59. Di luar Kendali

1.3K 103 30
                                    

"Sekuat apa pun kamu memaksa tuas kendali ada ditanganmu tetap saja Yang Maha Suci-lah pemegang kendali tertinggi."

~StarSea25~

♥♥

Hotel bintang lima milik keluarga Pradipta mendapat event besar untuk menyiapkan acara pertunangan putra pemilik hotel tersebut dengan putri dari keluarga Siregar yang akan diselenggarakan besok malam nanti.

Semua tampak sibuk ke sana-kemari menghias ballroom hotel tersebut dengan baik. Tema yang diangkat adalah luxury baby blue yang dipadu dengan warna baby pink ... warna favorit calon tunangan Sang pewaris keluarga Pradipta dari sumber yang mereka dapat. Hiasan bunga mawar putih-merah dari toko florist terkenal pun diatur dan ditata sedemikian rupa agar semakin memperindah ruangan serta menunjang kesan elegan yang berkelas nan mewah.

Alexa tampak sibuk ke sana-kemari mengatur segala hal agar sesuai dengan keinginan putra kesayangannya. Berusaha meminimalisir kekurangan sekecil apa pun dalam pesta besok malam.

"Anita."

Anita -pimpinan EO milik keluarga Pradipta yang sedang menginteruksi staff-nya- lantas mendekat saat Alexa memanggil. "Iya, Bu?"

"MUA untuk nanti menyiapkan Keyla sudah datang?"

"Sudah, Bu. Baru saja. Saya meminta mereka untuk beristirahat lebih dulu di hotel."

Alexa mengangguk puas. "Kalau cincin pertunangan yang saya pesan, apa sudah sampai, Ta?"

"Saya sudah minta salah satu staff kita untuk mengambil pesanan Ibu langsung ke tokonya. Mungkin sekarang dalam perjalanan, Bu."

"Kok mungkin? Harus kamu pastikan, dong! Cincin itu penting banget buat acara besok malam, lho."

"Baik, Bu. Saya hubungi segera." Anita pun mengotak-atik ponselnya.

"Kalau staff kita yang ditugaskan untuk menjemput Keyla sekarang dari rumah sakit, apa sudah berangkat?"

Anita mengalihkan tatap dari ponselnya dan menatap Alexa serius. "Dalam perjalanan, Bu. Tadi staff kita mengabari saya."

Alexa tersenyum puas. "Good job! Tolong kamu atur semuanya, ya, Ta. Saya nggak mau ada masalah sekecil apa pun itu, tolong kamu handle. Saya mau pantau yang lainnya."

"Baik, Bu."

Tanpa mereka sadari, seorang petugas yang dikirim dari toko florist untuk membantu persiapan pertunangan tampak tersenyum tipis dengan apa yang telah didengarnya. Ia ambil ponsel di saku celananya dan menghentikan rekaman audio sebelum mengirimkannya pada seseorang.

Di tempat lain, pasangan suami-istri itu duduk berdampingan di sofa kamar mereka sambil saling mengompres lebam di pipi satu sama lain. Banyak hening tercipta sejak mereka pulang dari rumah sakit.

Sejak malam di mana semua kebenaran terungkap ... hubungan mereka memang tidak baik-baik saja, seolah ada tembok penghalang yang menjadi jarak tak kasat mata di antara keduanya.

"Masih sakit?"

Jiya mengerjap. "Oh, nggak. Mas sendiri? Masih sakit nggak pipinya? Perih ... gitu?"

"Kenapa nggak bilang?"

"Ma-maksud, Mas?"

Rian menatap istrinya datar. "Mama."

Satu kata yang bisa Jiya pahami dengan mudah makna dari ucapan suaminya. Ada kekeh singkat -yang terdengar miris- sebelum menatap suaminya sendu. "Aku nggak mau Mas melawan Mama demi aku."

Stuck On You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang