Melosa
Aku mendapati jika Eryx mengganti bunga peony di meja kerjaku lagi pagi ini. Ia tertangkap basah sekitar dua hari lalu, dan aku langsung menyadari jika selama ini ialah yang menggantikan bunga di mejaku. Ia tersenyum lembut padaku saat aku melihatnya.
"Pagi, Losa," sapanya lembut.
"Pagi," balasku pelan, melirik bunga di mejaku.
Ia tersenyum padaku saat melihat arah tatapanku, sedikit menyingkir seolah membiarkanku menatap bunga yang baru ia ganti. Aku mengedipkan mataku, bertanya-tanya mengapa ia selalu memberiku bunga peony? Aku menatap wajah Eryx lagi.
Ia jadi lebih sering mengunjungiku dengan atau tanpa alasan. Bahkan, ia dengan terang-terangan menunjukkan perhatiannya. Ia juga muncul di pantry saat jam makan siang, menemaniku, juga membawakan buah yang sudah ia potong untukku. Dan belakangan, kuketahui jika bantalan duduk di kursiku juga disiapkan olehnya.
Aku memasang senyum tipis, masih kaku karena canggung menerima perhatiannya. Namun, kali ini aku mengucapkan terima kasih.
"Makasih," kataku pelan. "Bunganya cantik."
Eryx mengangguk, tersenyum dan beranjak meninggalkanku. Aku melirik Diana yang tersenyum. Jeff kebetulan singgah ke ruangan Yudi untuk mengambil berkas, jadi hanya ada aku dan Diana di ruangan ini.
"Suaminya Kakak romantis ya?" Diana menyeringai. "Jadi pengen nikah juga."
Aku hanya tersenyum, duduk di kursiku sambil melirik bunga peony yang ada mejaku. Tanganku terulur untuk menyentuh kelopaknya. Hatiku kembali bertanya, mengapa bunga peony? Apa maksudnya?
"Bunga peony artinya bagus loh, Kak," kata Diana membuatku meliriknya. "Cinta, kebahagiaan dan keabadian pernikahan."
Aku sedikit membulatkan mataku, kembali menatap bunga peony di mejaku. Sejak hari pertama bekerja lagi, ia sudah memberikan bunga ini padaku. Aku menutup mulut, menelan ludah untuk membasahi tenggorokanku yang terasa kering. Apakah ... apakah maksudnya memberikan bunga ini adalah untuk mempertegas jika ia tak akan menceraikanku?
Hatiku berdesir lagi. Usahaku melupakannya terasa sia-sia.
Aku menghela napas, mencoba tenggelam dalam pekerjaan hari itu. Namun, aku tidak bisa fokus. Pada akhirnya, aku jadi lemas dan pusing sendiri. Eryx sangat menyebalkan. Ia membuatku jadi banyak pikiran hari ini!
Aku menekan pangkal keningku. Ruangan Jeff kosong, hanya ada aku. Jeff dan Diana sedang pergi kunjungan. Aku menghela napas lagi saat melihat jam dinding. Hampir jam makan siang, tapi belum waktunya.
Aku memutuskan berdiri, berniat keluar dan makan siang duluan. Mungkin setelah itu jalan-jalan ke atap untuk menikmati angin sepoi-sepoi.
Namun, sebelum aku sempat berdiri, pintu ruangan terbuka. Kaia berdiri di ambang pintu, menatapku takut-takut dan melangkah masuk sambil tersenyum canggung. Aku mengedipkan mata ketika melihatnya. Kaia masih cantik seperti biasanya.
"Jeff lagi kunjungan sama Diana," kataku memberi tahu tanpa diminta.
Kaia mengangguk, mendekat padaku. "Apa kabar, Sa?"
"Baik," jawabku. "Lo gimana?"
"Baik juga," ujarnya pelan. "Masih ... masih nggak mau ketemu Eryx?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Wife
RomanceBagi Melosa Helga, Eryx Baskara adalah rumah yang tak akan pernah ia miliki seutuhnya. Lelaki itu hanya akan menjadi angan, kasih tak sampai, lelaki yang tak akan bisa Melosa gapai hatinya. Namun, Melosa yang telanjur menambatkan hatinya, tak bisa m...