukan jalan lain untuk masuk ke kelas tanpa harus berpapasan dengan Jeff karena ia akan menjadikanku pusat perhatian. Namun, terlambat!
Ia menyusulku, merangkul bahuku kemudian menjepit leherku di lengannya. Sementara tangannya yang lain mengacak rambut panjangku yang sudah kucatok dan kusisir rapi. Dengan kasar, aku mendorongnya menjauh supaya ia berhenti menggangguku. Sayangnya, Jeff lebih kuat dariku. Ia menjitakku kasar saat aku melawan.
"Rambut gue, bego!" pekikku geram pada akhirnya, membuatnya tertawa puas.
Aku menggeram kesal, merapikan rambutku sambil menatap Jeff yang tersenyum. Jeff berusia dua puluh tahun sekarang. Aku baru berusia delapan belas, setahun lebih tua dari mahasiswa seangkatanku karena aku sempat putus sekolah. Namun, aku beradaptasi dengan baik. Aku mendengkus sebal, terpaksa menguncir rambut panjangku yang sudah kucatok rapi.
"Salah sendiri kenapa pura-pura nggak kenal gue!" balasnya sambil merangkulku lagi. "Ayo, gue anter ke kelas lo! Pasti lo belum tahu di mana kan?"
"Nggak usah!" ketusku seraya mendorongnya lagi supaya menjauh. "Minggir, gue bisa ikut yang lain."
"Nggak usah malu-malu, Sa! Waktu lo masih kecil, gue juga yang gendong kan?" sahutnya.
"Gue malu jalan sama modelan lo!" desisku tajam yang diabaikan oleh Jeff.
Alih-alih melepaskanku, ia membawaku menuju kelasku, masih sambil merangkulku. Aku hanya bisa menghela napas pasrah saat ia mendorongku masuk ke kelas, memberi tahu mahasiswa lain supaya memperlakukanku dengan baik karena aku adalah adiknya. Dan tentu saja, seharian itu hidupku tidak tenang karena diganggu oleh beberapa anak yang menyukai Jeff. Juga diganggu oleh beberapa yang orang tuanya mengharapkan punya koneksi dengan Index Group.
Aku menghabiskan hari pertamaku, mencoba bersosialisasi secukupnya, lalu menghindari semua orang.
"Jeff anjing!" makiku berbisik pada diri sendiri.
Aku mendudukkan diri di salah satu bangku taman di pusat kota. Taman yang ada di pusat kota selalu sepi karena penduduk kota jarang datang ke sini. Aku selalu datang ke kemari jika ingin menyendiri. Aku mengeluarkan sekaleng bir dari tasku. Aku baru saja membelinya di minimarket terdekat. Aku tidak ingat kapan aku mulai minum. Mungkin setahun yang lalu atau setengah tahun, aku tidak peduli. Namun, secara perlahan aku akan pergi mencari bir untuk minum jika aku merasa lelah dan juga sebatang rokok untuk kusesap. Sangat jarang, tetapi aku hanya merokok jika semua hal terlalu sulit untukku.
Aku menyelipkan sebatang rokok itu ke bibirku, mengambil korek api dari dalam tas yang selalu tersimpan rapi di dalam pouch make up yang diberikan oleh Yudi untukku. Aku tidak tahu mengapa ia memberiku perlatan make up, tetapi ia menyuruhku untuk mulai merias diri karena begitu aku terjun dalam dunia kerja, aku harus terlihat cantik, anggun dan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Wife
RomanceBagi Melosa Helga, Eryx Baskara adalah rumah yang tak akan pernah ia miliki seutuhnya. Lelaki itu hanya akan menjadi angan, kasih tak sampai, lelaki yang tak akan bisa Melosa gapai hatinya. Namun, Melosa yang telanjur menambatkan hatinya, tak bisa m...