19. Pelajaran Hidup

1.7K 122 4
                                    

"Pahlawan yang sebenarnya ada di dekatmu. Hanya saja, kamu tidak menyadarinya. Lihat sekitarmu dan temukan rupanya dan kenali ... siapa pahlawanmu yang sebenarnya."

---StarSea25---

♥♥

"Key bisa telat kalau macetnya sepanjang ini."

Keyla memberengut sambil bersidekap saat lampu lalu lintas masih berwarna merah dan jalanan ibukota yang dipadati mayoritas kendaraan roda empat.

Ini adalah hari pertamanya ke sekolah setelah sakit. Sebenarnya ia tidak diperbolehkan sekolah oleh ayah dan juga abang kembar tidak identiknya dengan alasan jika Keyla belum pulih benar. Romeo tidak tahu karena lelaki itu sudah pulang semalam.

Bujukan Keyla diabaikan. Ia memilih untuk mengeluarkan senjata pamungkas yang diajarkan Mahaguru Ranen padanya---menangis keras dan berguling-guling di lantai. Ilmu sakti mandraguna itu sangat ampun untuk membuat siapa saja memenuhi keinginannya. Saat di video call, Ranen hanya bisa menepuk dahinya gemas sambil menggerutu. Lelaki tampan itu tampak sangat kesal dan menyesal telah mengajarkan hal itu pada adik tersayangnya.

"Besok-besok antar Key pakai motor saja, ya, Pi. Biar bisa ngebut dan salip-salip seperti pertandingan motor GP yang suka Papi tonton."

Rian menoleh, menatap Keyla geli. "Bukan Jakarta namanya kalau nggak macet, Princess."

Keyla memberengut. Ia menoleh saat seseorang mengetuk kaca jendela mobil di sisi Rian. Ia mengernyit, menatap sang ayah---yang tengah memberikan selembar uang seratus ribuan pada seorang pengemis---lekat.

"Terima kasih, Pak." kata pengemis tua berbaju lusuh dan tak terawat dengan senyum bahagia di bibir hitamnya.

Rian tersenyum tipis. "Sama-sama."

Pengemis tua itu pun pergi. Keyla bisa melihat jika pengemis itu mengetuk setiap kaca jendela mobil pengendara lain. Ada yang memberi dan ada juga yang tidak. Keyla memberengut sedih ketika maniknya menangkap jika lengan kiri pengemis tua itu tidak ada.

"Key lihat pengemis tadi sebelah tangannya nggak ada. Kasihan, ya, Pi."

"Itu sih sudah biasa, Princess. Bukan cuma pengemis itu saja," respons Rian.

Keyla mengerjap. "Maksud, Papi?"

"Tuh." tunjuk Rian ke depan.

Keyla mengikuti arah telunjuk Rian. Ia terbelalak syok. Di depannya tersaji pemandangan yang menyayat hati. Di mana ada beberapa anak kecil yang mengamen dan mengemis serta beberapa pria tua yang seharusnya dibahagiakan oleh anak-anaknya namun malah berada di sini---mengemis dan mengharap belas kasihan dari orang-orang. Sungguh miris.

Ada yang memikul dagangan mereka, seperti kacang rebus, surabi---dan lain sebagainya. Pekerjaan mereka lebih layak dan baik namun tetesan keringat mereka membuat Keyla tersenyum miris dan sedih. Ada juga dari mereka yang duduk di pinggir jalan sambil mengipas-ngipas wajah dengan handuk kecil yang tergantung di leher karena belum ada yang membeli dagangan mereka.

Ketukan pada jendela kaca di sisinya membuat Keyla tersadar. Ia menoleh, membuka sedikit jendela kaca---menatap seorang anak kecil yang mengulurkan sebuah bungkus bekas permen ke arahnya.

"Kak, saya belum makan tiga hari."

Keyla tersenyum sedih. Ia merogoh kantong seragam depannya---mencari sesuatu dan memasukan enam lembar uang seratus ribuan ke dalam bungkus bekas permen itu. Semua uang yang diberikan oleh Revan sebelum pergi, Keyla sumbangkan untuk anak kecil di depannya ini.

Stuck On You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang