Begitulah akhirnya Jeon sampai disini, memakai baju kaos dan topi hitam untuk menutupi sebagian wajahnya.Jeon memperhatikan Kim Vicle yang bicara santai dalam satu sofa dengan anak presiden-Kim Axel.
Pemuda manis itu duduk cukup jauh dengan sofa yang mereka duduki, tapi Jeon bisa melihat dengan jelas mereka sedang tertawa-tawa.
'Ah, jadi mereka berteman baik tampaknya? Circle Kim Vicle sungguh tak main-main, pantas saja dia sulit ditangkap. Cih, dan apa-apaan anak presiden itu? Dia mendukung buronan yang sering membuat keributan di Seoul? Gila saja' batin Jeon.
"Siapkan helikopter untuk menyerbu kapal ini, juga pasukan tambahan, sepertinya kita tidak cukup untuk melawan buronan di sarangnya. Dan juga siapkan keamanan tingkat tinggi untuk Kim Axel ketika kita melakukan penyerangan" bisik Jeon melalui alat komunikasi di telinganya. Dan masalah Kim Axel, Jeon rasa dia sama sekali tidak memiliki kuasa untuk menangkap anak presiden itu dengan tuduhan terlibat dengan mafia, pasti saja Kim Axel akan dibela dan Jeon tidak mau kehilangan karirnya. Persetan, this world is the real hell.
Sehabis berkomunikasi dengan rekannya, Detik berikutnya, Jeon melihat Kim Vicle berdiri dan menuju ke suatu tempat, hal ini tidak disia-siakan Jeon, dia diam-diam mengikuti Vicle dari belakang seperti ular.
Buronan itu masuk ke dalam sebuah lorong, Jeon mengintip, lorong itu sepi. Pemuda manis itu lantas mengecek senjata di pakaiannya, untuk jaga-jaga.
Set!
Ketika matanya beralih ke arah lorong, Si Kim telah menghilang seperti hantu.
"Sial! Kemana di-mmpphhtt! " sebuah tangan besar membungkam bibir mungilnya, menyeret tubuh moleknya ke sebuah ruangan.
"Mmpphtt! " Jeon meronta, berusaha keluar dari dekapan lelaki botak besar yang tidak dia kenal.
Tangan pucat Jeon berusaha meraba-raba kantong celananya.
"Akkhh! Badebah brengsek! " Lelaki botak itu berteriak kala Jeon berhasil menancapkan pisau kecil di tangannya, namun seribu maaf bagi Jeon, lelaki botak itu sama sekali tidak melepaskan tangannya dari tubuh Jeon walau darah sudah merembes dari tangannya.
Cak!
Cak!
Jeon berusaha menusukan pisau itu ke mata lelaki botak, namun tidak bisa, jadilah dia kembali menancapkan pisau itu ke lengan lelaki botak. Tapi tetap membuat tubuhnya tidak terlepas.
Brug!
Tubuh Jeon masuk ke salah satu kemar bersama dengan lelaki itu.
"BRENGSEK KAUU! "
Dugh!
Buagh!
Kepala Jeon terasa pening, lelaki botak itu mengamuk. Menghantam kepala Jeon ke tembok dan menendang perutnya.
"Akh! Akh! " Jeon berusaha bangkit, namun lelaki itu menginjak dadanya.
Set!
Jeon menangkap kaki lelaki itu dan membantingnya ke arah samping.
Set!
Namun naas, lelaki botak itu sangat cekatan. Dia dengan cepat berdiri dan mengunci pergelangan tangan Jeon, memelintir tangan Jeon di belakang punggungnya.
"Akhh! S-sakit! Lepaskan aku botak! Lepas! " Jeon meringis.
"Jika bos tidak memberi perintah untuk tidak membunuhmu, maka kupastikan sekarang kau sudah tidak bernafas manis" Lelaki botak itu lantas mengambil borgol yang ada di saku Jeon, borgol itu keluar ketika Jeon sedang bertarung.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD FLOWER
ActionTentang Jeon Jarrel dan buronan nomor wahid di Korea Selatan. "Sweety rekanmu sedang ditenggelamkan satu-persatu oleh anak buahku. Sepertinya menonton itu dengan bibirmu sebagai cemilan akan terasa luar biasa"