percikan api dimulai

419 17 4
                                    

Akhirnya, hari itu tiba, apakah hari itu benar-benar dinantikan, atau mungkin diharapkan segera berlalu.

Sejak malam, keluarga Van Dijk bersama para jonggos dan bedinde sibuk menyiapkan segala sesuatu yang dianggap penting untuk menyambut kedatangan keluarga Brouwer ke rumah mereka. Mereka membersihkan rumah, memasak hidangan khusus untuk menyambut keluarga sangat letnan jenderal.

Ivanna sibuk di kamar dimas, menyiapkan pakaian yang akan Dimas kenalan untuk menyambut tamu. Dimas hanya berharap Elizabeth dan keluarga Brouwer merasa nyaman saat bertemu dengannya. Dia sengaja tidak mengikuti tema pakaian tradisional  yang dianjurkan oleh tuan dan nyonya Van Dijk. Alih-alih mengenakan pakaian Sunda sederhana, dia lebih memilih setelan rapi berupa celana kain, kemeja putih, dan jas cokelat yang senada dengan celananya.

Ivanna tersenyum melihat adiknya begitu bersemangat. "Pantaskah aku memakai pakaian ini? Terlihat tampan kah aku sekarang?"
Dan berkali-kali Ivanna mengangguk untuk meyakinkan bahwa adiknya terlihat mempesona. Dia mengakui, Dimas selalu terlihat tampan meskipun tidak mengenakan setelan serapi itu. Mata biru, rambut pirang kecoklatan, dan tubuh tegap dimas yang menjulang tinggi membuat anak itu selalu menonjol dibandingkan anak-anak lainnya.

Tak ada yang bisa menandingi kegagahan Dimas di lingkungan ini. Sayang, hanya karena nama, Dimas menjadi bahan olok-olok orang lain-padahal mungkin orang² iri kepadanya.

Ditengah kebahagiaan melihat sangat adik yang sangat bersemangat, hati Ivanna mengeliat resah. Menurut desas-desus, Tuan Rudolf Brouwer adalah atasan yang galak. Tuan Brouwer pasti menganggap dirinya dan keluarganya lebih baik daripada bangsa-bangsa lain didunia ini, apalagi bangsa jajahan mereka, orang² Hadiah Belanda yang sangat akrab dengan keluarga Van Dijk.

Hatinya resah, mengkhawatirkan keputusan papa dan mamanya untuk menggunakan tema serba pribumi dalam penyambutan tamu agung ini. Dia khawatir itu tidak akan sesuai dengan kehendak Tuan Brouwer.

Waktu menunjukan pukul tiga sore. Seharusnya, keluarga Brouwer sudah hadir di rumah keluarga Van Dijk.

"Mungkin mereka tidak jadi datang, Peter." Suzie mulai terlihat bosan. Saat itu sudah pukul lima sore. Dia mengantuk, seorang bedinde sudah membangunnya untuk mencicipi, masakannya.

"Iya, papa. Apakah sebaiknya kita makan saja dan membereskan segalanya?" Ivanna menimpali.

Namun, Peter mengggeleng. "Jangan, tunggu dulu. Aku yakin mereka akan datang. Mungkin mereka masih dalam perjalanan. "

Tak hanya Peter, Dimas juga berpendapat, "ya, tunggu saja dulu. Aku takut mereka datang pada saat kita sudah membereskan semuanya. "

𝙎𝙚𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙚𝙨𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙢𝙖𝙠𝙖𝙣𝙖𝙣 𝙞𝙩𝙪...

𝙎𝙚𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 𝙜𝙖𝙣𝙩𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙗𝙖𝙟𝙪 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙟𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙞𝙖𝙨𝙖 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 𝙥𝙖𝙠𝙖𝙞 𝙨𝙚𝙝𝙖𝙧𝙞-𝙝𝙖𝙧𝙞...

𝙎𝙚𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙧𝙠𝙖 𝙩𝙖𝙠 𝙗𝙚𝙧𝙥𝙞𝙠𝙞𝙧 𝙗𝙖𝙝𝙬𝙖 𝙠𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝘽𝙧𝙤𝙪𝙬𝙚𝙧 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙪𝙠𝙖𝙞 𝙞𝙙𝙚 𝙜𝙞𝙡𝙖 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖...

𝘿𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙡𝙖𝙜𝙞"𝙨𝙚𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨𝙣𝙮𝙖 ", 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙎𝙀𝙃𝘼𝙍𝙐𝙎𝙉𝙔𝘼 𝙙𝙞𝙡𝙖𝙠𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙤𝙡𝙚𝙝 𝙠𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝙑𝙖𝙣 𝘿𝙞𝙟𝙠 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙚𝙧 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙠𝙖𝙣.

Benar saja, rombongan itu datang pukul enam petang, terlambat tiga jam dari waktu yang telah dijanjikan. Sebetulnya, Rudolf dan agatha istrinya enggan berkunjung ke rumah ini. Elizabeth apalagi, yang terus marah-marah saat tahu kemana mereka akan berkunjung, mereka sudah sering mendengar bahwa keluarga Van Dijk adalah keluarga penghianat.

Elizabeth sejak malam resah dan khawatir. Dia takut sesuatu akan terjadi pada Dimas dan keluarga Van Dijk. Sebenarnya, dia mengetahui pasti alasan keluarga Van Dijk dipindahkan ke Bandoeng. Dia pernah menguping  diam² saat sangat ayah dan beberapa rekan kerjanya berunding di rumah mereka di Buitenzorg, membicarakan rencana penyingkiran Peter Van Dijk.

Di lubuk hatinya yang mendalam, sebenarnya Elizabeth memedulikan Dimas. Mungkin Elizabeth menyayangi Dimas sebagai sahabatnya. Atau mungkin lebih, dia sendiri tidak yakin. Dia menjauhi Dimas hanya untuk melindungi sahabatnya dari ayahnya sendiri. Dia(Elizabeth) sangat mengerti, pasti reaksi Rudolf Brouwer akan sangat berlebihan jika mengetahui ada hubungan istimewa diantara mereka. Bahkan nyawa Dimas bisa terancam.

Elizabeth belum pernah punya hubungan spesial dengan laki-laki manapun. Namun, dia sering menerima surat cinta, bahkan hadiah-hadiah dari para lelaki Netherland yang ingin menjadi kekasihnya. "Semua laki-laki yang mendekatinya, belum ada yang sepadan dengannya." Dengan begitu, orangtuanya tidak akan curiga.

Mustahil dia berkata, "Sudah ada pemuda yang kusukai, dan dia adalah Dimas Van Dijk, anak keluarga yang papa singkirkan dari Buitenzorg!" padahal, dalam hati dia mulai mengakui, itulah jawaban yang paling jujur.

Buitenzorg=Bogor.

Keluarga Brouwer datang menggunakan mobil yang terbilang mewah jika dibandingkan mobil-mobil para Netherland lain. Beberapa pengawal ikut serta, membukakan pintu mobil, dan menjaga pintu gerbang rumah keluarga Van Dijk saat Rudolf Brouwer menjejakan kaki dirumah itu.

Keluarga Van Dijk menyambut mereka dengan ekspresi gembira. Ivanna juga, yang sebenarnya muak terhadap keluarga itu.

Meskipun mendapat sambutan hangat, Tuan dan Nyonya Brouwer bersama putri mereka tampak jijik saat melihat pakaian yang dikenakan tuan rumah. Belum apa-apa Rudolf sudah berkomentar.

"Baju macam apa yang kalian kenakan?
Sungguh tidak sopan. Begini cara kalian menyambut tamu kehormatan seperti kami?"

Peter dan Suzie Van Dijk tampak resah mendengar komentar Rudolf. Lain hanya dengan Ivanna, yang mengepalkan tangannya  mendengar laki-laki arogan itu berbicara buruk. Tapi, gadis itu memilih diam. Dia tidak mau mempermalukan keluarganya di depan keluarga sombong itu.

Dimas Van Dijk lain lagi. Dia sama sekali tidak merasa gundah mendengar komentar tuan Brouwer. Dia terhipnotis oleh kecantikan Elizabeth Brouwer yang hari itu mengenakan gaun putih berenda. Rambut Elizabeth yang bisa terurai panjang kali ini digulung rapi, wajahnya memang sudah sangat cantik dibiarkan polos, tidak ada olesan bedak dan pemalas bibir.

Harus diakui, gadis itu memang sangat menawan. Duh, Dimas Van Dijk tampak jelas terpesona. Ivanna khawatir orangtua Elizabeth menyadarinya. Dia terus bedoa dalam hati, semoga tidak ada kejadian buruk di rumah ini.

Nyatanya doa Ivanna Van Dijk tak terkabul. Keluarga Brouwer benar-benar marah pada keluarga Van Dijk. Mereka yang sudah muak melihat pakaian keluarga Van Dijk dibuat lebih muak lagi saat melihat hidangan yang disajikan untuk menyambut kedatangan tamu agung.

IVANNA VAN DIJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang