Diam-diam, mereka sering bertemu. Tak ada siapapun yang tahu, hanya mereka berdua... disaksikan oleh Tuhan, pohon², dan kursi taman belakang Sekolah.
Tak seperti kesan yang selama ini didapat orang lain, Elizabeth Brouwer ternyata tidak seburuk itu. Meski masih sangat belia, pikirannya sudah cukup dewasa. Mungkin memang seperti itulah ank² kolong-anak² tentara pada masa itu. Mereka dididik untuk hidup mandiri meskipun mendapat fasilitas yang lebih baik daripada anak² lain.
Sebenarnya ada satu kekurangan yang membuat Elizabeth Brouwer enggan berbaur dengan anak-anak lain. Dia gagap, sulit berbicara lancar. Itu sudah terjadi sejak kecil. Meskipun semakin lama semakin membaik, kadang jika panik, dia kembali terbata-bata.
Hanya saja, Elizabeth menutupinya dengan cara yang salah. Dia menjadi anak yang terkesan arogan, angkuh, dan pemilih dalam pertemanan. Selain Rudolf dan Agatha Brouwer, kedua orangtuanya, tidak ada lagi yang tahu kegagapan ini, bahkan teman-teman dekatnya.
Namun, sekalinya membuka mulut, kata² yang keluar dari mulutnya biasanya penuh cibiran, kedengkian, hanya mengungkapkan kejelekan anak²lain.
Namun, anak perempuan itu mulai banyak berbicara pada Dimas Van Dijk. Sesekali tertawa riang, seperti anak kecil yang sedang bercerita pada kakak laki-laki nya.
Hal yang sama pada Dimas. Dia mulai berani mengungkapkan pikirannya pada Elizabeth, juga segala gundahmu yang dia rasakan di sekolah dan di rumah. Mereka jadi sering bertemu, tapi tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.
Bahkan Ivanna,sang kakak, yang selama ini selalu mengetahui segala kegiatan Dimas Van Dijk.
Suatu hari, Peter Van Dijk pulang dengan wajah berseri-seri. Dia menyapa istri dan anak-anak nya dengan riang,lalu berseru, "Ada kabar baik! Ada kabar yang sangat menggembirakan kita semua!"
Teriakan itu membuat istri dan anak-anaknya langsung menoleh dengan antusias.
"Ada apa papa?" Ivanna menyambut sangat ayah, mengambil tas kerja Peter. Dimas yang duduk di sofa ruang keluarga sambil membaca buku pun menatap Peter antusias.
"𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝 𝙠𝙚 𝘽𝙖𝙣𝙙𝙤𝙚𝙣𝙜! 𝘽𝙪𝙞𝙩𝙚𝙣𝙯𝙤𝙧𝙜 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙩𝙖𝙠 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙩𝙪𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙠𝙪 𝙡𝙖𝙜𝙞! 𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩 𝙠𝙖𝙠𝙞 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙨𝙞𝙣𝙞! 𝘿𝙖𝙣 𝘽𝙖𝙣𝙙𝙤𝙚𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙠𝙤𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙧𝙖𝙢𝙖𝙝 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝! 𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙝𝙖𝙜𝙞𝙖 𝙩𝙞𝙣𝙜𝙜𝙖𝙡 𝙙𝙞𝙨𝙖𝙣𝙖!"
Semua mata terbelak mendengar berita itu. Sama seperti Peter, suzie dan Ivanna menyambut berita mengejutkan itu dengan sangat antusias, penuh kegembiraan.
Namun, reaksi Dimas tidak terduga. Dia tampak tidak suka mendengar berita itu. Tiba-tiba anak itu bersuara.
"Papa, bisakah kami tak usah pindah ke Bandoeng? Papa saja yang pindah kesana. Papa bisa menjenguk kami seminggu sekali."
Wah parah sih ngusir😂😂😂
Namun, setelah berhasil menguasai diri, dia menjawab tegas, "Tidak, Dimas. Aku tak akan pernah meninggalkan keluargaku, aku tak akan membiarkan kalian semua jauh darimu. Kemana pun aku pergi, kalian juga harus ada disisiku.kecuali jika kelak kau sudah cukup umur, Dimas. Sekarang ini, kau masih membutuhkan kami, dan tentu saja... Aku juga sangat membutuhkan kalian"
Belakangan ini, Dimas Van Dijk sangat murung. Saat semua orang di rumah keluarga sibuk mempersiapkan kepindahan, dia hanya berdiam diri di dalam kamar sambil sesekali memandang keluar jendela, melamunkan sesuatu yang membuatnya gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
IVANNA VAN DIJK
Randomkisah hidup noni belanda IVANNA . Tapi aku bakal ceritain secara singkat biar ga terlalu panjang. Hantu belanda berambut pirang itu terlihat marah, gusar, dan mengusir siapapun yang datang ke rumah. Dia benci orang-orang berwajah melayu, dia benci...