Melosa
Aku menatap Eryx yang ikut makan malam di ruang makan bersama dengan kami semua. Biasanya, hanya ada aku, Yudi, Belinda, dan Jeff. Kini ada tambahan dua orang. Eryx dan Kaia.
"Sudah baikan?" tanya Yudi seraya menatapku dan Eryx yang duduk berdampingan.
Aku melirik Eryx yang ternyata juga sedang menatapku. Ia tersenyum, beralih pada Yudi dan mengangguk. Aku ikut menoleh pada Yudi yang kini menatapku, ikut mengangguk. Ia mendengkus geli.
"Baguslah," katanya. "Jadi kamu mau bawa dia pulang?"
Eryx mengangguk lagi.
"Memangnya kamu bisa jaga dia sendirian?" Aku menatap Yudi yang menunjukkan raut sedikit tidak terima. "Kenapa nggak kamu aja yang pindah ke sini sampai anak kalian lahir? Toh, kamar Melosa sekarang juga luas."
"Ya kali, Pa disuruh tinggal di sini! Nanti nggak bisa ew- Aduh!" Jeff meringis saat aku menendang kakinya, menatap Yudi dengan senyum tipis.
"Biar saya pulang sama Eryx saja, Pak. Lagi pula, saya harus mulai mandiri tanpa bantuan Bapak atau Ibu dan Jeff. Nanti kan, kami harus tinggal sendiri juga," kataku.
"Ya, tapi kalau kalian udah tinggal sendiri, kalian jarang ke sini. Saya juga mau tahu kabar anakmu loh," protes Yudi membuatku tersenyum.
"Nanti saya usahakan sering mampir. Lagi pula, di kantor juga ketemu," kataku tenang.
"Di kantor aja, saya jarang ketemu kamu kok. Kalau Eryx ya wajar, tapi dia juga ujung-ujungnya ngeloyor nyari kamu," sahut Yudi.
"Ya namanya suami-istri, Pa! Mana masih muda, masih anget-angetnya," tegur Belinda sambil berdecak. "Papa kayak nggak pernah muda aja."
"Papa takut kangen tuh sama Melosa! Diam-diam sayang, 'kan?" ledek Jeff.
Yudi hanya mendengkus malas. Aku melirik Yudi dan tersenyum. Tidak cuma aku, Eryx juga. Aku yakin, bagi Yudi, kami berdua adalah anak yang cukup spesial baginya. Mungkin, kami juga dianggapnya sama seperti Jeff walau tak punya hubungan darah.
"Nanti dua minggu sekali saya ke sini," kataku berjanji membuat Yudi menjawab dengan gumaman. Pura-pura tak peduli, tapi kulihat ia tersenyum puas selama beberapa detik.
Malam itu, Eryx langsung membawaku pulang bersamanya setelah mengemasi beberapa pakaianku untuk beberapa hari ke depan. Sisanya, akan dibawakan oleh Jeff setelah dikemasi oleh pelayan di rumahnya. Aku turun dari mobil, bersama dengan Eryx yang dengan hati-hati menggandengku masuk ke rumah. Aku menatap rumah minimalis bercat putih yang masih sama.
Interiornya juga tidak berubah saat aku melangkah masuk ke dalam. Rumah Eryx masih bersih dan rapi seperti biasa. Ah, bukan rumah Eryx. Rumah kami.
"Ini nggak kotor, 'kan?" tanyanya dengan nada sedikit khawatir. "Aku bersihin tiap hari, takut kalau kamu pulang malah kotor. Nanti kamu nggak nyaman."
Aku menatap Eryx dengan senyum hangat. "Ini bersih banget kok, Ryx."
"Baguslah," balasnya puas. "Naik ke atas ya, langsung mandi. Kamu bilang udah gerah kan? Tapi mandinya pakai air panas ya? Nanti kedinginan."
Aku tersenyum geli melihat Eryx yang dengan cerewet menanyaiku, mengecup bibirnya sekilas membuatnya menatapku bingung.
"Bawel. Aku juga tau, Ryx," kataku meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Wife
RomanceBagi Melosa Helga, Eryx Baskara adalah rumah yang tak akan pernah ia miliki seutuhnya. Lelaki itu hanya akan menjadi angan, kasih tak sampai, lelaki yang tak akan bisa Melosa gapai hatinya. Namun, Melosa yang telanjur menambatkan hatinya, tak bisa m...