Berkat obrolan dengan Pandu semalam, hari ini Anya menggalau seharian memikirkan apa yang kira-kira dia sukai selain Pandu, tapi tetap saja jawabannya tak kunjung ketemu.
Anya membuang napas kasar untuk kesekian kalinya lalu menoleh ke samping dimana Hasya sedang fokus main game bareng anak-anak cowok yang duduk di belakang mereka.
Suara dari ponsel dan suara mereka saling bersahutan.
Double kill
Triple kill
“Mantep cuk!”
“Nice banget. Gila gila gila, serius kamu jago banget lo Sya.”
Hasya tertawa bangga tanpa melepaskan pandangannya dari layar ponsel. Jemarinya bergerak dengan lincah sementara Anya hanya memperhatikan.
Mana mengerti Anya soal game, karena pada dasarnya Anya memang tidak suka bermain game. Paling-paling ludo. Itu pun sudah lama tidak dia mainkan.
Anya beralih menoleh ke sisi lainnya dimana Sanan sedang memejamkan mata sambil menyumpal telinganya dengan earphone. Wajahnya terlihat damai sekali. Anya tanpa sadar jadi betah memandanginya.
Namun Sanan tiba-tiba saja membuka matanya dan menoleh ke arah Anya.
“Ada apa?” tanyanya sambil sedikit menelengkan kepalanya. Agak heran karena mendapati Anya memperhatikannya.
“Kamu lagi dengerin apa?”
“Hm ... mau ikut denger?” Sanan melepas sebelah earphonenya.
“Boleh?”
“Boleh.”
Anya menerimanya dan memasangkannya di telinga kanan. Meski tak familiar dengan lagu yang diputar Sanan, Anya diam saja sambil menikmatinya.
Lagu pertama selesai disusul lagu selanjutnya. Anya melirik jam dinding di depan. Masih ada sepuluh menit lebih sampai mata kuliah selanjutnya dimulai.
“Btw Nan,” kepala Anya dimiringkan ke arah Sanan, “Aku mau nanya dong.”
“Tanya apa?”
“Kamu suka apa?”
Sanan mematung beberapa saat. Otaknya butuh waktu lebih lama untuk memproses pertanyaan Anya.
Apa maksudnya?
“Maksudku hobi Nan hobi, hal-hal yang kamu suka gitu,” kata Anya cepat-cepat seolah bisa membaca pikiran Sanan.
“Oh.” Tubuh Sanan kembali rileks. Nyaris saja dia berpikir Anya mulai tertarik kepadanya. “Kenapa tiba-tiba nanya gitu?”
“Penasaran aja. Kemarin aku baru sadar kalau aku ternyata gak punya hobi apa-apa.”
“Origami?”
“Aku cuma suka bikin bangau.”
“Nyanyi?”
“Kenapa kamu bisa menyimpulkan aku suka nyanyi?”
“Dulu kam—maksudnya biasanya cewek-cewek suka nyanyi,” ralatnya sambil tersenyum kikuk. Hampir saja Sanan mengatakan kalau sewaktu TK dia sering melihat Anya bernyanyi dan Anya selalu terlihat paling bersemangat jika kelas mereka bernyanyi bersama sambil diiringi piano oleh sang wali kelas.
Meski Sanan tak begitu ingat bagaimana suara Anya waktu itu, tapi samar-samar dia ingat raut wajah penuh percaya diri dari anak berusia 5 tahun. Saat itu Anya terlihat begitu bersinar di matanya. Tak hanya saat bernyanyi, tapi keberadaan Anya menjadi yang paling menonjol diantara teman-teman sekelasnya. Anya seperti memiliki kemampuan untuk menarik orang-orang agar selalu berada di sekitarnya atau paling tidak mengaguminya dari jauh.
![](https://img.wattpad.com/cover/102173744-288-k72454.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oritsuru [ᴇɴᴅ]
Teen FictionKatanya kalau kita membuat seribu bangau, harapan kita akan terkabul. Campus Life | Romance Written on : 01 January-01 May 2023 ©Dkatriana