Dua puluh Sembilan

36.7K 2.3K 93
                                    

Melosa

Minggu ketiga aku kembali bekerja, ngidamku mencuat lagi. Setelah kemarin ingin makan nasi goreng, hari ini aku ingin alpukat kocok. Biasanya, ada warung yang menjual alpukat.

"Alda mana, Jeff?" tanyaku pada Jeff yang langsung mengerutkan kening.

"Di dapur. Kenapa lagi?" balasnya waspada.

Aku menyeringai. "Mau nitip alpukat kocok. Pakai susu cokelat ya."

Jeff menarik napas lega. "Gue kira lo minta yang aneh-aneh lagi!"

"Mana ada gue minta aneh-aneh! Kemarin kan, gue minta nasi goreng!" protesku tak terima.

"Iya nasi goreng, tapi nyarinya mesti muter kebon! Mana ada nasi goreng jualan siang-siang terik begitu! Untung aja-" Jeff menutup mulutnya sejenak, berdecak. "Udahlah, gue telepon Alda dulu."

Jeff menelepon Alda dengan telepon kabel di mejanya. Aku langsung menyeringai lebar melihatnya. Diana tertawa sambil menatapku yang menyeringai.

"Ini sih, Pak Jeff yang tertekan bukan sekretarisnya," komentarnya membuatku tertawa.

"Itung-itung balas dendam, Na. Kamu nggak tahu aja waktu kamu belum masuk kerja di sini, saya stress banget ngurus dia!" ceritaku. "Mau ketemu cewek aja harus diiket dulu, biar nggak kelojotan kayak kremi."

"Mana ada gue gitu, enak aja lo!" sambar Jeff yang baru selesai menelepon.

"Apaan yang mana ada! Gue sampe jatuh gegulingan ya gara-gara lo!" balasku tak mau kalah, beralih pada Diana. "Pokoknya, kalau dia bertingkah, kamu siram aja pakai air dingin biar nggak kayak kremi!"

"Jangan ngajarin yang nggak-nggak, ya! Cukup lo aja sekretaris yang bikin gue stress!"

Aku memajukan bibir, meledek Jeff hingga ia berdecak sebal.

Diana kembali tertawa."Saya kirain, Kak Melosa tuh pendiem, tahunya bawel juga."

"Dulu pendiem, bawaan bayi bikin dia kayak emak-emak bawelnya. Langsung mode emak-emak nih, padahal belum lahir juga anaknya!" Ledek Jeff membuatku menatapnya kesal.

"Berisik, semua akan jadi emak-emak pada waktunya!" sahutku membuat Jeff mendengkus.

Diana tertawa geli, sementara aku tersenyum puas. Kami melanjutkan pekerjaan kami lagi. Sesekali aku memutar musik dengan volume pelan yang cocok menemani waktu kerja. Jeff tidak melarangku melakukannya, selama tidak mengganggu. Lagi pula, ia juga kelihatannya senang mendengarkan musik yang kuputar.

Pintu terbuka, membuatku langsung mengangkat wajah dengan mata berbinar mengira jika Alda sudah membelikan pesananku. Namun, yang datang adalah Eryx. Ia menatap padaku sejenak, membuatku langsung mengalihkan tatapanku. Kudengar, ia melangkah menuju meja Jeff dan menyerahkan berkas sambil membicarakan sesuatu.

Tak lama kemudian, pintu terbuka lagi dan Alda melongokan kepalanya.

"Misi Pak," katanya, membuatku langsung tersenyum lebar.

"Ada, Da?" tanyaku ceria yang dibalas ringisan.

"Tutup, Sa. Alpukat lagi nggak musim juga," kata Alda membuatku mencebik tanpa sadar. "Maaf, ya."

Single WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang