Keadaan mulai kacau.
Suami istri Van Dijk belakang ini jadi sering bertengkar.
Suzie Van Dijk mulai memahami kesalahan dirinya dan Peter pada masa lalu. Seharusnya, mereka tak usah memberi nama Dimas pada anak bungsu mereka. Peristiwa kemarin membuatnya sadar bahwa itu kesalahan fatal.
Mereka berdua mulai saling menyalahkan. Suzie marah karena Peter bersikeras menamai anak mereka dengan nama inlander, Peter sama marahnya karena menganggap sang istri seharusnya bisa mencegahnya dulu. "Seandainya dulu kau mengatakan bahwa keputusanku salah, mencegahku menamainya begitu, pasti tidak akan jadi begini!"
Ivanna hanya bisa mengunci diri didalam kamar, menagis, dan geram terhadap keadaan yang membuat keluarganya berantakan. Sudah dia hari Dimas Van Dijk tidak pulang ke rumah. Dimas juga tidak ada di sekolah. Entah kemana Dimas menghilang. Ivanna masih ingat kata-kata Dimas saat itu.
"Seandainya boleh memilih, lebih baik aku tidak dilahirkan ke dunia. Seandainya bisa, aku akan meminta Tuhan untuk memberikan keluarga lain kepadaku! Tahukah papa jika selama ini aku begitu tersiksa di sekolah? Mereka semua menghinaku, mereka semua mencaci ku! Hanya karena nama yang aneh ini, dan keluarga yang sangat aneh! Orang bilang keluarga ini lebih mencintai kaum rendahan daripada bangsanya sendiri! Aku benci kalian semua! Aku ingin pergi dari rumah ini! Dunia terasa seperti neraka! Dan kalian yang menjebloskanku ke dalam neraka ini!
Namun, ternyata kata² Dimas memicu amarah Peeter. Tanpa disadari, laki-laki itu mengangkat tangan, melayangkan tamparan di pipi Dimas. Anak itu tersungkur, memegang pipi sambil menatap papanya penuh kebencian. Tanpa bicara sepatah katapun, Dimas meninggalkan rumah keluarga Van Dijk dan belum juga kembali.
Rumah keluarga Van Dijk menjadi sangat muram. Suasana sepi, tidak terdengar lagi canda tawa, bahkan mereka tak saling bertegur sapa. Mereka bagaikan hidup sendiri-sendiri, mengurung diri di dalam ruangan berbeda, tanpa bekerja, tanpa beraktivitas, bahkan tanpa makan. Keadaan ini membuat fisik Suzie Van Dijk kian melemah. Dia terus-terusan bersedih memikirkan Dimas yang entah berasal dimana. Wanita malang itu sakit-sakitan dan hanya mau dilayani oleh ivanna. Dia tak mau lagi berbicara dengan peeter,bahkan para pelayanan Pribuminya.
Peter Van Dijk juga enggan berangkat bekerja. Dia tersinggung dengan sikap sang atasan. Dia tak sudi menjadi anak buah Rudolf Brouwer. Selama ini dia bertahan, tetapi kali ini sudah keterlaluan. Amarahnya menggelegak setiap kali mengingat Rudolf, biang keladi kehancuran keluarganya. Seharusnya laki-laki biadab itu tak perlu datang ke rumah ini. Seharusnya laki-laki angkuh itu bersikap lebih baik pada istri dan anaknya-anaknya.
Peter terus bersedih, menghukum diri sendiri karena tega menamai anak bungsunya Dimas. Laki-laki itu sudah mencari Dimas kemana-mana, tapi harapannya seolah kandas karena Dimas tak kunjung ditemukan di mana pun.
Sementara itu, ivanna terus menyimpan dendam dalam hatinya. Diam-diam dia menyusun rencana untuk membalaskan dendamnya, jika terjadi apa-apa pada keluarganya atau sesuatu yang lebih buruk terjadi, dia tidak menyalahkan kaum Pribumi seperti Suzie. Dia merasa hanya satu nama yang harus bertanggung jawab atas semua ini.
Siapa lagi kalau bukan Elizabeth Brouwer.
Perempuan itu seperti Sundal!
Perempuan itu bagaikan ular.
Aku benci dia!
Aku ingin dia mati!
Sementara itu di rumah keluarga Brouwer, Elizabeth terus menagis memikirkan nasib Dimas Van Dijk. Dia merasa bersalah karena telah menceritakan Dimas pada ayahnya hari itu di rumah keluarga Van Dijk.
Tak hanya terhadap Dimas, Rudolf Brouwer akhirnya mengendus gelagat kurang baik dari hubungan dia anak itu. Elizabeth sebenarnya tidak mudah panik, tetapi di tengah kegundahan hari itu, dia menuturkan siapa Dimas Van Dijk. Rudolf tau betul kekurangan anaknya yang dulu gagap. Dalam keadaan terpaksa, Elizabeth pasti akan menuturkan semuanya.
Tak hanya Dimas Van Dijk yang saat itu mendapatkan tamparan Rudolf. Ketika pulang, Elizabeth juga mendapatkannya. Setelah Rudolf Brouwer mengancam akan membunuh Dimas, gadis malang itu mengakui semuanya. Dia mengaku bahwa ada hubungan istimewa anatara dirinya dan Dimas Van Dijk. Akhirnya, dia mengaku bahwa dia hanya memperhatikan Dimas Van Dijk.
Mendengar penuturan sang putri mengejutkan, Rudolf Brouwer semakin murka. Dia langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari Dimas Van Dijk dan menyekap anak itu di suatu tempat.
Ya, sebenarnya Dimas tidak menghilang atas keinginan sendiri. Dia sudah menghilang beberapa hari ini karena disergap dan disekap anak buah Rudolf Brouwer. Karena Rudolf Brouwer adalah seorang pejabat tinggi, mudah saja dia memerintahkan itu. Lagi pula, tidak ada yang menyukai keluarga Van Dijk. Tak seorang pun memberitahu Peter dan keluarganya bahwa anak bungsunya tengah dikurung dan disiksa atas perintah si petinggi militer.
Sebetulnya, Elizabeth mengetahui hal ini. Namun, dia juga dikurung oleh orangtuanya di kamar. Dia terus menangis, meraung, melemparkan barang-barang, meneriakkan nama Dimas. Ingin sekali dia kabur, berlari ke rumah keluarga Van Dijk, menceritakan nasib anak bungsu mereka. Namun, penjagaan di rumahnya terlalu ketat. Pintu dan jendela kamarnya pun terkunci rapat.
"Dimas, maafkan aku...
Dimas, seandainya aku bisa membantumu.
Dimas, semua ini salahku! "
Hai... Maaf ya kalau akhi-akhir ini aku jarang banget lanjut ceritanya...
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANNA VAN DIJK
Randomkisah hidup noni belanda IVANNA . Tapi aku bakal ceritain secara singkat biar ga terlalu panjang. Hantu belanda berambut pirang itu terlihat marah, gusar, dan mengusir siapapun yang datang ke rumah. Dia benci orang-orang berwajah melayu, dia benci...