64. Kejutan

1.5K 74 40
                                    

Ngehaaiii😍
Salam kangen dari aku Si penulis yang suka mencla-mencle😭😭

***

"Jika kamu telah melakukan kesalahan, maka perbaikilah! Jangan meratapi persolan hidup, apa lagi lari dari kekacauan yang telah kamu buat."

~StarSea25~

♥♥

Kepanikan disertai ketergesaan membuat suasana malam di rumah sakit ternama di Jakarta semakin mencekam. Air mata dan seruan pilu mengiringi bunyi roda-roda ranjang pasien yang didorong sepanjang lorong koridor rumah sakit yang saling bersahutan. Keyza yang berada di atasnya tampak tidak sadarkan diri dengan banyak darah di kepala usai dihantam sopir truk yang berkendara dalam keadaan kantuk.

Semuanya mencemaskan Keyza. Bahkan Jiya yang berniat mendorong putrinya menjauh kini mendekat dengan berlinang air mata penyesalan.

"Apa artinya air mata kamu itu, Jiya ...?" Suara Amanda bergetar karena tangis. Dadanya sesak bukan main karena melihat langsung hal nahas yang menimpa putrinya. Terjadi di depan matanya ... membuatnya menyesal karena tidak bisa menolong tepat waktu. "Kamu membuangnya kembali pada kami demi Keyla. Ingat?"

Jiya menangis dalam diam.

"Bukan Keyla atau Keyza, tapi kamu ..." Amanda terisak, menatap Jiya penuh kebencian. "Kamu yang salah. Kamu yang nggak bisa bersikap adil. Kamu yang nggak bisa jadi Ibu yang baik untuk anak-anak kamu. Kamu dan semua keegoisan kamulah yang menyebabkan keburukan ini terjadi. Kamu nggak pantas menjadi seorang Ibu. Kamu ... Ibu yang buruk, Jiya. Kamu tahu itu?"

"Pantas tidaknya Ibu saya menjadi seorang ibu nggak ada kaitannya dengan Anda, Nyonya Amanda Yang Terhormat. Hanya karena keluarga Anda pernah sangat berjasa pada keluarga saya, bukan berarti saya akan diam saja saat Anda bersikap semena-mena pada anggota keluarga saya."

Arka geram. "Kamu-!"

"Apa?" sahut Revan berani. Tatapannya semakin dingin saja. "Meski sekarang kami miskin, bukan berarti kami akan diam saat istri Anda menginjak kami sesuka hatinya. Kami miskin, tapi kami masih memiliki harga diri yang kami junjung tinggi." Revan menatap sekitarnya dan mendengus muak. "Dari pada sibuk menghakimi Ibu saya, kenapa kita semua nggak berdoa saja untuk keselamatan adik kembar saya?"

Ranen menghela napas panjang. Semua musibah terjadi silih berganti seperti mimpi buruk. Tapi Revan benar. Seharusnya mereka mendoakan yang terbaik, dari pada berdebat pada sesuatu yang tidak penting dan berujung saling menyalahkan.

"Kamu nggak usah sok peduli dengan Keyza, Revandra ..." Amanda menghapus air matanya perlahan dan menatap tajam bocah kemarin sore yang berani mengkritiknya. "Kamu pun sama bersalahnya dengan Ibu kamu. Kamu seorang kakak, tapi gimana bisa kamu menyalahkan Keyza atas kesialan yang menimpa Keyla? Kamu dan kalian semua ..." Amanda menunjuk keluarga Siregar marah. "Hanya mempedulikan Keyla! Kalian semua jahat sama Keyza! Keluarga Siregar hanya sekumpulan orang jahat!"

Meski Arka sangat setuju, tapi ia tidak mengutarakannya. Ia menenangkan Amanda sambil menatap setiap anggota keluarga Siregar penuh kebencian. "Atas semua penghinaan ini, saya pastikan akan membalas kalian semua. Lihat saja nanti," ujarnya mengancam sebelum membawa istrinya keluar rumah sakit untuk menenangkan diri.

"Revan, seharusnya kamu diam saja tadi," tegur Rian.

Revan mendengus muak dan membuang muka. Memilih diam alih-alih membela diri.

"Udahlah, Pi. Revan udah benar. Lagi pula semua udah terjadi. Nggak usah saling menyalahkan," sahut Ranen lelah.

"Keyza ... maafkan Mami, Sayang. Keyza harus sembuh, Mami janji akan bersikap adil ke kamu dan Keyla. Mami menyesal ... maaf ...." Jiya meracau kalut.

Stuck On You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang