"Ivanna, bolehkah aku bicara denganmu?"
Dimas Van Dijk mengetuk pintu kamar Ivanna.
Ivanna saat itu sedang sibuk membereskan rak bukunya. Dia kaget melihat kemunculan sangat adik yang tak seperti biasanya.
"Masuklah, Dimas. Duduklah disini..." Ivanna menyambut sangat adik dengan ramah, menyuruh Dimas duduk di kursi yang biasa digunakan untuk membaca buku dekat jendela kamar.
Dengan malas-malasan, remaja laki-laki itu menuruti perkataan kakaknya, dengan wajah yang tetap tak bergairah.
Aneh, pikir Ivanna, begitu drastis perubahan Dimas hari ini dibandingkan kemarin."Ada apa? Kenapa wajahmu kusut sekali?" Ivanna mengelus kepala adiknya dengan sangat hati-hati.
"Jangan perlakukan aku seperti anak kecil! Selalu saja kau begitu, Ivanna!"
Dimas mengelak dari uluran tangan sangat kakak sambil cemberut.Ivanna menarik lagi tangannya, lalu meremasnya dengan gelisah. Meskipun Dimas masih berbicara ketus, Ivanna berusaha untuk menahan emosi. Dia penasaran, apa yang akan Dimas sampaikan kepadanya.
"𝙄𝙫𝙖𝙣𝙣𝙖, 𝙖𝙠𝙪 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙟𝙪𝙟𝙪𝙧 𝙠𝙚𝙥𝙖𝙙𝙖𝙢𝙪. 𝙔𝙖, 𝙖𝙠𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙞 𝙨𝙚𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙖𝙙𝙞𝙨 𝙨𝙚𝙟𝙖𝙠 𝙠𝙞𝙩𝙖 𝙢𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙩𝙞𝙣𝙜𝙜𝙖𝙡 𝙙𝙞 𝘽𝙪𝙞𝙩𝙚𝙣𝙯𝙤𝙧𝙜. 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧𝙣𝙮𝙖, 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙠𝙖𝙢𝙞 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙝𝙖𝙗𝙖𝙩, 𝙩𝙖𝙣𝙥𝙖 𝙨𝙚𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙪𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙚𝙩𝙖𝙝𝙪𝙞𝙣𝙮𝙖. 𝘿𝙞𝙖𝙢-𝙙𝙞𝙖𝙢, 𝙖𝙠𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙜𝙪𝙢𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙖𝙧𝙪 𝙖𝙠𝙪 𝙨𝙖𝙙𝙖𝙧, 𝙩𝙚𝙧𝙣𝙮𝙖𝙩𝙖 𝙖𝙠𝙪 𝙩𝙚𝙡𝙖𝙝 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙠𝙚𝙥𝙖𝙙𝙖𝙣𝙮𝙖. 𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙨𝙚𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙠 𝙠𝙞𝙩𝙖 𝙥𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝 𝙠𝙚 𝘽𝙖𝙣𝙙𝙤𝙚𝙣𝙜, 𝙠𝙖𝙢𝙞 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞 𝙩𝙖𝙠 𝙗𝙚𝙧𝙠𝙤𝙢𝙪𝙣𝙞𝙠𝙖𝙨𝙞 𝙡𝙖𝙜𝙞. 𝘿𝙞𝙖 𝙩𝙖𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙡𝙖𝙨 𝙨𝙪𝙧𝙖𝙩-𝙨𝙪𝙧𝙖𝙩𝙠𝙪 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞.
𝙃𝙖𝙧𝙞 𝙞𝙣𝙞, 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙚𝙢𝙪 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖. 𝙉𝙖𝙢𝙪𝙣, 𝙗𝙚𝙩𝙖𝙥𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙙𝙞𝙝𝙠𝙖𝙣... 𝘿𝙞𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙖𝙜𝙖𝙧 𝙠𝙖𝙢𝙞 𝙩𝙖𝙠 𝙪𝙨𝙖𝙝 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙚𝙢𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙜𝙞. 𝙃𝙖𝙩𝙞𝙠𝙪 𝙝𝙖𝙣𝙘𝙪𝙧, 𝙄𝙫𝙖𝙣𝙣𝙖. 𝘽𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙢𝙚𝙧𝙖𝙨𝙖 𝙨𝙚𝙨𝙖𝙠𝙞𝙩 𝙞𝙣𝙞."
Ivanna mengerutkan kening. Ternyata, benar dugaannya selama ini. Namun, dia sama sekali tidak tahu siapa gadis yang Dimas sukai. Dengan cepet dia melontarkan pertanyaan yang selama ini menganggu pikirannya. "Siapa gadis itu, Dimas? Bolehkah aku tahu?" dalam hati, dia khawatir Dimas tidak mau menjawab dan malah marah lagi kepadanya.
Dimas mengangguk. Dia siap memberitahu siapa gadis itu pada kakaknya.
"Lizbeth... Elizabeth Brouwe"
Hampir sepanjang malam Ivanna tidak tidur. Dia memikirkan sebuah nama yang telah memikat hati Dimas.
Ivanna tidak marah mendengar cerita itu. Dia tahu, dia tidak boleh melarang seseorang untuk mencintai orang lain, juga menjelek-jelekan orang yang dicintai Dimas. Pasti Dimas akan marah dan memberontak jika dia melakukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANNA VAN DIJK
Randomkisah hidup noni belanda IVANNA . Tapi aku bakal ceritain secara singkat biar ga terlalu panjang. Hantu belanda berambut pirang itu terlihat marah, gusar, dan mengusir siapapun yang datang ke rumah. Dia benci orang-orang berwajah melayu, dia benci...