Tetap saja, walaupun mereka sudah berjanji, nyatanya di sekolah mereka tetap berjauhan bagi tak saling kenal.
Meski pergi ke sekolah dan pulang ke rumah bersama-sama, mereka selalu berpisah dan bertemu di suatu titik yang tak jauh dari sekolah mereka. Dimas benar-benar menjaga jarak agar kakaknya tak memarahi anak-anak itu. Sementara, Ivanna juga mencoba menahan diri agar tak terlalu larut dalam kemarahannya terhadap mereka semua.Dimas memang pintar, sama pintarnya seperti sang kakak. Berbeda dengan ivanna yang galak dan acuh pada pembencinya, Dimas malah mau-mau saja jika diminta anak-anak pengganggunya untuk mengerjakan tugas-tugas mereka semua. Demi mendapatkan teman, dia rela kehabisan waktu bersama keluarganya di rumah. Keluarganya tak pernah tau, yang dikerjakan oleh dimas ternyata tugas milik anak-anak yang lain, bukan hanya tugasnya.
Namun ternyata dia tetap sendirian. Tak ada yang mau berteman dengannya, meski dia sudah susah payah mengerjakan tugas teman-teman nya yang lain.
Ivanna kerap memantau dimas di sekolah. Namun, sebenarnya dia tidak tahu apa-apa yang terjadi pada si adik disana. Ini karena kelas dimas dan ivanna berjauhan, terhalang banyak ruangan.
Hampir setiap hari, dimas selalu menjadi bulan-bulanan teman kelasnya. Tak jarang dia menangis, atau menahan marah agar hal ini tak menjadi masalah besar di kemudian hari.
Ketimbang ivanna, bisa dibilang Dimas lebih penyabar. Dia juga bukan seorang pengadu.
"Bagaimana keadaan di sekolah, Dimas?".peter van dijk bertanya pada anaknya pagi itu.
" luar biasa papa. Aku suka sekali berada disana! Terima kasih sudah memasukan aku ke sekolah itu, papa"nada dimas terdengar datar, meski kata² yang diucapkan olehnya sangat positif.
Ivanna dari tadi mendengar percakapan ayah dan adiknya mulai memperhatikan wajah dimas.
"Tak ada lagi yang meledek namamu, bukan?" Peter kembali bertanya.
"Tidak, papa. Mereka semua kini sangat baik kepadaku" jawab dimas lagi.
Mata ivanna mendelik tajam, menyadari ekspresi dimas yang berbeda di sampingnya.
Suatu hari, di luar kebiasaan , ivanna mengunjungi ayahnya di kantor.
"Ada apa, ivanna?"
"Papa, ada yang ingin aku bicarakan dengan papa. "
"Kau tidak pergi ke sekolah? "
"Bagiku, hal yang ingin kusampaikan kepada papa lebih penting daripada sekolah! "Ivanna berapi-api.
Alih-alih menanggapi anaknya dengan serius, Peter malah terkekeh melihat tingkah ivanna.
" papa, tolong jangan anggap ini main-main. Papa, apakah papa tahu selama ini dimas mengalami penyiksaan secara fisik dan mental di sekolah? Apakah papa sadar kalau belangan ini dia menjadi sangat pendiam dan murung? Papa, apakah papa tahu kalau seisi sekolah menertawakan? Hanya karena namanya, papa! Dan aku mohon kepadamu, tolong biarkan aku menemaninya belajar di rumah.
Papa, bahkan kemarin kudengar dia menangis di kamarnya. Tolong selamatkan dia, papa..."Sang ayah terperanjat, tidak menyangka bahwa masalah yang diceritakan sang anak ternyata berat dan mencengangkan. Selama ini, dia mengira kondisi di sekolah baik-baik saja.
Dan sang ayah pun setuju dan akan menyekolahkannya di rumah saja bersama ivanna.
"Tidak, papa! Aku akan tetap bertahan di sekolah aku ini laki-laki, aku tak akan menyerah, papa!
"Tapi, dimas, kau sangat tersiksa disana!" ivanna berteriak kesal pada adiknya.
Dimas menatap kakaknya sambil menyipitkan mata,
"Siapa bilang? Jangan sok tahu, ivanna. Aku sangat betah bersekolah disana! Aku bahagia! Jangan merasa paling benar! Ini adalah hidupku, jangan ikut campur." kekesalan Dimas membuat ivanna bungkam.Semua yang ada di ruangan itu pun terdiam, saling berpandangan. Keadaan menjadi sangat hening. Kesunyian baru pecah oleh derap kaki yang keluar dari ruangan itu.
Dimas sangat marah dan berlari meninggalkan kedua orangtua dan kakaknya."Ivanna, kau membuatku malu! Jangan jadi anak pengadu! Adikmu ternyata baik-baik saja di sekolah.Apa maumu sebenarnya? Tolong, jangan berpikir buruk tantang segala hal!"
Peter van dijk memarahi anak perempuannya karena merasa malu pada dimas.
Ivanna membisu, menunduk, tetapi sangat kesal. Dia tahu benar, adiknya berbohong. Ada sesuatu yang Dimas sembunyikan. Namun, dia tidak bisa apa-apa. Percuma saja membalas bentakan ayahnya, toh dia sudah dianggap berbohong dan tukang mengadu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANNA VAN DIJK
Randomkisah hidup noni belanda IVANNA . Tapi aku bakal ceritain secara singkat biar ga terlalu panjang. Hantu belanda berambut pirang itu terlihat marah, gusar, dan mengusir siapapun yang datang ke rumah. Dia benci orang-orang berwajah melayu, dia benci...