❃ Bermuram Durja

201 41 15
                                    

“Lagunya ganti napa? Dari tadi baru kusadari baru kusadari mulu. Lagi galau kalian?” celetuk Kemal tak tahan karena sudah tiga kali lagu Pupus milik Dewa 19 terus terputar dari ponsel Irshad.

Sang lawan bicara hanya melirik Kemal sekilas. Kepalanya terkulai di atas meja dan lagu itu masih terputar dengan volume yang sama.

“Serius, kalian berdua kenapa? Masih capek abis dari Prau kemarin?”

Tak ada yang menjawab. Irshad anteng menatap ke luar jendela, menikmati embusan angin sepoi-sepoi dan langit gelap segelap hatinya. Sedangkan Sanan duduk di atas kasur sambil menyibukkan diri dengan membaca buku. Entah buku apa, tapi dia terus menatap halaman yang sama sejak tadi.

Kemal jadi gregetan sendiri. Ia ambil ponsel Irshad dan memutar lagu Pink Venom agar suasana lebih sedikit ceria, tapi usahanya sia-sia karena kedua temannya tampak tak peduli sama sekali.

“Habis liburan malah lesu. Mabar aja yok mabar!”

Masih tak ada tanggapan.

“Pulang aja sana Mal, ra mood mabar aku. Galau iki galau!”

“Ya galau kenapa cuk?”

Irshad terdiam lama. Ia memutar kepalanya menghadap Kemal dan menarik napas dalam-dalam. “Patah hati aku habis ditolak Katya.”

Detik pertama hening.

Detik kedua masih hening.

Detik ketiga barulah terdengar pekikkan heboh dari mulut Kemal yang kini sudah menganga. Pun dengan Sanan yang langsung menutup buku dan melebarkan kedua matanya syok.

“Ditolak? Lah kapan nembaknya?”

Wajah Irshad sudah semendung langit di luar sana. Sejak pagi tak ada satu senyuman pun yang tersemat di wajahnya. Saat di kelas pun dia hanya diam seperti orang yang lagi sakit gigi. Niatnya dia akan melupakan kejadian kemarin, tapi begitu melihat sosok Katya yang ketawa ketiwi bersama teman-temannya, hati Irshad mendadak melow. Kelihatannya perasaan Irshad hanya dianggap angin lalu oleh gadis itu.

Makin galau lah Irshad. Dia bahkan sampai tak selera makan. Padahal Ia pikir ia akan baik-baik saja, nyatanya ia tidak baik-baik saja.

Prau, sunrise, dan bunga daisy hanya jadi obat sementara. Ia masih sakit hati karena penolakan Katya yang cukup meninggalkan trauma.

Asu tenan ki bocah, ditanya malah bengong.” Kemal menendang kursi yang diduduki Irshad.

“Belum sempet nembak.”

Dahi Kemal mengerut. “Kok bisa belum nembak tapi udah ditolak?”

“Ya makanya aku galau!”

Kemal membenarkan posisi duduknya dan menepuk-nepuk karpet di depannya. “Rene cuk rene, coba ceritain semuanya.”

Irshad hanya memutar kursi ke arah teman-temannya tanpa beranjak sedikit pun. Ia ingat-ingat kembali detik-detik penolakan Katya yang bagaikan petir di siang bolong.

Pagi itu Irshad jelas lebih ceria. Senyumnya lebar saat ia mengeluarkan motor dari parkiran. Ia bersenandung sambil memperhatikan wajahnya di kaca spion dan memuji diri sendiri kalau dia cukup tampan.

Setelah memberitahu Sanan, dia jalankan motor ke arah kos-kosan Katya. Saat itu semuanya masih baik-baik saja kecuali aura Katya yang kelihatan kurang bersahabat.

Mungkin lagi PMS. Irshad tak mau ambil pusing.

Seperti rencana awal, Irshad berhasil mengatur boncengan agar dia bersama Katya. Rencananya selama perjalanan menuju basecamp ia akan membangun percakapan akrab dengan Katya.

Oritsuru [ᴇɴᴅ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang