❃ Salah Paham

379 60 26
                                    

Ospek indoor kemarin diakhiri dengan Anya yang diseret ke posko P3K lalu diantar pulang oleh Sanan setelahnya.

Kondisi Anya sudah membaik keesokan harinya. Dia hanya perlu istirahat, tapi sepertinya Hasya dan Sanan mengkhawatirkannya secara berlebihan. Karena ketika Anya mengecek ponsel di pagi hari, ada pesan dari mereka berdua yang kompak menanyakan kabar Anya.

Anya menjawabnya dengan kalimat yang sama bahwa dia baik-baik saja.

Mau berangkat kuliah bareng?

Anya termenung membaca pesan terakhir dari Sanan. Sebenarnya Anya tidak ingin menolak, tapi masalahnya Anya ingin sarapan bubur ayam dulu dan dia tidak tahu Sanan bersedia mampir atau tidak.

Tapi aku pengen makan bubur ayam dulu, kamu gpp nunggu?

Anya selesai mengirim balasan. Belum ada satu detik tanda centang di whastappnya sudah berubah biru kemudian status kontak Sanan berubah jadi sedang mengetik.

Iya gpp aku juga belum sarapan. Jam 8 aku otw

Anya segera membalas oke diikuti emoji jempol.

Lantas di sinilah mereka sekarang. Duduk berdua menyantap bubur ayam khas Semarang.

Anya mengaduk bubur ayamnya dan melirik ke arah Sanan yang ada di depannya. Dia tersenyum saat melihat Sanan sedang melakukan hal yang sama.

“Wah, kita sama-sama tim diaduk ternyata,” ujar Anya membuat Sanan melirik bubur Anya dan Anya secara bergantian.

“Dulu temen-temenku suka protes kalau makan bubur bareng, katanya mereka eneg lihat buburku diaduk padahal kalau gak diaduk bumbunya jadi gak merata.”

“Sepupuku juga gak suka kalau buburnya diaduk, tapi untungnya dia gak pernah protes sama aku. Mungkin karena dia cowok.”

“Aneh orang-orang yang gak suka buburnya diaduk tuh.” Anya menyuapkan sesendok penuh bubur ke dalam mulutnya. Sanan melakukan hal yang sama.

“Woy, Anya forger!” Anya terhuyung saat seseorang menepuk punggungnya dengan sangat keras. Tanpa menoleh pun Anya tahu siapa pemilik suara itu, terlebih hanya dia yang sering memanggilnya Anya Forger.

“Sialan Dalfa gue hampir keselek!”

Cowok itu terkekeh lalu duduk di samping Anya tanpa permisi. Rupanya dia datang sendirian.

“Nya, Papa Loid kemana?”

“Bodo amat ya Fa!” kesal Anya. Dalfa pernah memberitahunya siapa Anya Forger dan menyarankan Anya untuk menonton animenya, tapi Anya menolak. Selain Doraemon yang tayang setiap hari minggu, Anya tak pernah menonton anime lain.

Dia bukan wibu kaya Dalfa.

“Temennya Anya ya?” tanya Dalfa kemudian. Dia baru sadar kalau orang yang sedang bersama Anya adalah orang yang sama yang ditemuinya di tempat fotocopy waktu itu.

“Iya.” Sanan menjawab singkat.

“Ini Dalfa Nan, temen SMA-ku dan Dalfa ini Sanan temen sejurusan gue.”

“Cielah udah aku kamuan padahal sama gue masih gue-lo.”

“Diem ya lo kalau gak mau gue lempar sendok!” Dalfa tertawa lagi. Tentu saja dia hanya bercanda. Dia tahu kalau di Semarang berbicara aku-kamu dengan lawan jenis bukan hal yang aneh dan tidak menunjukkan tanda-tanda kedekatan seseorang. Dalfa barusan hanya ingin menggoda Anya saja.

Oritsuru [ᴇɴᴅ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang